Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 Maret 2013

HAKEKAT NUR MUHAMAD

HAKEKAT NUR MUHAMAD

Hakikat Nur Muhammad adalah Ar-Ruuhul A’dzom, dengan dimensi lain disebut sebagai Akal Pertama dan Hakikat Muhammadiyah atau An-Nafs al-Wahidah (Jiwa yang tunggal), yaitu yang pertama kali diciptakan oleh Allah swt. Atau disebut sebagai Khaliqah Akbar (ciptaan agung), disebut pula dengan Al-Jauhar an-Nurany (Inti cahaya). Jika dilihat dari segi inti segalanya disebut dengan jiwa yang tunggal, dan jika dipandang dari segi kecahayaan disebut sebagai Akal Pertama. Dalam fenomena semestanya memiliki sejumlah nama dan symbol, seperti Akal pertama, Al-Qolam yang luhur, An-Nuur, Jiwa yang tunggal dan Lauhul Mahfudz.

Syeikh Abdul Qadir al-Jilany mengutip hadits qudsy, ketika Allah menciptakan Ruh Muhammad dari Cahaya KemahaindahanNya, “Aku jadikan Muhammad dari Cahaya WajahKu.”

Sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw, “Awal ciptaan Allah adalah ruhku. Awal yang dicipta oleh Allah adalah cahayaku, dan awal yang dicipta Allah adalah Al-Qolam, dan awal yang dicipta Allah adalah Akal.” (Hr. Abu Dawud).

Yang dimaksud dari keseluruhan (ruh, cahaya, qolam dan akal) adalah Hakikah Muhammadiyah. Disebut “cahaya” karena awal ciptaan itu bersih dari kegelapan Jalaliyah, sebagaimana firmanNya: “Telah dating padamu Nur dan Kitab dari Allah.” (al-Maidah 15)
Lalu disebut sebagai “akal” karena posisinya mengenal semesta global. Dan sebut sebagai al-Qolam (pena), karena sebagai faktor transmitor pengetahuan, seperti pena yang memindahkan pengetahuan dari huruf-huruf.

Ruh Muhammadi adalah adalah simpul dari semesta ciptaanNya, sedangkan awal dan asal semesta ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Aku ini dari Allah dan semua orang beriman dari diriku.”
Dari rasulullah saw, itulah semua ruh diciptakan di alam Lahut dalam bentuk hakikat paling sempurna. Dan Alam Lahut itu disebut dengan Al-Qathanul Ashly (Negeri primordial). Setelah berlangsung selama 4000 tahun, Allah swt menciptakan Arasy dari Cahaya Mata Muhammad saw, dan seluruh semesta ini berasal darinya. Kemudian dari Alam Lahut tadi diturunkan secara bertahap hingga di alam paling rendah yakni alam jasad, seperti dalam firmanNya, “Kemudian Kami turunkan secara bertahap sampai alam paling bawah. “ (At-Tiin: 5)

Pertama kali diturunkan dari Alam Lahut ke Alam Jabarut, dan Allah memberi pakaian dengan Nur Jabarut dengan pakaian dari dua tempat mulia yang disebut dengan Ar-Ruh as-Sulthany.
Dengan pakaian tersebut Allah menurunkan lagi ke Alam Malakut, lalu diberi pakaian dengan Cahaya Malakut yang dinamakan Ar-Ruh ar-Ruwany.
Kemudian Allah menurunkan ke Alam Mulki dan diberi pakaian dengan Cahaya Al-Mulki, yang disebut dengan Ar-Ruh al-Jismany (ruh jasad), baru kemudian Allah menciptakan berbagai jasad, sebagaimana firmanNya : “Darinya Kami ciptakan….” (Thaha 55), lalu Allah swt, memerintahkan ruh-ruh tersebut masuk dalam jasad, maka masuklah ruh itu denganperintah Allah Ta’ala, seperti difirmankan, “Dan Aku meniup di dalamknya dari RuhKu…”.

Ketika ruh-ruh tersebut berkait dengan jasad fisik, ia lupa pada janjinya kepada Allah di Hari Perjanjian (yaumul miitsaaq), di saat Allah swt berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu….” (Al-A’raf 172), hingga kealpaannya membuatnya ia tidak mau kembali ke Negeri Asal (Al-Wathanul Asly).
Kemudian Allah swt, melimpahkan rahmatNya, lalu diturunkanlah Kitab Samawi untuk mengingatkan pada mereka yang alpa atas Negeri Sejatinya, sebagaimana firmanNya, “Ingatkan mereka akan Hari-hari Allah…”(Ibrahim 14), yakni hari-hari pertemuan dengan Allah swt dengan para arwah.

Para Nabi saw, semuanya dating ke dunia, dan pergi menuju akhirat disebabkan oleh peringatan itu. Sedikit jumlahnya yang sadar, kembali dan rindu atas Negeri Sejatinya. Sampai akhirnya Kenabian melimpah pada Ruh Agung al-Muhammady, sebagai pamungkas para Nabi (semoga sholawat dan salam paling utama dan kehormatan paling sempurna terlimpah padanya dan kepada para Nabi dan Rasul lainnya).

Allah mengutus mereka untuk menyadarkan mereka yang alpa, darui tidur kealpaannya menuju kesadaran jiwanya. Mereka diutus untuk mengajak manusia bertemu dengan Kemahaindahan Allah azza wa-Jalla. “Katakan, inilah jalanku, aku mengajakmu kepada Allah dengan matahati, aku dan orang yang mengikutiku…(Yusuf: 108).

Matahati itulah disebut sebagai “mata ruh”, dibuka di Maqom Fuad bagi para Auliya’. Dan itu tyidak bisa diraih menurut pengetahuan eksoterik (lahiriyah) namun dengan Ilmu esoteris (bathiniyah) Laduniyah, sebagaimana firmanNya: “Dan Kami ajarkan padanya ilmu dari SisiKu…”(Al-Kahfi 65).
Maka sudah jadi kewajiban bagi manusia untuk mendapatkan matahati itu dari Ahli Batin dengan cara mengambil Talqin dari seorang Wali yang Mursyid, yang diambil dari Alam Lahut.

Nah, anda renungkan sendiri proses-proses luhur nan agung seperti itu. Dan kita harus segera bertaubat meraih ampunan Allah serta bersegera memasuki thariqah, agar kita kembali kepada Tuhan kita.
Sedangkan Lathifah Robbaniyah adalah hakikat-hakikat kelembutan Ilahi yang dilimpahkan dalam batin manusia, melalui NurNya, dan berujung menjadi aktivitas Ilahiyah dalam akhlak mulia manusia. Pertama kali melimpah pada Sirr (Rahasia Batin) kemudian memancar pada Qalbu, dan menggerakkan Ubudiyah sang hamba


Hakikat Nur Muhammad adalah Ar-Ruuhul A’dzom, dengan dimensi lain disebut sebagai Akal Pertama dan Hakikat Muhammadiyah atau An-Nafs al-Wahidah (Jiwa yang tunggal), yaitu yang pertama kali diciptakan oleh Allah swt. Atau disebut sebagai Khaliqah Akbar (ciptaan agung), disebut pula dengan Al-Jauhar an-Nurany (Inti cahaya). Jika dilihat dari segi inti segalanya disebut dengan jiwa yang tunggal, dan jika dipandang dari segi kecahayaan disebut sebagai Akal Pertama. Dalam fenomena semestanya memiliki sejumlah nama dan symbol, seperti Akal pertama, Al-Qolam yang luhur, An-Nuur, Jiwa yang tunggal dan Lauhul Mahfudz.

Syeikh Abdul Qadir al-Jilany mengutip hadits qudsy, ketika Allah menciptakan Ruh Muhammad dari Cahaya KemahaindahanNya,  “Aku jadikan Muhammad dari Cahaya WajahKu.”

Sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw, “Awal ciptaan Allah adalah ruhku. Awal yang dicipta oleh Allah adalah cahayaku, dan awal yang dicipta Allah adalah Al-Qolam, dan awal yang dicipta Allah adalah Akal.” (Hr. Abu Dawud).

Yang dimaksud dari keseluruhan (ruh, cahaya, qolam dan akal) adalah Hakikah Muhammadiyah. Disebut “cahaya” karena awal ciptaan itu bersih dari kegelapan Jalaliyah, sebagaimana firmanNya: “Telah dating padamu Nur dan Kitab dari Allah.” (al-Maidah 15)
Lalu disebut sebagai “akal” karena posisinya mengenal semesta global. Dan sebut sebagai al-Qolam (pena), karena sebagai faktor transmitor pengetahuan, seperti pena yang memindahkan pengetahuan dari huruf-huruf.

Ruh Muhammadi adalah adalah simpul dari semesta ciptaanNya, sedangkan awal dan asal semesta ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Aku ini dari Allah dan semua orang beriman dari diriku.”
Dari rasulullah saw, itulah semua ruh diciptakan di alam Lahut dalam bentuk hakikat paling sempurna. Dan Alam Lahut itu disebut dengan Al-Qathanul Ashly (Negeri primordial). Setelah berlangsung selama 4000 tahun, Allah swt menciptakan Arasy dari Cahaya Mata Muhammad saw,  dan seluruh semesta ini berasal darinya. Kemudian dari Alam Lahut tadi diturunkan secara bertahap hingga di alam paling rendah yakni alam jasad, seperti dalam firmanNya, “Kemudian Kami turunkan secara bertahap sampai alam paling bawah. “ (At-Tiin: 5)

Pertama kali diturunkan dari Alam Lahut ke Alam Jabarut, dan Allah memberi pakaian  dengan Nur Jabarut dengan pakaian dari dua tempat mulia yang disebut dengan Ar-Ruh as-Sulthany.
Dengan pakaian tersebut Allah menurunkan lagi ke Alam Malakut, lalu diberi pakaian dengan  Cahaya Malakut yang dinamakan Ar-Ruh ar-Ruwany.
Kemudian Allah menurunkan ke Alam Mulki dan diberi pakaian dengan Cahaya Al-Mulki, yang disebut dengan Ar-Ruh al-Jismany (ruh jasad), baru kemudian Allah menciptakan berbagai jasad, sebagaimana firmanNya : “Darinya Kami ciptakan….” (Thaha 55), lalu Allah swt, memerintahkan ruh-ruh tersebut masuk dalam jasad, maka masuklah ruh itu denganperintah Allah Ta’ala, seperti difirmankan, “Dan Aku meniup di dalamknya dari RuhKu…”.

Ketika ruh-ruh tersebut berkait dengan jasad fisik, ia lupa pada janjinya kepada Allah di Hari Perjanjian (yaumul miitsaaq), di saat Allah swt berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu….” (Al-A’raf 172), hingga kealpaannya membuatnya ia tidak mau kembali ke Negeri Asal (Al-Wathanul Asly).
Kemudian Allah swt, melimpahkan rahmatNya, lalu diturunkanlah Kitab Samawi untuk mengingatkan pada mereka yang alpa atas Negeri Sejatinya, sebagaimana firmanNya, “Ingatkan mereka akan Hari-hari Allah…”(Ibrahim 14), yakni hari-hari pertemuan dengan Allah swt dengan para arwah.
Para Nabi saw,  semuanya dating ke dunia, dan pergi menuju akhirat disebabkan oleh peringatan itu. Sedikit jumlahnya yang sadar, kembali dan rindu atas Negeri Sejatinya.  Sampai akhirnya Kenabian melimpah pada Ruh Agung al-Muhammady, sebagai pamungkas para Nabi (semoga sholawat dan salam paling utama dan kehormatan paling sempurna terlimpah padanya dan kepada para Nabi dan Rasul lainnya).
Allah mengutus mereka untuk menyadarkan mereka yang alpa, darui tidur kealpaannya menuju kesadaran jiwanya. Mereka diutus untuk mengajak manusia bertemu dengan Kemahaindahan Allah azza wa-Jalla. “Katakan, inilah jalanku, aku mengajakmu kepada Allah dengan matahati, aku dan orang yang mengikutiku…(Yusuf: 108).

Matahati itulah disebut sebagai “mata ruh”, dibuka di Maqom Fuad bagi para Auliya’. Dan itu tyidak bisa diraih menurut pengetahuan eksoterik (lahiriyah) namun dengan Ilmu esoteris (bathiniyah) Laduniyah, sebagaimana firmanNya: “Dan Kami ajarkan padanya ilmu dari SisiKu…”(Al-Kahfi 65).
Maka sudah jadi kewajiban bagi manusia untuk mendapatkan matahati itu dari Ahli Batin dengan cara mengambil Talqin dari seorang Wali yang Mursyid, yang diambil dari Alam Lahut.
Nah, anda renungkan sendiri proses-proses luhur nan agung seperti itu. Dan kita harus segera bertaubat meraih ampunan Allah serta bersegera memasuki thariqah, agar kita kembali kepada Tuhan kita.
Sedangkan Lathifah Robbaniyah adalah hakikat-hakikat kelembutan Ilahi yang dilimpahkan dalam batin manusia, melalui NurNya, dan berujung menjadi aktivitas Ilahiyah dalam akhlak mulia manusia. Pertama kali melimpah pada Sirr (Rahasia Batin) kemudian memancar pada Qalbu, dan menggerakkan Ubudiyah sang hamba.

13 Wasiat Rasulullah SAW kepada Saidina Ali




RASULULLAH SAW ada menyampaikan pesanan dan wasiat kepada isteri, anak, kaum kerabat dan umat Islam seluruhnya. Namun antara wasiat yang menarik dan boleh dijadikan bahan renungan bersama ialah wasiatnya kepada menantu baginda, Saidina Ali Abu Talib. Sungguhpun wasiat itu khusus kepada Ali, namun kita sebagai Muslim dan muslimah, perlu menjadikannya sebagai iktibar lalu menjadikannya amalan. Larangan dan suruhan Rasulullah saw melalui wasiat itu, adalah juga untuk kaum Muslimin dan muslimat. Malah, boleh dikatakan semua perkara dalam wasiat itu adalah ciri-ciri utama orang beriman.

Berikut adalah antara wasiat Nabi kepada Ali seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: Ibnu Abbas meriwayatkan, bahawa Ali Abu Talib berkata: "Pada hari perkahwinan dengan Fatimah, Rasulullah saw bersabda kepadaku, mengutarakan tiga belas wasiat khusus untukku:"
  1. Wahai Ali, takutilah engkau daripada memasuki tempat mandi (hammam) tanpa memakai kain separas pinggang. Bahawasanya barang siapa memasuki tempat mandi tanpa kain separas pinggang, maka dia mendapat laknat (mal'un).
  2. Wahai Ali, janganlah engkau memakai cincin di jari telunjuk dan di jari tengah'. Sesungguhnya itu adalah apa yang dilakukan oleh kaum Lut.
  3. Wahai Ali, sesungguhnya Allah mengagumi hamba-Nya yang melafazkan istighfar: "Rabighfirli fainnahu la yaghfirul-zunuba illa Anta" ( Tuhanku, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampunkan dosa melainkan Engkau). Allah lalu berfirman: "Hai malaikat-Ku, sesungguhnya hamba-Ku ini mengetahui bahawasanya tiada yang mengampunkan dosa melainkan Aku. Hai malaikat-Ku: Jadilah saksi, bahawasanya aku telah mengampuni dia".
  4. Wahai Ali, takutilah engkau daripada berdusta. Bahawasanya berdusta itu menghitamkan muka dan disuratkan oleh Allah sebagai kazzab (pendusta). Dan, bahawasanya benar itu memutihkan muka dan disuratkan oleh Allah sebagai sadiq. Ketahuilah engkau, bahawasanya sidq (benar) itu berkat dan kizb (dusta) itu celaka.
  5. Wahai Ali, peliharalah diri engkau daripada mengumpat dan mengadu-dumba. Bahawasanya orang berbuat demikian itu diwajibkan ke atasnya seksaan kubur dan menjadi penghalang kepadanya di pintu syurga.
  6. Wahai Ali, janganlah engkau bersumpah dengan nama Allah, sama ada dusta atau benar, kecuali dalam keadaan darurat, dan janganlah jadikan Allah permainan sumpah engkau. Sesungguhnya Allah tidak menyucikan dan tidak mengasihani orang yang bersumpah dusta dengan nama-Nya.
  7. Wahai Ali, janganlah engkau mencita-citakan rezeki untuk hari esok. Bahawasanya Allah mendatangkan rezeki engkau setiap hari.
  8. Wahai Ali, takutilah engkau daripada berbantah-bantah dan berkelahi dengan maki-hamun dan sumpah-seranah. Bahawasanya perbuatan itu pada awalnya jahil dan pada akhirnya penyesalan.
  9. Wahai Ali, sentiasalah engkau bersugi dan mencolek (mencungkil) gigi. Bahawasanya bersugi itu menyucikan mulut, mencerahkan mata dan diredai Allah, manakala mencolek gigi itu dikasihi malaikat kerana malaikat amat tidak senang dengan bau mulut kerana sisa-sisa makanan di celah gigi tidak dicolek selepas makan.
  10. Wahai Ali, janganlah engkau melayani rasa marah. Apabila timbul rasa marah, duduklah engkau dan fikirkanlah mengenai kekuasaan dan kesabaran Allah Taala ke atas hamba-Nya. Pertahankah diri engkau daripada dikuasai kemarahan dan kembalilah engkau kepada kesabaran.
  11. Wahai Ali, perhitungkanlah (tahassub) kurniaan Allah yang telah engkau nafkahkan untuk diri engkau dan keluarga engkau, nescaya engkau peroleh peruntukan daripada Allah.
  12. Wahai Ali, apa yang engkau benci pada diri engkau, maka engkau bencikan juga pada diri saudara engkau dan apa yang engkau kasih pada diri engkau maka engkau kasihkan juga pada diri saudara engkau, yakni engkau hendaklah berlaku adil dalam memberi hukuman. Dengan itu, engkau dikasihi seluruh isi langit dan bumi.
  13. Wahai Ali, perbaikkanlah perhubungan di antara penduduk (jiran) sekampung dan antara ahli rumah engkau. Hiduplah dengan mereka sekaliannya dengan rasa persahabatan dan kekeluargaan, nescaya disuratkan darjat yang tinggi bagi engkau.
Wahai Ali, peliharakanlah pesananku (wasiatku). Engkau akan peroleh kemenangan dan kelepasan.

Senin, 25 Maret 2013

MANTRA PELET MEDIA ROKOK

Berikut do,a dan tata cara membuat pelet rokok:
BACA SURAH AN NAS 100 X
dilanjutkan dengan membaca doa sebagai berikut:

WAJINAH WAJIN JALJALLOH HALHALLOH INA ROMATULLOHI KHORIB MINAL MUHIBIN 
100 X 
kemudian tiupkan pada rokok. Jumlah rokok bisa tidak terbatas asal kemasannya dibuka.
Selanjutnya berikan rokok tersebut kepada sasaran yang dituju. Insya Allah dengean seketika  sasaran akan BERSIMPATI ke diri kita. Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Perhatian……….
SIAPA YANG BERMINAT DENGAN ILMU INI SILAHKAN MEMINTA IJAZAH KEPADA BAPAK M.MUHRIKAIZI DENGAN MENGIRIM SMS KENOMER HP: 081907589345,SMS YANG DIKIRIM  TIDAK AKN DIBALAS, AKAN TETAPI  DENGAN MENGIRIM SMS BERATI ANDA SUDAH MEMINTA IJAZAH DAN  SILAHKAN MENTRANSFER MAHAR 100.000 KE NOMER REKENING BANK BRI UNIT MANDALIKA 4687-01-000822-53-7 ATAS NAMA M.MUHRIKAIZI,
KAMI MENDOAKAN SEMOGA ANDA BERHASIL MENGAMALKANNYA DAN MERAIH YANG DI CITA-CITAKAN( YANG DI INGINKAN ) AMIN…………………………………………….
INGAT……………..TAMPA IJAZAH,  SEBUAH KEILMUAN TIDAK AKAN MEMBUAHKAN HASIL,KURANG BAROKAH DAN SIA-SIA
.
PERMAKLUMAN
ASSALAMUALAIKUM WR.WB.
KEPADA PARA PEMBACA YANG TERHORMAT,MAKSUD DAN TUJUAN SAYA MENGADAKAN MAHAR DIDALAM MENGAMALKAN SEBUAH KEILMUAN ADALAH SEBAGAI TANDA RASA HORMAT SEORANG MURID KEPADA GURU,DAN PERLU DINGAT SEBUAH KEILMUAN ITU BUKAN UNTUK DIJUAL BELIKAN KARENA WALAUPUN EMAS SEBESAR GUNUNGPUN TIDAK AKAN MAMPU UNTUK MEMBELI SEBUAH KEILMUAN,KARENA TIDAK TERNILAI HARGANYA,SEKALI LAGI SAYA TEGASKAN MAHAR DISINI BUKAN UNTUK MENJUAL SEBUAH KEILMUAN ,AKAN TETAPI SEBAGAI TANDA RASA HORMAT MURID KEPADA GURU,BUKAN UNTUK MEMBELI ILMU GURU,KARENA DIDALAM PEMBERIAN SEBUAH KEILMUAN ITU ADA NAMANYA IJAB QOBUL,
IJAB: ARTINYA PEMBERIAN,PENGIJAZAHAN,ARAHAN,TUNTUNAN,
         PETUNJUK,YANG DIBERIKAN GURU KEPADA MURIDNYA.
QOBUL:ARTINYA
             MURID MENERIMA  SEMUA ARAHAN,PETUJUK,TUNTUNAN
             YANG DIBERIKAN GURU KEPADA MURIDNYA.
IJAB QOBOL DISINI BUKAN SEPERTI IAJAB QOBUL DALAM JUAL BELI(ADA UANG ADA BARANG),AKAN TETAPI IAJAB QOBUL DISINI ADALAH GURU MEMBERI IJAZAH DAN MURID MENERIMA DAN MENGHORMATI GURU DENGAN MEMBERIKAN MAHAR,SEBAGAI TANDA TERIMAKASIH KEPADA GURU YANG TELAH MEMBERIKAN IJAZAH SEBUAH KEILMUAN.
TERTANDA PENGASUH BLOG MAJLISNURSYIFA
MUHAMMAD MUHRIKAIZI

Niat shalat.



Niat shalat.
Berangkat dari Hadits ini niat diatas, niat shalat menjadi bahan diskusi diantara Ulama-ulama ahli fiqih.
Al-Imam Asy-Syafi’i menyimpulkan bahwa semua amal, termasuk shalat, tiada sah tanpa dengan niat. Sementara yang lain, seperti Al-Imam Malik, menyimpulkan bahwa semua amal tidak sempurna (bukan tidak sah) tanpa dengan niat.
Bagi pengikut madzhab (pendapat) Asy-Syafi’i, berangkat dari pendapat bahwa niat adalah rukun, dimana shalat tidak sah tanpanya, maka ditulislah teks panduan niat dalam kitab-kitab madzhab tersebut, dengan menyaratkan adanya Ta’yin  (penentuan) komplit dalam niat shalat, yaitu menentukan shalat “apa” dan berapa raka’atnya, fardhu atau sunnah, melaksanakan kewajiban pada waktunya atau qadha’. Misalnya untuk shalat zhuhur;
 “Aku berniat shalat zhuhur empat raka’at, menghadap qiblat, untuk melaksanakan kewajiban yang sekarang (bukan qadha’), karena Allah ta’ala.”
Ke”komplit”an ini tidak lain adalah merupakan kepedulian ulama fiqih terhadap penjelasan tentang niat. Bahkan untuk itu mereka kemudian menyusun suatu kalimat untuk dilafalkan ketika berniat, dengan maksud sebagai usaha untuk memandu hati pada niat tersebut.
Bagi orang yang tidak mengerti maksud dan tujuannya, talaffuzh (melafalkan niat) ini dianggap sebagai bid’ah yang dibuat-buat oleh madzhab Asy-Syafi’i.
Namun tidak sedikit pula dari pengikut madzhab Asy-Syafi’i yang kemudian, ternyata, memang salah faham dengan panduan niat ini, mereka menganggap bahwa niat itu adalah menghadirkan ungkapan sebagaimana lafal niat tersebut dan mengejanya kalimat demi kalimat di dalam hati. Dan karena definisi niat itu dalah..
قَصْدُ شَيْءٍ مُقْتَرِناً بِفِعْلِهِ
 “Menyengaja sesuatu bersamaan dengan melakukannya”
Maka proses penghadiran ungkapan niat itu di lakukan pada awal takbiratul-ihram. Ironisnya, mereka yang salah faham (dengan mengeja lafal niat didalam hati) itu kemudian salah faham lagi dengan kalimat “muqtarinan bi-fi’lihi” (bersamaan dengan perbuatannya) yang ada dalam konteks definisi niat itu. Mereka menganggap bahwa proses pengungkapan niat harus rampung pada saat takbiratul-ihram, sehingga mereka menyelesaikan bacaan takbir dalam waktu yang cukup lama, karena menunggu selesainya pelafalan niat didalam hati, bahkan tidak sedikit dari mereka yang kemudian sering was-was semasa takbir, merasa niatnya tidak sah karena belum sempurna terlafalkan didalam hatinya, dan akibatnya banyak yang sering menggagalkan takbir dan mengulanginya kembali dengan niat ala mereka.
Sungguh ini merupakan kesalahfahaman yang ironis, karena selain hal ini dapat menyulitkan si peshalat, maka bagi pengkeritik madzhab Asy-Syafi’i, hal ini akan dibuat sebagai alasan untuk menyalahkan Ulama Asy-Syafi’iyah yang telah menyusun lafal niat.
Memang benar, niat itu harus rampung pada saat takbir, artinya kesadaran dan kesengajaan untuk shalat itu harus sudah hadir didalam hati sebelum takbir usai. Namun, sekali lagi, bukan melafalkan niat pada saat takbir.
Niat itu praktis.
Untuk memahami niat yang sebenarnya, marilah kita simak perumpamaan berikut ini; Ketika si Amin menyerahkan selembar uang kepada seorang pengemis, si Amin bermaksud bersedekah uang sebesar lima ratus rupiah. Setelah uang itu diterima oleh si pengemis, si Amin baru sadar bahwa uang lembaran itu ternyata pecahan lima ribu rupiah. Si Amin merasa keberatan untuk membiarkan semua uang itu diambil si pengemis, namun untuk menukarnya atau minta kembalian adalah sesuatu yang tidak mungkin. Maka si Amin pun mengelus dada seolah hal itu adalah musibah.
Menyikapi ihwal si Amin ini, kita dapat berdiskusi mengenai hal berhubungan dengan niat. Si Amin bersedekah dengan maksud lima ratus rupiah, namun yang terjadi adalah ia keliru menyerahkan uang pecahan lima ribu rupiah. Sebenarnya si Amin tidak ikhlas dengan yang empat ribu lima ratus rupiah, namun apa boleh buat, karena uang itu oleh si pengemis telah dimasukkan kedalam kantong bajunya.
Kalau mereka mengatakan bahwa si Amin hanya mendapatkan pahala dari uang yang lima ratus rupiah, tentu semua orang akan membenarkan mereka dan si Amin pun tidak akan merasa keberatan. Akan tetapi kalau mereka bertanya dulu kepada si Amin, apakah sewaktu menyerahkan uangnya ia berniat dengan mengungkapkan seumpama kalimat “aku berniat menyerahkan uang lima ratus rupiah ini kepada pengemis ini sebagai shadaqah sunnah, karena Allah”, maka tentu saja si Amin akan jengkel dan berkata, “Memangnya siapa yang bilang harus niat begitu?”
Demikian pula dengan niat shalat, yang dimaksud dengan niat itu adalah bersengaja dan bermaksud, sehingga ada bedanya dengan orang yang sedang mengigau, atau orang yang lupa waktu, atau orang yang belum hafal betul tentang jumlah raka’at shalat. Adapun bagi orang yang sudah rapi menghadap qiblat di masjid, serta sadar dengan waktu shalatnya, misalnya shalat zhuhur, dan sudah puluhan tahun melakukan shalat sehingga hafal betul kalau shalat zhuhur itu empat raka’at, maka apa lagi yang ia perlukan dalam niatnya? Apakah kesiapannya dengan mengangkat tangan untuk bertakbir itu belum cukup untuk disebut niat?
Satu hal lagi hendaknya mereka perhatikan, kalau memang niat itu harus seperti faham mereka, maka ingatlah bahwa niat itu harus “muqtarinan bifi’lihi” (bersamaan dengan perbuatannya). Nah, lalu kenapa proses talaffuzh di hati itu hanya mereka pusatkan pada saat takbir? Bukankah perbuatan shalat itu bukan hanya takbir, melainkan semua amalan mulai takbir sampai salam? Kalau memang niat itu harus melafalkan panduan niat dihati, maka sepanjang shalat hati kita hanya akan sibuk dengan kalimat “Aku berniat shalat zhuhur empat raka’at, dengan menghadap qiblat, untuk melaksanakan kewajiban yang sekarang, karena Allah Ta’ala.”  Sungguh ini adalah suatu kesimpulan dari sebuah faham yang keliru!
Hendaknya hal ini difahami oleh para peshalat, terutama pengikut madzhab Asy-Syafi’i yang mengharuskan niat dalam shalat, terutama lagi oleh orang-orang yang sering was-was semasa bertakbir.
Ketahuilah bahwa syetan telah memanfaatkan kesalahfaman mereka untuk mengganggu mereka. Karena dengan kesalahfahaman itu biasanya seseorang melakukan beberapa kekeliruan, diantaranya;
1.      Memanjangkan bacaan “Allaah” melebihi batas panjangnya, yaitu tiga huruf atau enam harakat (enam detik).
2.      Mengurungkan takbir dan mengulang dari awal, padahal apabila seseorang telah membaca takbir shalat maka berarti ia telah masuk dalam shalat, dan tidak boleh (haram) membatalkan shalat kecuali sangat terdesak.
3.      Meninggalkan konsentrasi terhadap kandungan makna takbir demi untuk talaffuzh di hati yang tahshilul-hasil (mengusahakan seseuatu yang telah tercapai), karena sebenarnya niatnya telah tercapai. Padahal, sewaktu takbir, semestinya kita merasakan kebesaran dan kewibawaan Allah Azza wa-Jalla, sehingga sewaktu bertakbir hati kita menjadi ciut dan terkesiap karena takut kepada Allah Azza wa-Jalla.
Kesimpulannya, niat shalat menurut madzhab Asy-Syafi’i adalah sebagai berikut:
a.       Niat adalah rukun shalat. Niat shalat artinya bersengaja di hati (bukan melafalkan sengaja di hati) untuk melakukan shalat tertentu, bersengaja fardhu atau sunnah, bersengaja dengan raka’at tertentu, bersengaja menghadap qiblat, bersengaja ada’ (sholat pada waktunya) atau qadha’ (shalat mengantikan yang terlewatkan), bersengaja jadi makmum (kalau bermakmum) dan bersengaja karena Allah. Niat atau kesengajaan itu harus sudah dilakukan atau terjadi sebelum takbiratul-ihram usai, dan harus terus berlangsung (tidak putus) sampai salam, karena fi’lu (kelakuan shalat) itu adalah semua bagian shalat mulai dari takbiratulihram sampai salam. Perlu diperhatikan bahwa niat dan talaffuzh bin-niyyah (melafalkan niat) itu adalah dua hal yang berbeda!
b.      Talaffuzh bin-niyyah di mulut dan di hati sebelum takbiratul-ihram adalah “sunnah” dalam arti mustahabb (disukai atau dianjurkan), apabila talaffuzh ini memang dapat membantu kesiapan shalat.
c.       Talaffuzh bin-niyyah di mulut pada saat takbiratul-ihram adalah hal yang tidak mungkin. Karena mulut tidak mungkin dapat mengucapkan takbir dan lafal niat dalam satu waktu, melainkan mesti harus bergantian; entah lafal niat terlebih dahulu atau takbir dahulu.
d.      talaffuzh bin-niyyah (bukan niat) di hati pada saat takbiratul-ihram adalah hal yang tidak semestinya. Karena, apabila peshalat telah sadar bahwa ia sedang atau mulai melakukan suatu shalat, maka talaffuzh bin-niyyah adalah tahshilul-hashil (mengusahakan sesuatu yang telah tercapai). Dan bahkan gara-gara talaffuzh yang tidak semestinya itu, peshalat justru mengorbankan sesuatu yang semestinya dan penting, yaitu menghadirkan kandungan makna takbiratul-ihram.
Dari itu, bila kita telah siap untuk shalat, pastikan di hati bahwa kita hendak menghadap Allah ‘Azza wa-Jalla, pastikan kalau kita sadar hendak shalat, misalnya, zhuhur, pastikan bahwa kita tidak lupa kalau zhuhur itu empat raka’at, pastikan kalau kita sudah menghadap ke qiblat, pastikan apakah sedang shalat ada’ atau shalat qadhaa’, pastikan apakah kita shalat sendirian atau berma’mum, kemudian dengan mantap kita angkat kedua tangan seraya mengucapkan “Allaahu Akbar”, kita ucapkan dengan fasih dan tenang, hayati makna takbir dengan penuh khusyu’.
Sungguh niat itu sangat praktis, kecuali bagi orang yang tidak memahami niat dengan sebenarnya!

7 Tips Membentuk Otot Untuk Anda


7 Tips Membentuk Otot Untuk Anda

Bagi sebagian pria mungkin dibilang kurus adalah sebuah kebanggaan. Namun apakah para wanita menyukainya? Terkadang kurus diartikan tak berotot dan terlihat tidak bugar. Apabila Anda membayangkan bagaimana caranya membentuk otot dengan badan yang kurus, hal-hai berikut bisa menjadi tips untuk membentuk otot yang sehat:



  • Latihan Angkat Beban


Cara untuk membentuk otat salah satunya adalah dengan angkat beban secara rutin. Selain dapat memberikan latihan bagi paru-paru, daya tahan tubuh Anda bisa lebih terjaga. Mengapa demikian? Angkat beban secara rutin memberikan pelatihan pernapasan yang cukup baik. Secara teratur badan akan membiasakan pola latihan angkat beban ini sebagai pola relaksasi paru sekaligus pembentukan otot yang baik. Kebanyakan pria kurus tidak cukup mampu mengangkat beban berat untuk membangun otot yang signifikan.

Inilah salah satu alasan mengapa seorang memilih untuk menyewa pelatih pribadi di pusat kebugaran yang akan membantu membentiuk otot lebih cepat. Latihan angkat beban bisa dilakukan dengan latihan barbel berbagai set. Jika Anda baru akan memulai pembentukan otot, Anda bisa melakukannya dengan beban yang cukup ringan dahulu, dan di set selanjutnya bisa Anda gunakan beban yang lebih berat. Teknik bertahap ini bisa membantu Anda menghindarkan keseleo atau penempatan otot yang salah akibat beban yang terlalu berat.

  • Mix It Up


Saat latihan membentuk otot, Anda disarankan juga untuk melakukan olah tubuh lainnya, seperti push-up, sit-up, atau joging. Walaupun sebenarnya latihan-latihan itu lebih mengarah untuk menghilangkan lemak dan tidak terlalu efektif untuk pembentukan otot, namun bisa memberikan landasan awal dari pembentukan otot. Bila dilakukan secara teratur dan digabungkan dengan latihan angkat beban, pembentukan otot yang sempurna bisa Anda peroleh.

  • Konsumsi Daging


Bagi Anda para vegetarian mungkin merasa sedikit ngeri pada saran ini. Tetapi daging memiliki serat yang bisa membantu pembentukan otot, karena terdiri dari lemak, protein dan hormon yang membantu pertumbuhan lebih cepat. Meskipun Anda bisa mendapatkan protein yang cukup dari sayuran, namun ada beberapa zat yang tidak bisa didapatkan dari sayuran. Itulah sebabnya, Anda para vegetarian perlu mempertimbangkan zat-zat yang terkandung oleh daging. Sebisa mungkin Anda mengkombinasi sayuran dan daging, tentunya dengan jumlah yang tidak berlebihan.

  • Konsumsi Protein Tinggi


Untuk mempertahankan otot, Anda perlu makan sekitar 1,1 gram protein per kilo dari berat badan Anda, dan Anda membutuhkan sekitar 1,4 gram per kilo untuk membentuk otot. Selain itu, Anda harus mengonsumsi 500-1000 kalori ekstra setiap hari untuk meningkatkan metabolisme tubuh. Secara singkat, jumlah makanan yang diasup serta protein dapat meningkatkan testoteron, termasuk daging sapi, telur, dan makanan yang berasal dari laut. Anda bisa juga mengonsumsi bawang putih dan brokoli, selain rendah kalori, juga mendukung pemningkatan testoteron.

  • Konsumsi Asam Amino


Sebuah rahasia besar di kalangan binaragawan dan penggemar olah raga adalah jenis suplemen yang disebut asam amino atau branched chain amino acids (BCAAs), yang merupakan kandungan untuk memblokir protein yang mudah diserap dan dapat membentuk otot dengan cepat. Selain murah, asam amino mudah ditemukan dan dapat dikonsumsi nutrisi ini bisa memberikan kontribusi yang cukup signifikan apabila dilakukan juga olah raga dan pola makan yang teratur dengan menu-menu yang sehat. Dengan tidak mengonsumsi secara berlebihan namun lebih teratur, maka Anda bisa mendapatkan otot yang sempurna.

  • Makan Teratur


Latihan beban berarti membakar karbohidrat dengan jumlah yang cukup tinggi. Karena itu, Anda tidak bisa latihan membangun otot tanpa makan terlebih dahulu. Anda membutuhkan sekitar 300-600 kalori dari makanan yang mengandung karbohidrat dua sampai tiga jam sebelum latihan pembentukan otot ataupun berolah raga. Makanan dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi bisa ditemukan pada ubi, oatmeal, beras merah atau sumber karbohidrat lainnya yang sehat.

Jika Anda makan setelah latihan, Anda akan memperoleh otot lebih cepat, karena otot-otot Anda dengan cepat akan menyerap gula lebih cepat setelah latihan. Selain itu, membagi waktu asupan protein Anda dengan porsi 20-25 gram secara teratur sepanjang hari akan jauh lebih efektif untuk membentuk otot, dibandingkan dengan asupan protein dengan jumlah besar pada pagi atau malam hari saja.

  • Konsumsi Suplemen


Biasanya, Anda bisa mendapatkan semua nutrisi dari makanan yang Anda konsumsi, vitamin dan mineral yang Anda butuhkan. Tapi jika Anda mencoba untuk membentuk otot dan tubuh yang lebih berisi, apalagi Anda melakukan latihan atau olah raga yang teratur, maka Anda memerlukan asupan lain selain makanan, Anda akan membutuhkan bantuan dari suplemen. Untuk menghasilkan otot dan pembentukan tubuh yang ideal, olah raga dan makanan merupakan faktor penting bagi Anda. Namun, asupan suplemen juga sangat mendukung. Beberapa kandungan yang bisa Anda peroleh dengan mengonsumsi suplemen akan membantu menyempurnakan pembentukan otot.

Yang patut dicatat dalam menjalankan tips di atas, Anda bisa ahli gizi terlebih dahulu untuk lebih bisa mengatur asupan yang baik untuk pembentukan otot dan tubuh yang lebih bugar. Hal ini bisa menjadi faktor utama juga lho untuk menggaet wanita idaman Anda. Dengan terlihat lebih segar dan bugar, bahkan penampilan yang lebih atletis bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para wanita. Jadi, sudah siapkah Anda membentuk otot?