Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Oktober 2014

HADIS 12 KHALIFAH(IMAM) DARI KITAB AHLUSSUNNAH



Hadis 12 khalifah dari ahlulbait Nabi SAW SEMUA ITU ADALAH HADITS DARI KITAB-KITAB SUNNI, jadi siapa yang berpegang pada Sunnah ?? bagaimana lagi kalian mau menolaknya?
Islam adalah keduanya (Al Quran dan Ahlul Bait) yang tidak akan terpisah hingga akhir zaman, hingga kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang terakhir, Imam Mahdi afs yang dinanti-natikan. Ahlul Bait adalah madrasah yang paling komplit yang mengandung berbagai khazanah ke- Islaman. Madrasah ini telah terbukti menghasilkan kader-kader yang mumpuni dan telah mempersembahkan karya-karya cemerlang bagi kehidupan umat manusia.




Kerancuan Ahli Sunnah Dalam Menafsirkan Hadis 12 khalifah
Pertanyaan di sini adalah, siapa 12 khalifah tersebut ? Sunni hanya mengakui 4 khalifah.. Sebelum memilih jawaban yang benar dari soal ini, kita akan memberikan dua alternatif yang dapat diasumsikan pada hadis itu dan maksud Rasul saw.  darinya.
Maka, di sini hanya ada dua kemungkinan dan tidak ada pilihan ketiga di dalamnya. Kedua kemung-kinan tersebut adalah;
  • 1. Maksud dari sabda Nabi tersebut adalah penjelasan fakta politik umat beliau yang akan terjadi sepe-ninggal beliau, dengan cara penyingkapan akan masa depan. Sebagaimana hal ini juga terjadi dalam berbagai hal yang lain. Dengan demikian maksud hadis ini adalah pemberitahuan beliau akan masa mendatang dan menimpa umat beliau, atau dapat kita istilahkan kemungkinan pertama ini dengan nama tafsir mustaqbali (futurologis).
  •  
  • 2. Kemungkinan kedua adalah Nabi bermaksud menentukan kedua belas Imam dan penggantinya, maka tujuan hadis ini adalah pelantikan sesuai dengan tuntutan syariat bukan kabar akan masa mendatang. Kemungkinan ini disebut juga sebagai tafsir aqaidiyah (teologis).
Sejauh kajian ilmiah, kita dituntut untuk mencermati  dua kemungkinan ini dan memilih apa yang sesuai dengan bukti logis maupun dogmatis. Hanya saja, karena Ahli Sunnah sejak awal telah meyakini teori khilafah dan  menolak teori pelantikan serta membangun sistem akidah dan hukumnya di atas keyakinan ini, pada gilirannya mereka tidak menemukan alternatif selain kemungkinan atau tafsiran pertama, dan dengan segala cara berupaya menakwilkan apa-apa yang bertentangan dengannya
.
Kendati produk-produk penakwilan mereka itu jauh dari nalar yang lurus dan kearifan insani, namun demikian ini adalah konsekuensi yang tak terelakkan
.
Semestinya, Ahli Sunnah memandang hadis ini secara ilmiah dan bebas dari asumsi sehingga kita dapat melihat kelemahan tafsir futuralistik itu. Maka, jika Nabi saw. bermaksud menjelaskan ihwal kejadian di masa depan, mengapa beliau hanya menentukan dua belas orang saja?
.
Bukankah masa depan itu lebih panjang   dari sekedar jumlah dua belas pemimpin? Dan jika Rasulullah melihatnya dengan kaca mata khilafah yang sah yang sesuai dengan norma-norma syariat, maka  Ahli Sunnah tidak akan siap untuk meyakini Khulafa Rasyidin dan menolak legalitas kepemimpinan selain mereka. Oleh karena itu, mereka kebingungan dalam menentukan dua belas pribadi pengganti yang telah disinggung oleh Rasulullah saw.
.
Puluhan ribu nabi telah diutus sepanjang sejarah hidup manusia di segala penjuru dunia. Umat Islam meyakini mata rantai kenabian bermula dari Nabi Adam as dan berakhir di tangan Muhammad SAW dan tidak ada lagi nabi sesudahnya
.
Ditutupnya kenabian hanya bisa sesuai dengan hikmah dan falsafah diutusnya para nabi bila syariat samawi yang terakhir tersebut memenuhi seluruh kebutuhan umat manusia, di setiap masa dan di setiap tempat. Al Quran sebagai kitab samawi terakhir telah dijamin oleh Allah SWT keabadian dan keutuhannya dari berbagai penyimpangan hingga akhir masa
.
Akan tetapi secara zahir Al Quran tidak menjelaskan hukum-hukum dan ajaran Islam secara mendetail. Oleh karenanya penjelasan perincian hukum menjadi tanggung jawab nabi untuk menerangkannya kepada seluruh umatnya.Sewaktu Nabi Muhammad SAW masih hidup tanggung jawab itu berada dipundaknya. Karena itu hadits-hadits Nabi Muhammad SAW menjadi hujah dan sumber autentik ajaran Islam. Namun apakah semasa hidupnya, Rasulullah SAW telah menjelaskan seluruh hukum dan syariat Islam kepada seluruh umat?
.
Kalau tidak semua, siapa yang bertanggung jawab untuk menjelaskannya? Siapa pula yang bertanggung jawab menengahi silang sengketa sekiranya terjadi penafsiran yang berbeda tentang ayat-ayat Al Quran dalam tubuh umat Islam?
Saya sulit menerima jika dikatakan tanggung jawab penjelasan syariat Islam pasca Rasul jatuh ke tangan para sahabat. Sementara untuk contoh sederhana sahabat sendiri berbeda pendapat bagaimana cara Rasululullah melakukan wudhu dan salat yang benar, padahal Rasul mempraktikkan wudhu dan salat bertahun-tahun di hadapan mereka
.
Untuk persoalan wudhu saja mereka menukilkan pendapat yang berbeda-beda, karenanya pada masalah yang lebih rumit sangat mungkin terjadi penukilan yang keliru. Ataupun tanggung jawab penafsiran Al Quran jatuh kepada keempat imam mazhab yang untuk sekadar menafsirkan apa yang dimaksud debu pada surah Al-Maidah ayat 6 saja sulit menemukan kesepakatan
.
Kata mazhab Syafi’i debu meliputi pasir dan tanah, tanah saja kata Hanbali; tanah, pasir, batuan, salju dan logam kata Maliki; tanah, pasir dan batuan kata Hanafi (al-Mughniyah, 1960; Al-Jaziri, 1986)
.
Petunjuk Umat
Islam hanya dapat ditawarkan sebagai agama yang sempurna, yang dapat memenuhi segala kebutuhan manusia jika di dalam agama itu sendiri tidak terdapat perselisihan dan perpecahan. Karenanya, hikmah Ilahi meniscayakan adanya orang-orang yang memiliki kriteria seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW untuk memberikan bimbingan kepada umat manusia di setiap masa tentunya selain syariat
.
Ilmu yang mereka miliki tidak terbatas dengan apa yang pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW (sebagaimana maklum Nabi tidak sempat menjelaskan semua tentang syariat Islam) namun juga memiliki potensi mendapatkan ilmu langsung dari Allah SWT ataupun melalui perantara sebagaimana ilham yang diterima Siti Maryam dan ibu nabi Musa as (Lihat Qs. Ali-Imran : 42, Thaha:38)
.
Mereka menguasai ilmu Al Quran sebagaimana penguasaan nabi Muhammad SAW sehingga ucapan-ucapan merekapun merupakan hujjah dan sumber autentik ajaran Islam. Masalah ini berkaitan dengan Al Quran sebagai mukjizat, berkaitan dengan kedalaman dan ketinggian Al Quran, sehingga hukumnya membutuhkan penafsir dan pengulas
.
Al Quran adalah petunjuk untuk seluruh ummat manusia sampai akhir zaman karenanya akan selalu berlaku dan akan selalu ada yang akan menjelaskannya sesuai dengan pengetahuan Ilahi. “Sungguh, Kami telah mendatangkan kitab (Al Quran) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Al-A’raf :52)
.
Pada ayat lain, Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. ” (Qs. An-Nahl : 64)
.
Dengan pemahaman seperti ini maka jelaslah maksud dari penggalan hadits Rasulullah, Kutinggalkan bagi kalian dua hal yang berharga, Al Quran dan Ahlul Baitku. (HR Muslim). Bahwa keduanya Al Quran dan Ahlul Bait adalah dua hal yang tak terpisahkan hingga hari kiamat, memisahkan satu sama lain akibatnya adalah kesesatan dan di luar dari koridor ajaran Islam itu sendiri
.
Penyimpangan
Rasul menyebut keduanya (Al Quran dan Ahlul Baitnya) sebagai Tsaqalain yakni sesuatu yang sangat berharga. Keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Penerus nabi adalah orang-orang yang tahu interpretasi ayat-ayat Al Quran sesuai dengan makna sejatinya, sesuai dengan karakter esensial Islam, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT
.
Rasulullah menjamin bahwa siapapun yang bersungguh-sungguh dan berpegang pada kedua tsaqal ini, maka tidak akan pernah mengalami kesesatan. Kemunduran dan penyimpangan kaum Muslimin terjadi ketika mencoba memisahkan kedua tsaqal ini
.
Islam adalah keduanya (Al Quran dan Ahlul Bait) yang tidak akan terpisah hingga akhir zaman, hingga kehadiran Ahlul Bait Rasulullah yang terakhir, Imam Mahdi afs yang dinanti-natikan. Ahlul Bait adalah madrasah yang paling komplit yang mengandung berbagai khazanah ke- Islaman. Madrasah ini telah terbukti menghasilkan kader-kader yang mumpuni dan telah mempersembahkan karya-karya cemerlang bagi kehidupan umat manusia
.
Imam Ja’far Shadiq (fiqh), Jalaluddin Rumi (tasawuf), Ibnu Sina (kedokteran), Mullah Sadra (Filsafat), Allamah Taba’tabai (tafsir) dan Imam Khomeini (politik), sebagian kecil orang-orang besar yang terlahir dari madrasah ini.

nih bukti2 hadits 12 imam dari kitab2 sunni yang ditolak oleh sunni sendiri :
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang telah dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah berwilayah kepada Ali dan keturunan sesudahnya, karena sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke pintu kesesatan” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 5, Sahih Muslim juz 2; Adzahabi dalam kitabnya Mizanul I’tidal juz 4; Al-Khawarizmi dalam kitabnya Al-Manaqib, Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; Ibnu Hajar Asqalani as-Syafi’i dalam kitabnya Al-Ishabah juz 1)
.
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Hormatilah Ali karena Allah telah mengkaruniakan kelebihan kepadanya. Terimalah Ali karena Allah telah melantiknya untuk kalian. Wahai manusia! Sesungguhnya Ali adalah imam dari Allah. Allah sekali-kali tidak akan menerima taubat seorang yang mengingkari wilayahnya. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengampuninya. Sudah pasti Allah akan melakukan hal demikian ini terhadap orang yang menyalahi perintah-Nya mengenainya. Dan Dia akan menyiksanya dengan siksaan pedih yang berpanjangan. Lantaran itu kalian berhati-hatilah supaya kalian tidak menyalahinya. Justru itu kalian akan dibakar di neraka di mana bahan bakarnya adalah manusia dan batu disediakan kepada orang-orang yang ingkar” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi` al-Mawaddah; al-Khawarizmi dalam kitabnya al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahdhib al-Tahdhib juz 1)
.
Rasulullah saw bersabda, “Wahai manusia! Dengan akulah demi Allah, para Nabi dan Rasul yang terdahulu diberi khabar gembira. Aku adalah penutup para Nabi dan Rasul. Akulah hujjah atas semua makhluk di bumi dan di langit. Barangsiapa yang meragukan Ali adalah kafir sebagaimana kafir jahiliyah. Dan barangsiapa yang meragukan sabdaku ini, berarti dia meragukan seluruhnya. Orang yang meragukannya adalah neraka sebagai balasannya” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah; al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak juz 3)
.
Rasulullah saw bersabda, “Ali adalah pemimpin setiap orang yang beriman sesudahku” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Tirmidzi, juz 5; Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-mawaddah; Al-Khawarizmi al-Hanafi dalam kitabnya Al-Manaqib; Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Ishabah juz 2; An-Nasa’i As-Syafi’i dalam kitabnya Khashaish Amirul Mukminin; Ibnu Asakir as-Syafi’i dalam kitabnya Tarjamah Ali bin Abi Thalib dalam Tarikh Damsyiq juz 1; Ibnu Atsir dalam kitabnya Jami’ al-Ushul juz 9)
.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mati tanpa ketaatan (kepada seorang imam), mati sebagai murtad dan kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ahmad ibn Hanbal dalam kitabnya Musnad Ahmad, juz 3)
“Barangsiapa yang mati tanpa berbaiat (terhadap seorang imam), maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim)
.
“Barangsiapa mati dan tidak memiliki seorang imam, ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam al-Kabir juz 10)
.
“Selama masih ada paling sedikit dua orang (di dunia), persoalan ini (kekhalifahan) tetap berada di tangan Quraisy.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim, Sahih Bukhari, Musnad Ahmad)
“Barangsiapa yang mati tanpa seorang imam, maka ia mati sebagai kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 4)
.
“Barangsiapa yang mati tidak memiliki imam umatnya, maka ia mati sebagai seorang kafir.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Hakim dalam kitabnya Mustadrak juz 1)
.
Dari Ali mengatakan bahwa Rasulullah saw ketika menafsirkan ayat al-Qur’an, ‘(ingatlah) suatu hari ketika Kami memanggil setiap orang dengan imamnya’ (QS.Al-Isra:71) beliau bersabda, ‘Setiap kelompok akan dipanggil dengan imam zamannya.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Ad-Durr al-Mantsur juz 4; AL-Qurthubi dalam kitabnya Tafsir)
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Bukhari juz 4; Sahih Muslim; Sahih Tirmidzi; Sunan Abu Dawud; Musnad Ahmad)
.
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (kekhalifahan) tidak akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu yang tidak kudengar aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Quraisy.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim)
.
Rasulullah saw bersabda, “Agama Islam akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Quraisy, memerintah atas kamu.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Muslim; Syarah Nawawi)
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Akan ada 12 imam dan pemimpin setelahku.” Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang itu. Ia berkata, “Semuanya dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih At-Tirmidzi juz 2)
Rasulullah saw bersabda, “Terdapat 12 khalifah untuk umat (Islam) ini.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 5)
.
Rasulullah saw bersabda, “Agama ini akan tetap agung sampai datang 12 imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagungkan Allah dengan berkata Allahu Akbar dan menangis keras. Kemudian beliau saw mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Sahih Abu Dawud juz 2)
.
Awn mengutip ayahnya Abu Juhayfah sebagai berikut, “Aku dan pamanku sedang bersama Rasulullah saw, ketika itu beliau bersabda, “Urusan umatku akan terus berlalu sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya oleh Rasulullah saw. Ia menjawab, ‘Wahai anakku!’ Rasulullah saw bersabda bahwa mereka semua dari golongan Quraisy’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Mustadrak ‘ala ash-Shahihayn juz 3)
.
Masyruq berkata, “Kami duduk dengan Abdullah bin Mas’ud, mempelajari al-Qur’an darinya. Seseorang bertanya padanya, ‘Apakah engkau menanyakan kepada Rasulullah saw berapa khalifah yang akan memerintah umat ini?’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Tentu saja kami menanyakan hal ini kepada Rasulullah saw dan beliau menjawab, ’12, seperti jumlah pemimpin suku Bani Israil.’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Musnad Ahmad juz 1)
.
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku sedang berhadapan dengan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Pemerintahan dan khalifah umat islam ini akan berjumlah 12. mereka tidak akan menderita meskipun orang-orang tidak memberikan pertolongan.’ Dan menambahkan sesuatu yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku tentang hal itu, ‘Rasulullah saw mengatakan bahwa mereka semua dari golongan Quraisy,’ jawabnya’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Mu’jam Al-Kabir oleh Thabrani juz 2)
.
Dalil 12 Imam adalah Dari Bani Hasyim
Hadis-hadis tentang 12 imam adalah sahih dan mutawatir, mereka semua dari golongan Quraisy. Sekarang dari bani apakah mereka?
.
Jabir berkata, “Aku dan ayahku berada di hadapan Rasulullah saw ketika beliau bersabda, ‘Akan ada 12 khalifah setelahku.’ Kemudian beliau memelankan suaranya. Aku bertanya pada ayahku apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw dengan pelan. Ia menjawab bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Mereka semua berasal dari Bani Hasyim!’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi Al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ Al-Mawaddah, Maktabah Ibnu Taymiyah)
.
Siapakah 12 Imam Itu?
Siapakah mereka (Imam 12)? Keluarga suci (Ahlulbait) Nabi? Sahabat Nabi? Berikut ini adalah dalil-dalil Sahihnya dari kitab-kitab Ahlussunnah
.
Dari Ibnu Abbas, “Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa ingin hidup dan mati sepertiku dan ditempatkan di surga ‘Adn yang diciptakan Allah, maka harus mengikuti Ali dan penerusnya dan para imam setelahku, karena mereka adalah Ahlulbaitku. Mereka diciptakan dari tanahku dan diberikan pengetahuan. Kesengsaraan bagi orang yang menolak derajat ketinggian mereka. Kesengsaraan bagi orang yang menolak hubungan mereka dengaku. Semoga Allah mencabutnya dari syafaat mereka’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Hilyat Al-Awliya juz 1)
.
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah saw menyelesaikan shalat yang pertama bersama kami, kemudian membalik badan menghadap kami dan bersabda, ‘Wahai para sahabatku, Ahlulbaitku di sisimu adalahseperti perahu Nuh dan gerbang Tobat. Maka setelahku, berpegang teguhlah pada Ahlulbaiku, pengikut kebenaran dan keturunanku. Dan pasti kalian tidak akan tersesat’ beliau di tanya,’Wahai Rasulullah, ada berapa jumlah imam setelahmu?’ Beliau menjawab, ‘Mereka berjumlah 12 dari Ahlulbaitku’” (Referensi Sahih Ahlussunnah : HR. Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak Ash-Shahihain, juz 2, Al-Hakim berkata hadits ini Sahih; Musnad al-Firdaus)
.
Seorang Yahudi memanggil Na’tsal untuk datang menemui Rasulullah saw dan berkata, “Wahai Muhammad! Aku memiliki beberapa pertanyaan yang telah lama kusimpan. Jika engkau dapat menjawabnya, maka aku akan mameluk Islam dengan pertolonganmu.” Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Amarah! Engkau dapat menanyakannya padaku!” Ia bertanya, “Wahai Muhammad! Bertahukanlah kepadaku penerus-penerusmu, karena tidak ada Rasul tanpa penerus.” Rasulullah saw menjawab, “Penerusku adalah Ali bin Abi Thalib dan setelahnya adalah kedua cucuku Al-Hasan dan Al-Husain, yang setelahnya akan ada 9 imam dari keturunan al-Husain yang datang secara berurutan.” Kemudian Yahudi itu berkata, “Sebutkan nama-nama mereka, wahai Muhammad!” Rasulullah saw menyatakan, “Setelah al-Husain akan ada putranya Ali (Zainal Abidin), setelahnya Muhammad (Al-Baqir), setelahnya Ja’far (Ash-Shadiq), setelahnya Musa (Al-Kazhim), setelahnya Ali (Ar-Ridha), setelahnya Muhammad (Al-Jawad) setelahnya Ali (Al-Hadi), setelahnya Hasan (Al-Asykari) dan setelah Hasan putranya Hujjah Muhammad Al-Mahdi. Maka jumlah mereka ada 12 imam.” (Referensi Sahih Ahlussunnah : Al-Qunduzi al-Hanafi dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah)
.
PERLU DIGARIS BAWAHI Hadis 12 khalifah dari ahlulbait Nabi SAW SEMUA ITU ADALAH HADITS DARI KITAB-KITAB SUNNI, jadi siapa yang berpegang pada Sunnah ?? bagaimana  lagi kalian mau menolaknya?
.
Bagaimana kita tidak heran terhadap mereka itu yang membanggakan diri sebagai Ahlussunnah, padahal mereka telah meninggalkan yang berharga yakni Kitabullah dan keluarga Rasul betapapun mereka sendiri telah meriwayatkan hadis tersebut dan menshahihkannya…?
.
Sesungguhnya mereka itu tidak berpegang baik pada Al-Qur’an maupun pada keluarga Rasul, sebab dengan meninggalkan keluarga Rasul yang suci itu berarti mereka telah meninggalkan Al-Qur’an, karena hadis yang mulia menetapkannya bahwa Al-Qur’an dan keluarga Rasul itu tidak pernah berpisah selama-lamanya, sebagaimana Rasulullah telah menyatakan hal itu dengan sabdanya: “Tuhan Yang Maha Halus lagi Maha Sadar telah memberitahukan padaku bahwa keduanya yakni Aal-Qur’an dan keluarga Rasul tidak akan pernah berpisah sehingga menemui aku di telaga surga.”(Imam Ahmad dalam Musnad-nya, V, hal. 189, dan al-Hakim dalam Mustadark, III, hal. 148 dan ia menyatakan shahih menurut syarat Bukhari Muslim.)
.
Masalah Kekhalifahan adalah masalah yang sangat penting dalam Islam. Masalah ini adalah dasar penting dalam penerapan kehidupan keislaman, setidaknya begitu yang saya tahu  . Kata Khalifah sendiri menyiratkan makna yang beragam, bisa sesuatu dimana yang lain tunduk kepadanya, sesuatu yang menjadi panutan, sesuatu yang layak diikuti, sesuatu yang menjadi pemimpin, sesuatu yang memiliki kekuasaan dan mungkin masih ada banyak lagi
Saat Sang Rasulullah SAW yang mulia masih hidup maka tidak ada alasan untuk Pribadi Selain Beliau SAW untuk menjadi khalifah bagi umat Islam. Hal ini cukup jelas kiranya karena sebagai sang Utusan Tuhan maka Sang Rasul SAW lebih layak menjadi seorang Khalifah. Sang Rasul SAW adalah Pribadi yang Mulia, Pribadi yang selalu dalam kebenaran, dan Pribadi yang selalu dalam keadilan. Semua ini sudah jelas merupakan konsekuensi dasar yang logis bahwa Sang Rasulullah SAW adalah Khalifah bagi umat Islam
.
Lantas bagaimana kiranya jika Sang Rasul SAW wafat? siapakah Sang Khalifah pengganti Beliau SAW? Atau justru kekhalifahan itu sendiri menjadi tidak penting. Pembicaraan ini bisa sangat panjang dan bagi sebagian orang akan sangat menjemukan. Dengan asumsi bahwa kekhalifahan akan terus ada maka Sang khalifah setelah Rasulullah SAW bisa berupa
  • Khalifah yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW
  • Khalifah yang diangkat oleh Umat Islam
Kedua Premis di atas masih mungkin terjadi dan tulisan ini belum akan membahas secara rasional premis mana yang benar atau lebih benar. Tulisan kali ini hanya akan menunjukkan adanya suatu riwayat dimana Sang Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa Ahlul Bait adalah Khalifah bagi Umat Islam. Bagaimana sikap orang terhadap riwayat ini maka itu jelas bukan urusan penulis

Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda“Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan olehAs Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.)
.
Hadis di atas adalah Hadis Tsaqalain dengan matan yang khusus menggunakan kata Khalifah. Hadis ini adalah hadis yang Shahih sanadnya dan dengan jelas menyatakan bahwa Al Ithrah Ahlul Bait Nabi SAW adalah Khalifah bagi Umat islam.Oleh karena itu Premis bahwa Sang Khalifah setelah Rasulullah SAW itu ditunjuk dan diangkat oleh Rasulullah SAW adalah sangat beralasan 
Selamat menempuh ujian Allah SWT !!!

HEMBUSAN KASTURI



DENGAN NAMA ALLAH YANG SENANTIASA MENGASIHANI
DAN SANGAT MENGASIHANI
KITAB INI DINAMAKAN
HEMBUSAN KASTURI
YANG MENERANGKAN BERKENAAN
Kelebihan membaca Maulid Nabi Kita MUHAMMAD sebaik-baik manusia, muga-muga Allah Ta'ala mengurniakan sepenuh-penuh ketentaraman dan sebesar-besar kesejahteraan kepadanya, dan semuga-muga Allah Ta'ala mengampunkan penyusun kitab ini dan penulisnya (serta penterjemahnya) dan sekalian orang-orang lslam lelaki dan perempuan.
Amin !
Diharap pembaca-pembaca yang mulia akan memandang kandungan kitab ini dengan redha dan senang hati dan sedia membetulkan apa-apa yang salah atau tersilap karena penyusun sesebuah kitab tidaklah terkeluar danpada tujuh perkara, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh setengah-setengah ulama' pada masa dahulu, yaitu: Apabila seorang alim yang waras akalnya menyusun sebuah kitab maka tidak dapat tidak kandungannya itu kadang-kadang dicipta olehnya sendiri yang belum ada pada masa dahulu, ataupun ada perkara-perkara yang kurang sempurna atau tidak sempurna yang disempurnakan olehnya, ataupun ada perkara-perkara yang tidak jelas dijelaskan olehnya atau ada perkara-perkara yang panjang yang diringkaskan olehnya dengan tidak merusakkan sedikit pun maknanya ataupun ada perkara-perkara yang bercerai-cerai yang dikumpulkan olehnya ataupun ada perkara-perkara yang salah yang dibetulkan olehnya. Maka di dalam hal-hal yang tersebut kesilapan atau kesalahan harus (mubah) terjadi.
Bagi sesiapa yang ikhlas (yaitu membuat sesuatu kebajikan dengan tujuan mengharapkan keredhaan Allah dan terselamat daripada azab Neraka) maka ada balasan yang besar untuknya pada sisi Allah.
Penulisnya yang Jahil:
Muhammad bin Abdullah As Suhaimi.
DARI PENTERJEMAH
Adalah kitab ini yang bernama 'HEMBUSAN KASTURI' asalnya disusun di dalam Bahasa Arab oleh Kiayi Agong As Saiyid Muhammad bin Abdullah As Suhaimi, tetapi memandangkan besar faedahnya, lebih-lebih lagi jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu sebagaimana sedia maklum, dari itu saya telah membuat demikian muga-muga ia akan mendatangkan faedah sedikit sebanyak kepada pembaca-pembaca sekalian.
Sekiranya didapati apa-apa kesalahan di dalam terjemahan ini daripada Bahasa Arab kepada Bahasa Melayu maka yang demikian ialah karena kesalahan atau kesilapan penterjemahnya, dari itu diharaplah supaya dibetulkan kesalahan itu dengan ikhlas serta dimaafkan si penterjemah yang telah mencoba seberapa yang terdaya dalam terjemahannya.
Terima kasih.
Penterjemah.
Md. Taha Suhaimi.
KEPUJIAN KEPADA ALLAH
Pujian yang sebenar adalah tertentu bagi Allah yang telah mengurniakan suatu ni'mat yang amat besar kepada kita sekalian dengan menzahirkan penghulu sekalian manusia dan pula Ia telah menentukan masa kezahiran Penghulu itu pada bulan Rabiul Awwal yang gemilang. Aku saksikan bahwa tidak ada Tuhan yang sebenar melainkan Allah yang esa, yaitu tidak ada sekutu bagi Nya. Muga-muga dengan penyaksian ini terhapuslah dosaku dan dosa pembaca-pembaca sekalian, samada dosa yang besar ataupun yang kecil. Dan aku saksikan pula bahwa penghulu kita dan nabi kita Muhammad sall - Allahu 'alaihi wa sallam ialah seorang hambaNya dan pesuruhNya yang mempunyai beberapa mu'jizat (yaitu perkara-perkara yang luar biasa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia yang biasa) yang semakin lama semakin tersiar sebutannya, dan muga-muga Allah Ta'ala mengurniakan juga keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya sekalian dan muga-muga keselamatan dan keseiahteraan itu kekal sehingga Hari Mahsyar (yaitu hari yang di dalamnya sekalian manusia akan dihidupkan kembali selepas matinya lalu berkumpul untuk dikira dan ditimbang pahala dan dosa masing-masing sebelum di masukkan kedalam Surga atau Neraka).
SAYA MULAKAN
Sesudah itu maka berkatalah saya yang hina dan fakir lagi berdosa, Muhammad bin Abdullah, yang dikenali di antara orang dengan gelaran Suhaimi yang berharapkan rahmat Allah, yang bermazhab Asy Syafi'i di dalam Fiqeh dan bermazhab Al Asy'ari didalam Tauhid dan menjalankan Tarikah Al 'Alawiah dan kemudian Tarikah Al Muhammadiah, yang bergurukan Asy Syeikh An Nawawi dan kemudian Az Zawawi dan yang berasal daripada Jajahan Wanasaba (Wonosobo) di dalam negeri Jawa, muga-muga Allah Ta'ala dengan lemah-lembutNya dan belas kasihanNya menjadikan dia bekerja bersungguh-sungguh di dalam pekerjaan kebajikan yang zahir dan batin dan menyiarkan ilmu syariat dan ilmu akhirat.
Bahwasanya saya telah menyusun kitab ini ialah untuk menggalakkan dan menyukakan serta menjadikan orang mengambil berat tentang mengingatkan Nabi kita Muhammad s.a.w. dengan membanyakkan selawat dan salam kepadanya dan membaca kisah-kisah maulidnya serta kasidah-kasidahnya dan lain-lain perbuatan kebajikan dan ketaatan kepada Allah Ta'ala.
Maka tidak ada satu perkara yang lebih memberi manafaat untuk menerangkan hati serta menyampaikan orang-orang yang menuntut untuk 'sampai' kepada Allah melainkan dengan banyak mengingatkan Nabi s.a.w. dan mengucapkan selawat kepadanya karena bahwasanya dengan tekun dan tetap membuat demikian maka orang itu akan memperolehi cahaya yang banyak dan dengan berkatnya ia akan dapat 'berhubung' dengan Nabi Muhammad s.a.w. ataupun dapat berkumpul dengan sesiapa yang bolehmenyampaikan dia kepada Nabi s.a.w. dengan syarat ia menjalankan ibadat dan menjauhkan maksiat serta menghiasi dirinya dengan perangai yang baik, terutamanya pada akhir zaman apabila kekurangan orang-orang yang menunjuk ajar serta banyak pula campur-aduk terjadi di dalam hukum-hukum agama di antara orang ramai.
SEBAIK-BAIK PERKARA
Maka sebaik-baik perkara pada masa ini ialah bekerja bersungguh-sungguh mencari ilmu yang berfaedah, (terutamanya ilmu agama Islam) dan menyiarkannya, oleh karena bekerja untuk yang demikian itu, serta dengan niat yang betul adalah lebih baik daripada puasa siang hari dan beribadat sepanjang malamnya dan lebih baik daripada berkhalwat dan bertapa bahkan lebih balk daripada segala perkara-perkara yang lain daripada itu (tetapi puasa dan berkhalwat itu memang ada faedahnya juga). Bahkan sebenarnya tidak ada suatu amalan yang lebih dikasihi oleh Nabi s.a.w. pada masa ini melainkan bekerja untuk mengajar umatnya akan Syariatnya. Dan tidak ada sesuatu yang lebih diredhai oleh Allah Ta'ala melainkan seperti apa yang tersebut itu, karena sekalian Rasul-rasul dan Nabi-nabi alaihimussalam diutuskan untuk yang demikian itu.
TUJUAN KITAB INI
Maka sekarang marilah kita membaca kandungan kitab ini: Sanya mula-mula makhluk yang dijadikan oleh Allah Ta'ala ialah Nur (cahaya) Nabi kita Muhammad s.a.w., dan telah melimpah padanya tanda-tanda kenabian daripada ketika itu, tetapi sebelum itu Allah Ta'ala saja yang ada, bahkan belum ada masa dan belum ada matahari dan bulan.
Telah diriwayatkan daripada Jabir Bin Abdullah Al-Ansari (seorang sahabat Nabi s.a.w.) bahwa ia telah bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang mula-mula makhluk yang telah dijadikan oleh Allah Ta'ala, lalu dijawab oleh Nabi
Artinya: "Hai Jabir, sesungguhnya Allah Ta'ala telah menjadikan sebelum segala makhluk ialah Nur Nabi engkau daripada NurNya." Maka mulalah Nur itu berjalan ke sana ke mari dengan kudrat Allah Ta'ala dengan menurut ke mana saja yang Allah Ta'ala kehendaki. Dan belum ada pada masa itu Lauh Mahfuz dan Qalam, dan belum ada Surga dan Neraka, dan belum ada langit dan matahari dan bulan dan manusia dan jin.
Dan telah bersabda Rasulullah s.a.w. lagi:
Artinya: "Akulah mula-mula Nabi yang dijadikan (yaitu dengan dijadikan cahaya yang tersebut itu), dan penghabisan sekali yang diutuskan, dan adapun sebabnya aku diutuskan selepas sekalian Nabi-nabi yang lain itu ialah supaya umat Nabi-nabi yang lain itu tidak mengetahui akan apa-apa keaiban umatku."
ULAMA' BERSELISIH
Ulama' telah berselisih pendapat tentang apa benda yang telah dijadikan oleh Allah Ta'ala setelah dijadikan nur Nabi kita Muhammad s.a.w. itu, maka oleh karena hal ini tidak ada kena mengena dengan tujuan kitab ini maka kita akan tinggalkan saja perbincangan dan pendapat-pendapat Ulama' dalam perkara itu.
TULISAN PADA 'ARASY
Dan telah diriwayatkan bahwa apabila Allah Ta'ala telah menjadikan Arasy, maka la telah menulis di atasnya dengan cahaya: La ilaha ill-Allah Muhammadur-Rasulullah. (Artinya: Tiada tuhan yang sebenar melainkan Allah, Muhamad ialah pesuruh Allah.)
Maka apabila Nabi Adam alaihissalam keluar daripada surga ia lihat pada tiang 'Arasy dan pada segala tempat di dalam surga itu nama Muhammad bersambung dengan nama Allah, lalu ia berkata: "Hai Tuhanku, dengan berkat kehormatan cucuku ini, kurniakanlah rahmat kepada datuknya (yaitu Nabi Adam)". Lalu Nabi Adam telah mendengar satu teriakan: "Hai Adam, jika engkau minta syafa'at (pertolongan) kepada kami dengan berkat Muhammad untuk langit dan bumi, niscaya kami akan memberi syafa'at itu kepada engkau."
MULA-MULA TULISAN DI DALAM LAUH
Telah diriwayatkan daripada Ibni 'Abbas radhi-Allah-'anhuma bahwa Nabi kita s.a.w. telah bersabda:
Artinya: Mula-mula sekali yang ditulis dengan Qalam di dalam Lauh Mahfuz dengan perintah Allah Ta'ala ialah: Sesungguhnya Akulah Allah, tidak ada tuhan melainkan Aku. Muhammad ialah hambaKu dan pesuruhKu dan pilihan Ku dari makhlukKu. Barangsiapa menurut akan hukumKu dan sabar terhadap percobaanKu dan bersyukur tentang ni'mat-ni'matKu niscaya Aku akan menulisnya sebagai seorang yang benar-benar percayakan Aku dan Aku akan membangkitkan (menghidupkan) dia di Hari Kiamat kelak di dalam golongan orang-orang yang benar-benar mempercayakan Aku waktu di dunia, tetapi barangsiapa yang tidak syukur tentang ni'mat-ni'matKu, maka cobalah ia keluar daripada bawah langitKu dan carilah tuhan yang lain daripada Aku.
Dan di dalam satu riwayat yang lain pula ada tersebut begini:
Apabila Qalam menulis: La ilaha ill Allah, maka ia pun berkata: " Hai Tuhanku, se- sungguhnya aku telah mengetahui namaMu yang maha besar: Lailaha illaAllah. Tetapi siapakah pula Muhammad yang Engkau hubungkan namanya dengan Engkau?" Lalu menjawablah Allah Ta'ala: "Hai Qalam, demi kuatkuasaKu, jika tidak karena Muhammad niscaya tidaklah Aku jadikan engkau dan tidaklah Aku jadikan satupun daripada makhluk-makhlukKu. Engkau tulislah: "Hai anak cucu Adam, barangsiapa taatkan Allah, niscaya Allah akan masukkan dia ke dalam Surga dan barangsiapa durhaka ke dimasukkan ke dalam Neraka."
Dan begitulah ditulis oleh Qalam bagi tiap-tiap umat sehingga sampai kepada umat Muhammad s.a.w. maka Qalam pun menulis: "Hai umat Muhammad, barangsiapa taatkan Allah niscaya Allah akan masukkan dia kedalam Surga dan barangsiapa durhaka kepada Allah (maka Qalam pun hendak menulis: "Niscaya Allah akan masukkan dia kedalam Neraka"), tiba-tiba datanglah satu teriakan: "Beradablah hai Qalam !" Lalu Qalam pun ketakutan dan menggeletar selama seribu tahun dengan sebab kehebatan kudrat Allah dan setelah itu maka Qalam itupun berkata: "Hai Tuhanku, apakah yang aku akan tuliskan (bagi umat Muhammad itu)?" Jawab Allah Ta'ala: "Tuliskan: Umat yang berdosa dan Tuhan yang sangat pengampun." (Yakni Allah Ta'ala mudah mengampunkan apabila mereka bertaubat atau meminta ampun).
Dan pada lain riwayat ada dinyatakan bahwa Allah Ta'ala telah berfirman pula: "Sesungguhnya Aku sangat mudah menerima taubat, Aku menerima taubat dari sesiapa yang mau bertaubat."
APABILA ADAM DIJADIKAN
Telah diriwayatkan bahwa apabila Allah Ta'ala menjadikan Nabi Adam alaihis salam maka Ia telah meletakkan Nur (cahaya) Nabi kita Muhammad s.a.w. itu pada belakang Nabi Adam. Maka malaikat-malaikat telah berdiri di belakang Nabi Adam berbaris untuk melihatkan gemerlapan cahaya Nabi kitia s.a.w. tadi yang tidak dapat ditahan oleh sebarang baju, lalu Nabi Adam telah berkata: "Hai Tuhanku, jadikanlah cahaya ini di hadapanku supaya malaikat-malaikat berada di hadapanku." Maka Allah Ta'ala pun menjadikan cahaya itu di dahinya. Kemudian Nabi Adam berkata: "Hai Tuhanku jadikanlah cahaya ini pada tempat yang aku boleh melihatnya." Maka Allah Ta'ala pun meletakkan cahaya itu pada jari telunjuk tangannya, lalu Nabi Adam pun melihat akan cahaya itu, dan keadaan Nabi Adam pun menjadi bertambah elok dan berseri.
CAHAYA SAHABAT-SAHABAT
Kemudian Nabi Adam bertanya: "Hai Tuhanku, adakah lagi baki (sisa) cahaya itu di belakangku?" Jawab Allah Ta'ala: "Ya ada, cahaya sahabat-sahabatnya." Nabi Adam berkata: "Hai Tuhanku, pindahkanlah cahaya itu kepada lain-lain jariku." Maka Allah Ta'ata pun memindahkan nur Saiyidina Abu Bakar kepada jari tengahnya dan nur Saiyidina Omar kepada jari manisnya dan nur Saiyidina Utsman kepada jari kelengkingnya dan nur Saiyidina Ali kepada ibu jarinya. Maka jadilah cahaya-cahaya itu gemerlapan pada jari-jari Nabi Adam alaihis salam selama ia berada di dalam Surga. Tetapi apabila ia turun ke dunia dan mengerjakan pekerjaan dunia maka cahaya-cahaya itu telah hilanglah daripada jari-jarinya dan kembali kembali kepada belakangnya.
KETURUNAN SUCI
Sesungguhnya Allah Ta'ala telah membersihkan sekalian datuk nenek Nabi kita s.a.w. yang mulia itu daripada zina jahiliah, yaitu tidak pernah ada di antara mereka itu (daripada Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad s.a.w.) seseorang yang telah bernikah dengan ibu tirinya atau dua adik beradik perempuan dimadukan atau sebagainya (karena hukum kawin yang seperti itu ialah haram serta tidak sah di dalam Islam.)
Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
Artinya: Aku tidak dizahirkan (diberanakkan) daripada zina jahiliah walau barang sedikit pun bahkan aku tidak dizahirkan melainkan daripada kawin secara Islam, (yaitu dengan ijab dan kabul dan dengan saksi-saksi yang bukan kafir karena pada masa itu mereka adalah dari ahlil-fitrah, yaitu masa yang kosong daripada sebarang nabi-nabi dan ahlil-fitrah itu tidak dihukumkan kafir.)
BAU KASTURI
Sanya adalah Abdul Muttalib (ninda Nabi s.a.w:) itu keluar daripadanya bau kasturi yang sangat harum dan pula ternyata cahaya Rasulullah s.a.w. itu terang pada dahinya. Dan apabila anak Ielakinya Abdullah, sampai usianya 13 tahun (dan ada pula ahli sejarah yang mengatakan 30 tahun), maka Abdul Muttalib telah mengahwinkan dia dengan Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zahrah dan adalah Abdullah tadi pada masa itu berpangkat tinggi di dalam kaum Bani Zahrah dari segi keturunan dan kemuliaan.
KEZAHIRAN NABI S.A.W.
Kemudian ahli sejarah telah menyebutkan bahwa apabila Abdullah berkawin dengan Aminah maka mereka pun bersatu dan Aminah pun telah mulalah mengandungkan Nabi s.a.w. pada hari Itsnin (dan ada pula ulama' yang mengatakan pada malam Jumaat dalam bulan Rajab, yaitu hari yang pertama di dalamnya dan Aminah telah menzahirkannya pada bulan Rabi'ul Awwal menurut pendapat ahli sejarah yang lebih tepat. Dan lama masa dikandungkan dia s.a.w. itu ialah sembilan bulan menurut pendapat yang sah, tetapi menurut pendapat yang mahsyur pula ialah dua belas bulan.
Maka menurut pendapat yang lebih tepat ialah bahwa Nabi kita s.a.w. telah dizahirkan pada hari Itsnin selepas terbit fajar dan itulah satu waktu yang berkat. Dan ia (s.a.w.) telah dizahirkan di Mekah dan tidak harus kita percayakan lain daripada Mekah itu tempat kezahirannya.
Dan perkara-perkara yang tersebut itu sayugialah diajarkan oleh ibu bapa kepada anak-anak mereka apabila mereka sampai umur 7 tahun, yaitu sudah jadi "mumaiyiz".
Dan Nabi Kita s.a.w. telah dizahirkan dengan keadaannya sudah sedia berkhatan serta juga sudah terpotong pusatnya. Rasulullah s.a.w. sendiri telah bersabda:
Artinya: Setengah daripada kemuliaan yang telah dikurniakan oleh Allah Ta'ala kepadaku ialah aku telah dizahirkan sedia terkhatan dan tidak seorang pun telah melihat auratku.
DINAMAKAN MUHAMMAD
Ahli-ahli sejarah telah berselisih pendapat tentang adakah bundanya s.a.w. yang telah menamakan dia Muhammad ataukah datuknya yang membuat demikian? Dan adakah Nabi s.a.w. telah diberi nama itu pada malam yang ia dizahirkan itu ataukah pada hari yang ke tujuh selepas ia dizahirkan?
Telah diriwayatkan oleh Imam Baihaqi daripada Ibni Hasan An Natukhi bahwa apabila sampai hari yang ke tujuh selepas dizahirkan Nabi s.a.w. maka nindanya, Abdul Muttalib, telah menyembelih binatang-binatang (untuk membuat aqiqah) dan telah menjemput Kaum Quraisy untuk menjamu mereka dan apabila telah selesai jamuan itu maka mereka pun bertanya: "Apakah engkau namakan dia?" Dijawab oleh nindanya: "Aku namakan dia Muhammad (artinya: yang dipuji). Aku berharap Allah Ta'ala memujinya di langit dan makhluk Allah Ta'ala memujinya di bumi."
Dan ada pula ahli sejarah yang mengatakan bahwa nindanya telah menamakan dia Muhammad ialah karena nindanya itu telah bermimpi bahwa satu utas rantai perak telah keluar daripada belakangnya lalu rantai itu telah memanjang sehingga satu hujungnya telah sampai ke langit dan satu hujungnya lagi telah sampai ke bumi dan satu lagi ke timur dan satu lagi ke barat. Kemudian rantai itu telah memendek kembali sehingga menjadi seolah-olah sebuah pohon yang hijau yang pada salah satu daunnya ada cahaya, tiba-tiba orang-orang yang di timur dan orang-orang yang di barat bergantung padanya, lalu ia menceritakan mimpinya itu, dan telah dita'birkan mimpi itu oleh ahli ta'bir mimpi kepada Abdul Muttalib bahwa seorang kanak-kanak akan di zahirkan daripada belakangnya yang akan menjadi ikutan oleh orang-orang timur orang-orang barat, dan akan dipuji oleh penghuni langit dan penghuni bumi. Dan beserta dengan itu maka ibunya telah menceritakan bahwa is telah datangi oleh satu yang datang dan memberitahu kepadanya bahwa, "Apabila engkau menzahirkan budak itu maka hendaklah engkau namakan dia Muhammad".
ABU LAHAB
Telah diriwayatkan bahwa apabila Nabi s.a.w. dizahirkan maka seorang hamba perempuan yang bernama Thuwaibah telah datang kepada Abu Lahab, (yaitu salah seorang bapa saudara Nabi s.a.w. dan tuan punya hamba itu) lalu hamba itu memberitahu kepadanya berkenaan kezahiran seorang lelaki bagi saudaranya, Abdullah. Maka Abu Lahab telah berasa amat suka lalu ia terus memerdekakan hamba itu pada ketika itu juga. Kemudian ia telah mengupah akan bekas hambanya itu supaya menyusukan Nabi, s.a.w. selepas kezahirannya itu selama beberapa hari.
Kemudian telah diriwayatkan bahwa selepas matinya Abu Lahab itu maka ada seoranq telah mimpi berjumpa dan bertanya kepadanya: "Apa hal engkau sekarang?" Jawab Abu Lahab: "Aku di dalam neraka tetapi keadaanku telah diringankan pada tiap-tiap malam Itsnin, karena aku dapat mengalir air di antara celah jariku sekedar banyak ini," (lalu ia tunjukkan kepada lekok di ibu jarinya)," dan yang demikian itu ialah dengan sebab aku memerdekakan Thuwaibah apakala ia memberitahu kepadaku tentang kezahiran Muhammad, dan pula aku telah mengupah Thuwaibah untuk menyusukan dia." Demikianlah riwayat itu.
Maka sekiranya beginilah hal Abu Lahab yang kafir musyrik itu (di dalam Quran telah diturunkan satu surah khas untuk mencelanya) dibalas dengan baik di dalam api neraka dengan sebab kesukaannya pada hari kezahiran Nabi yang terpilih s.a.w. itu maka bagaimanakah pula hal seorang yang mempercayakan keesaan Tuhan sepanjang umurnya yang bergembira dengan hari kezahiran Nabi s.a.w. dan bersedekah pula karena cintakan dia.
Demi sesungguhnya tidak dapat tiada balasan untuk orang yang seperti ini daripada Allah Ta'ala yang maha Pemurah itu ialah memasukkan dia dengan kelebihanNya dan kemurahanNya ke dalam Surga yang penuh dengan ni'mat untuk selama-lamanya.
Maka dapatlah diketahui daripada apa yang tersebut itu bahwa mengambil berat tentang Maulidnya s.a.w. yang mulia itu ialah satu daripada sebesar-besar perkara yang boleh mendekatkan seseorang kepada Tuhan. Dan hal yang demikian itu boleh didapati dengan memberi makanan kepada fakir miskin, dan membaca Quran dan membaca kisah sejarah Nabi s.a.w. dan kasidah-kasidah berkenaan dengannya, dan lain-lain perkara yang tidak mengandungi perkara perkara yang haram atau makhruh.
FAEDAH MAULID
Telah berkata Ibnul Jauzi bahwa satu daripada perkara-perkara yang telah mujarrab (yaitu telah dicoba dan didapati benar) ialah bahwa meraikan atau merayakan Maulid Nabi s.a.w. itu akan mendatangkan keamanan yang penuh pada sepanjang-panjang tahun itu di tempat yang diadakan keramaian Maulid itu.
Sanya seorang raja yang bernama Abu Sa'id Al Mudzaffar telah mempunyai sebuah kota bernama Irbil yang jauhnya dua batu daripada bandar AI Musul, adalah seorang raja yang bijaksana, berani, gagah, pintar, alim dan adil, la telah berlebih-lebihan pada tentang meraikan dan merayakan Maulid Nabi s.a.w. dan telah mengeluarkan belanja tiap-tiap tahun untuk yang demikian itu sebanyak 300,000 dinar. Dan perbuatannya itu telah dipersetujui oleh ulama'-ulama' dan orang-orang saleh keseluruhannya.
Dan di dalam setengah-tengah perayaan Maulid yang diadakan oleh raja itu maka setengah-setengah orang telah menghitung di dalam jamuannya ada 5.000 ekor kambing panggang dan 10.000 ekor ayam dan 100.000 mangkok dan 300.000 pinggan besar yang mengandungi gula-gula dan manisan-manisan yang berbagai rupa dan rasa.
Dan pula ia telah menyediakan percuma satu rumah besar untuk sesiapa saja yang datang daripada mana-mana pihak dan arah yang tidak mempunyai tempat tinggal. Dan raja itu telah membelanjakan wang untuk rumah itu tiap-tiap tahun 100.000 dinar, padahal baju raja itu sendiri hanya daripada kain kapas yang keras dan pula tidak lebih daripada lima helai. Isterinya pernah menegurnya tentang hal pakaiannya itu, tetapi ia pernah menjawab: "Aku memakai pakaian-pakaian yang demikian itu lebih baik daripada aku memakai pakaian-pakaian yang mahal dengan tidak mengambil berat terhadap orang faqir dan miskin."
PERMULAAN PERAYAAN MAULID
Kata Syeikh As Sakhawi bahwa perayaan Maulid itu mula-mula telah terjadi selepas kurun yang ketiga. Kemudian maka berkekalanlah orang-orang Islam di lain-lain negeri dan bandar yang besar meraikan Maulid itu. Dan mereka telah bersedekah pada malamnya dengan berbagai-bagai sedekah dan mengambil berat tentang membaca Maulid s.a.w. yang mulia itu dan telah nyatalah daripada berkatnya itu bahwa mereka telah mendapat kelebihan-kelebihan yang banyak.
HUKUM MERAYAKAN MAULID
Di dalam fatwa-fatwa Al Hafiz As Sayuti rahimah Ullah, di dalam bab "walimah" (memberi jamuan) bahwa ia telah ditanya tentang merayakan Maulid Nabi s.a.w. di dalam bulan Rabi'ul Awwal, apa hukumnya daripada syara'? Dan adakah didapati pahala oleh orang yang melakukannya atau tidak? Dijawab oleh As Sayuti, "Pada pendapatku bahwa cara merayakan Maulid Nabi s.a.w. itu ialah orang-orang berkumpul beramai-ramai dan membaca sedikit daripada ayat Quran dan menceritakan kisah-kisah berkenaan Maulid s.a.w. perkara-perkara yang luar biasa (mu'jizat) yang terjadi pada masa Nabi s.a.w dizahirkan dan kemudian mengeluarkan makanan untuk dimakan oleh orang ramai tadi dan selepas itu mereka pun bersurailah dengan tidak mengerjakan apa-apa lain daripada yang tersebut itu."
BID'AH HASANAH
Sanya perbuatan-perbuatan sebagaimana yang tersebut itu ialah Bid'ah Hasanah yang dibalas dengan pahala bagi orang-orang yang membuatnya karena di dalam perbuatan-perbuatan yang tersebut itu ada erti membesarkan nilai Nabi kita Muhammad s.a.w. dan menzahirkan kesukaan dan kegembiraan terhadap kezahirannya yang mulia.
Demikianlah yang telah di sebutkan oleh guru-guru kami muga-muga Alah Ta'ala mencurahkan rahmatNya ke atas mereka.
Telah berkata Imam Abu Syamah, guru Syeikh An Nawawi, "Satu daripada perkara-perkara yang dicipta dan diadakan pada zaman kita ialah perkara yang dilakukan tiap-tiap tahun pada hari asalnya yang dizahirkan Nabi s.a.w. (yaitu dua belas Rabi'ul Awwal) seperti bersedekah dan mengerjakan lain-lain kebajikan dan menyatakan kesukaan serta menghiaskan diri dan tempat kediaman karena yang demikian itu selain daripada membuat baik kepada orang-orang faqir, maka ia juga menandakan cinta kepada Nabi s.a.w. dan membesarkan dia di dalam hati orang yang menjalankan perayaan Maulid itu, sebagai syukur kepada Allah Ta'ala karena la telah mengutus Rasulullah sebagai satu rahmat kepada manusia sekalian.
MEMBESARKAN NABI S.A.W.
Telah berkata guru bagi guru kami Sidi Ahmad bin Zaini Dahlan rahima Ullah, "Telah menjadi adat bagi orang bahwa apabila mereka mendengar orang yang membaca Maulid itu menyebut pada arah: "Nabi s.a.w. dizahirkanlah daripada ibunya", maka mereka pun bangun berdiri sebagai memuliakan dan membesarkan dia s.a.w., maka bangun berdiri itu memanglah baik, karena yang demikian itu ada pengertian membesarkan Nabi s.a.w. Sesungguhnya banyak ulama' yang menjadi ikutan oleh orang ramai telah membuat seperti itu."
Kata AI Halbi di dalam kitabnya 'As Sirah': "Sesungguhnya telah diceritakan oleh setengah-setengah ulama' bahwa pada suatu masa di zaman Imam As Subki, ramai ulama' telah berkumpul di sisinya, lalu salah se daripada mereka telah melagu-lagukan satu nasyid (yaitu syair penggalak) dikarang oleh As Sarsari untuk memuji-muji Nabi s.a.w., maka pada ketika itu bangunlah Imam As Subki beserta semua mereka yang ada di majlis termasuk qadhi-qadhi dan orang-orang besar, lalu terjadilah mesra yang besar di dalam majlis itu. Sanya, merayakan Maulid Nabi s.a.w. dengan orang-orang berkumpul ramai untuknya ialah satu perkara yang baik (mustahsan).
HADITS NABI S.A.W.
Telah di riwayatkan satu hadith Nabi s.a.w. seperti berikut:
Artinya: "Barangsiapa membesarkan hari kezahiranku niscaya aku akan menjadi penolongnya pada hari kiamat dan barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk Maulidku maka seolah-olah ia membelanjakan emas sebanyak sebuah gunung untuk agama Allah."
Dan telah berkata Saiyidina Abu Bakar As Siddiq radhi Allahu 'anhu: "Barangsiapa membesarkan Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia akan menjadi temanku di dalam Surga."
Dan telah berkata Saiyidina Umar radhi Allahu 'anhu: "'Barangsiapa membesarkan Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia menghidupkan agama Islam."
Dan telah berkata pula Saiyidina Utsman radhi Allahu 'anhu: "Barang- siapa mengeluarkan satu dirham untuk membaca Maulid Rasulullah s.a.w. maka seolah-olah ia mati syahid didalam peperangan Badar dan Hunain."
Dan telah berkata Saiyidina Ali karamallahu wajhahu: "Barangsiapa membesarkan Maulid Nabi s.a.w. maka ia tidak akan keluar daripada dunia melainkan keadaannya di dalam iman."
Dan telah berkata Imam Syafi'i rahimah Ullah: "Barangsiapa mengum- pulkan orang-orang Islam untuk menyambut Maulid Nabi s.a.w. dengan membaca Maulid itu dan mengadakan syarahan-syarahan berkenaannya serta menyediakan makanan bagi mereka dan membuat lain-lain kebajikan, niscaya Allah Ta'ala akan membangkitkan mereka di hari kiamat bersama dengan wali-wali, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh dan ia akan berada di dalam Surga yang penuh dengan ni'mat."
PERKATAAN-PERKATAAN AULIA'
Telah berkata Al Hasan AI Basri, (muga-muga Allah Ta'ala memuliakan rohnya): "Aku ingin kalaulah aku mempunyai emas sebanyak gunung Uhud, niscaya aku akan membelanjakannya untuk membaca Maulid Rasulullah s. a. w."
Dan telah berkata AI Junaid AI Baghdadi rahimah Ullah: "Barangsiapa hadir pada majlis Maulid Nabi s.a.w. dan membesarkan keadaan majlis itu maka sesungguhnya ia telah menang dengan iman."
Dan telah berkata Ma'ruf Al Kukhi (muga-muga Allah memuliakan rohnya): "Barangsiapa menyediakan makanan untuk membaca Maulid Rasulullah s.a.w. dan mengumpulkan orang-orang Islam serta menyalakan lampu dan memakai pakaian-pakaian yang baru den berwangi-wangi serta bercantek dengan tujuan membesarkan Maulidnya s.a.w. maka Allah Ta'ala akan ngumpulkan dia di padang Mahsyar di hari kiamat kelak bersama dengan kelompok-kelompok yang pertama di antara Nabi-nabi dan ia akan mendapat setinggi-tinggi tempat di dalam Surga."
Dan telah berkata As Sirri As Saqati: "Barangsiapa pergi ke tempat yang ada dibaca di situ Maulid Nabi s.a.w. maka sesungguhnya ia diberi satu daripada kebun-kebun Surga karena ia pergi ke tempat itu tidak lain karena cinta kepada Rasulullah s.a.w."
Dan telah bersabda Rasulullah s.a.w.
Artinya: "Barangsiapa cintakan aku niscaya ia akan berada bersamaku di Surga."
Sedia maklum bahwa menyambut Maulid Nabi s.a.w. dengan cara- cara yang telah tersebut dahulu itu nyatalah berarti kita cinta kepadanya.
Dan telah berkata Sultan Wali-wali ('Arifin), Jalaluddin As Suyuti rahimah Ullah: "Barangsiapa orang Islam yang dibacakan di dalam rumahnya Maulid Nabi s.a.w. niscaya Allah Ta'ala akan menghilangkan den menjauhkan kemarau dan kecelakaan, balak, penderitaan, kebencian, hasad, kejahatan dengki terhadap ahli-ahli rumah itu dan apabila ia mati maka Allah Ta'ala akan memudahkan dia menjawab akan soalan-soalan Munkar dan Nakir dan akan mendapat tempat bersama orang-orang yang benar disisi Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Besar kerajaanNya."
Dan ia berkata lagi: "Tiada sebuah rumah atau masjid atau tempat dibaca di dalamnya akan Maulid Nabi s.a.w. melainkan Malaikat-malaikat melindungkan ahli-ahli tempat itu dan Allah Ta'ala akan melimpahkan rahmatNya kepada mereka dan Malaikat-malaikat yang berpangkat besar seperti dan Jibrl dan Mikail, Israfil, Quryail, Ainail dan lain-lainnya mendoakan kebaikan sesiapa yang menganjurkan dan menyebabkan adanya majlis bacaan Nabi s.a.w."
Demikianlah dinyatakan oleh guru kami daripada kitab 'Wasail'.
MURAH REZEKI
Barangsiapa membaca Maulid Rasulullah s.a.w. pada wang perak di dan kemudian ia mencampurkan wang itu dengan wang-wangnya yang lain, niscaya tuan punya wang itu akan mendapat berkat dan tidak akan menjadi papa dan tangannya tidak akan kosong dengan berkat Maulid Rasulullah s.a.w.
Dan telah berkata Imam Al Yafi'i, "Barangsiapa mengumpulkan orang- orang Islam untuk sesuatu majlis membaca Maulid Nabi s.a.w. dan menyediakan makanan danmengadakan tempat baginya dan mengerjakan lain-lain kebajikan maka Allah Ta'ala akan membangkitkan dia pada hari Kiamat bersama-sama dengan Wali-wali dan orang-orang yang saleh dan orang-orang yang mati syahid dan ia akan berada di dalam Surga Na'im."
LAGI KELEBIHAN MAULID
Telah dihikayatkan bahwa pada zaman Amirul mu'minin Harun Ar Rasyid bahwa ada seorang muda di dalam bandar Basrah yang terlalu pemboros dan buruk perangai dan ahli-ahli negeri itu telah memandang kepadanya dengan pandangan yang hina dengan sebab perbuatan dan perangainya yang buruk itu. Tetapi pemuda ini, apabila sampai bulan Rabiul Awwal maka ia telah membasuh pakaian-pakaiannya dan berwangi-wangi serta berhias dan mengadakan jamuan dan pula ia telah meminta dibacakan kisah Maulid Nabi s.a.w. di dalam jamuan itu, maka ia tetaplah mengerjakan seperti itu tiap-tiap tahun selama beberapa tahun.
Kemudian apabila ia mati maka penduduk-penduduk negeri itu telah mendengar suatu teriakan berkata: "Datanglah wahai ahli Basrah dan saksikanlah jenazah seorang Wali Allah Ta'ala karena dia itu mulia di sisi Allah."
Maka orang-orang Basrah pun datanglah kepada jenazahnya dan mengebumikannya, kemudian mereka telah melihatnya didalam mimpi bahwa ia sedang bersiar-siar dengan pakaian dan perhiasan ahli Surga, yaitu 'sondosen wastabraq', lalu ia telah ditanya, "Sebab apa engkau telah menerima kelebihan besar ini?" Jawab pemuda itu: "Sebab aku membesarkan Maulid Nabi s.a.w."
SATU LAGI HIKAYAT.
Telah dihikayatkan juga bahwa pada zaman Khalifah Abdul Malik bin Maruan bahwa ada seorang muda yang elok parasnya di dalam negeri Syam dan ia suka bermain dengan menunggang kuda. Maka pada satu hari ia telah menunggang kudanya dengan laju melalui hadapan pintu Gedung Khalifah itu tiba-tiba terlanggarlah dengan salah seorang anak baginda yang kebetulan ada di situ, lalu anak baginda itu pun mati.
Maka berita itu telah sampailah dengan segera kepada Khalifah dan Khalifah pun memerintahkan supaya pemuda itu dibawa menghadapnya. Apabila pemuda itu telah hampir kepada Khalifah maka teringatlah pada hatinya hendak bernazar bahwa sekiranya Allah Ta'ala melepaskan dia daripada angkara itu maka ia akan mengadakan jamuan yang besar dan ia akan meminta dibacakan Maulid Nabi s.a.w. di dalam majlis jamuan itu.
Apabila pemuda itu sampai di hadapan Khalifah dan Khalifah memandang kepadanya, tiba-tiba baginda telah tertawa, padahal baru sebentar tadi baginda telah berasa terlalu murka, lalu baginda bertanya kepada pemuda itu: "Adakah engkau pandai ilmu sihir?" Jawab pemuda itu, "Demi Allah tidak sekali-kali hai Amirul mu'minin." Berkata baginda: "Baiklah aku ampunkan engkau, tetapi katakanlah kepada aku apakah rahasia engkau?" Jawab pemuda itu: "Aku telah berkata di dalam hatiku, sekiranya Allah melepaskan aku daripada angkara yang sangat berat ini, aku akan mengadakan satu jamuan bagi Maulid Nabi s.a.w."
Baginda berkata: "Tadi aku sudah ampunkan engkau dan sekarang ambillah pula seribu dinar untuk perbelanjaan Maulid Nabi s.a.w. itu dan engkau sekarang terlepaslah daripada sebarang balasan bagi membunuh anakku itu."
Maka pemuda itu pun keluarlah dan telah selamat daripada balasan bunuh dan telah menerima pula seribu dinar ialah dengan berkat Maulid Nabi s.a.w.
MENGAMBIL BERAT
Sayugialah semua orang-orang Islam mengambil berat dan gemar membaca Maulid Penghulu Besar kita keturunan Adnan itu, karena dengan sebabnya telah dijadikan sekalian arwah dan benda-benda, dari itu memang sesuai dibelanjakan harta benda untuk mengingatkannya dan membesarkannya. Muga-muga Allah Ta'ala menjadikan kita sekalian gemar dan suka membaca Maulid Nabi kita yang mulia itu dengan berkekalan dan membelanjakan uang baginya pada masa-masa dan hari-hari yang tertentu. Amin !
SATU ADAT
Kerap juga terjadi di negeri kita ini orang-orang bertepuk tangan dan memukul gendang dan menari-nari dan memukul dandi (gendang besi) ketika Zikrullah dan ketika membaca Maulid Nabi s.a.w. sedangkan tidak disuruh oleh Syara' membuat demikian. Bahkan kadang-kadang hal ini boleh membawa kepada kekafiran. (Kita berlindung dengan Allah daripada yang demikian itu.) Telah dipetik oleh guru kami daripada Abu Bakar bin Al Hisni bahwa jenis kafir itu banyak, tidak dapat dikira, maka setengah daripadanya ialah membaca Quran dengan memukul gendang.
Ibnu Hajar telah memetik daripada At Tartusi yang tujuan ringkasnya ialah: Menurut pendapat ketua-ketua ahli Sufi bahwa menari-nari dan memukul gendang di dalam majlis Zikrullah atau di dalam ketika membaca selawat dan memuji Nabi s.a.w. adalah sesat dan salah karena Islam itu tiada lain hanyalah apa yang terkandung di dalam kitab Allah dan Hadits Nabi s.a.w.
PERBUATAN SAMIRI
Adapun menari atau bergendang ketika beribadat itu tidaklah disuruh oleh Allah atau Nabi s.a.w. tetapi perbuatan-perbuatan yang seperti itu mula-mula sekali telah diadakan oleh Samiri dan kawan-kawannya ketika Samiri membuat patung anak lembu (sebagaimana ada tersebut kejadiannya di dalam Quran), lalu mereka pun bangun menari-nari dan mengadakan lain-lain perkara yang tidak disuruh oleh agama Nabi Musa alaihis salam, maka perbuatan-perbuatan yang seperti itu ialah perbuatan agama kafir dan perbuatan orang-orang yang menyembah lembu.
Demikian juga lebih kurang tersebut di dalam kitab Al Qurtubi.
Imam Al Tartusi menambah kata bahwa orang-orang yang mula-mula memukul gendang di dalam majlis-majlis ibadat yang seperti itu ialah orang- orang Zindik (yaitu orang-orang yang zahirnya Islam tetapi batinnya kafir) untuk hendak menarik dan menjauhkan orang-orang Islam daripada ajaran kitab Allah.
Di dalam majlis-majlis yang adakan oleh Rasulullah s.a.w. dengan sahabat-sahabatnya maka mereka telah menjaga sopan-santun yang penuh, dari itu sayugialah Sultan dan wakil-wakilnya (atau ketua-ketua agama) melarang orang-orang yang bergendang dan menari itu hadir di dalam masjid dan lain-lainnya dan tidak harus (tidak boleh) bagi seseorang yang percaya Allah dan Hari Kiamat hadir bersama-sama mereka itu dan menolong mereka itu di dalam kesesatan mereka. Inilah pendapat mazhab Syafi'i dan Maliki dan Abu Hanifah dan lain-lain lagi golongan Imam-imam (Ketua-ketua) agama Islam.
BERTEPUK TANGAN
Adapun bertepuk tangan saja maka Imam Ibnu Hajar cenderung menghukumkan makhruh didalam segala hal (jika di luar sembahyang) walaupun dengan tujuan bermain-main dan bersuka-suka. Tetapi Imam Ramli mengharamkannya samada di dalam sembahyang atau di luarnya kalau karena bermain-main dan bersuka-suka.
PUKUL GENDANG
Tentang hukum memukul gendang maka Imam Ibnu Hajar telah menyatakan bahwa menurut pendapat yang muktamad adalah halal dengan tidak makhruh jika di dalam majlis perkawinan atau khatan atau sebagainya. (Nabi s.a.w. pernah bersabda: "Sukakanlah majlis perkawinan walaupun dengan memukul sebiji gendang.")
MENARI KETIKA KESUKAAN
Adapun menari dalam majlis perkawinan atau khatan atau sebagainya (dengan tidak bercampur lelaki dengan perempuan) maka Imam lbnu Hajar menghukumkannya makhruh. Tetapi jika menari itu bercampur lelaki dengan perempuan atau dengan cara yang boleh menimbulkan nafsu maka haramlah hukumnya samada dilakukan oleh lelaki ataupun perempuan.
Muga-muga Allah Ta'ala menjadikan kita sekalian di dalam golongan umatnya s.a.w. yang selamat dan sejahtera dan akan berkumpul di Padang Mahsyar bersama-sama Nabi s.a.w. Amin!
TERSEBUT DI DALAM TAURAT
Telah diriwayatkan oleh seorang yang sangat alim yaitu An Najmul Ghaidzi rahimah Ullah bahwa Allah Ta'ala telah menyatakan di dalam kitab Taurat bahwa la berfirman kepada Nabi kita Muhammad s.a.w. "Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat di dalam golongan manusia dan aku jadikan umatmu umat yang pertengahan dan aku jadikan umatmu umat yang pertama dan penghabisan dan aku jadikan umatmu tidak harus membaca khutbah melainkan lebih dahulu menyebutkan bahwa mereka mengaku bahwa engkau adalah hambaku dan pesuruhku. Dan aku jadikan sebagian daripada umatmu itu hati mereka seperti 'Kitab Injil' bagi mereka (yaitu mereka hafaz Quran, ataupun mereka senantiasa ingatkan hukum Allah).
PERNYATAAN SEORANG YAHUDI
Telah diriwayatkan pula oleh 'Ata' bin Yasar daripada Ka'ab Al-Ahbar (yaitu seorang Yahudi yang telah memeluk Islam di zaman sahabat) bahwa Ka'b Al Ahbar itu telah berkata: "Bapaku telah mengajar kepadaku kitab Taurat (Kitab suci Yahudi) melainkan satu surah saja yang tidak diajarkannya kepadaku, bahkan dibungkusnya dan disimpannya di dalam peti saja."
"Apabila bapaku mati maka aku telah membuka bungkusan itu, tiba- tiba pada surah yang di dalam bungkusan itu aku telah membaca berkenaan seorang Nabi yang akan keluar pada akhir zaman. la akan diperanakkan di Mekah dan akan berhijrah ke Madinah dan kekuasaannya di Syam. la menggunting rambutnya dan mengikat pinggangnya. Adalah ia sebaik-baik Nabi dan umatnya sebaik-baik umat. Mereka membesarkan Allah dengan segala kemuliaan. Mereka berbaris di dalam sembahyang sebagai mereka berbaris di dalam peperangan. Hati mereka ialah Quran mereka. Mereka memuji Allah di dalam segala masa kesempitan aan kemewahan, satu pertiga daripada mereka akan terus masuk Surga dengan tiada dihisab (yaitu tiada dikira dosa dan pahala mereka) di padang mahsyar nanti dan satu pertiga daripada mereka telah membuat salahdan berdosa tetapi Allah Ta'ala mengampunkan mereka dan satu pertiga lagi telah membuat dosa besar maka malaikat-malaikat (di padang Mahsyar) pun berkata kepada Allah Ta'ala: "Hai Tuhan kami, kami dapati mereka telah menganiayakan diri mereka dan kami dapati dosa-dosa yang dilakukan oleh mereka adalah seperti beberapa buah gunung, hanya sanya mereka tetap mengaku bahwa tiada tuhan yang sebenar melainkan Allah dan bahwa Muhammad ialah pesuruh Allah."
Lalu dijawab oleh Allah Ta'ala: "Demi kemuliaanKu dan kehormatanKu. Aku tidaklah menyamakan orang yang ikhlas kepada Aku dengan mengakui keesaanKu itu sebagaimana orang yang mendustakan Aku (dengan mengatakan Tuhan ada anak ataupun sekutu atau sebagainya). Dari itu masukkanlah mereka ke dalam Surga dengan sebab rahmatKu."
NABI MUSA.
Telah tersebut di dalam setengah-setengah "Khabar" bahwa Nabi Musa alaihissalam telah bersabda: "Hai Tuhanku, sesungguhnya aku dapati ada tersebut di dalam kitab Taurat satu umat yang ialah sebaik-baik umat diantara golongan manusia maka jadikanlah umat itu umatku." Berfirman Allah Ta'ala: "Itu ialah umat Muhammad." Bersabda lagi Nabi Musa: "Hai Tuhanku, sesungguhnya aku dapati ada tersebut di dalam kitab Taurat satu umat yang pergi Haji, dan apabila mereka kembali daripada Haji itu maka segala dosa mereka diampuni, maka jadikanlah umat itu umatku." Jawab Allah Ta'ala: "Itu ialah umat Muhammad." Bersabda Nabi Musa lagi: "Hai Tuhanku, sesungguhnya aku dapati ada tersebut di dalam kitab Taurat satu umat yang kitab suci mereka ialah di dalam dada mereka (yakni mereka hafaz kandungan kitab Allah), maka jadikanlah umat itu umatku." Jawab Allah Ta'ala: "Itu ialah umat Muhammad." Bersabda lagi Nabi Musa: "Hai Tuhanku, sesungguhnya aku dapati ada tersebut di dalam kitab Taurat satu umat yang berpuasa satu bulan lalu diampunkan dosa mereka selama sebelas bulan yang lalu, maka jadikanlah umat itu umatku." Firman Allah Ta'ala: "Itu ialah umat Muhammad." Bersabda lagi Nabi Musa: "Hai Tuhanku, sesungguhnya aku dapati tersebut di dalam kitab Taurat tentang satu umat yang ialah penghabisan umat di dalam Islam tetapi terdahulu masuk Surga maka jadikanlah dia umatku." Dijawab oleh Allah Ta'ala: "Itu ialah umat Muhammad," lalu bersabda Nabi Musa: "Hai Tuhanku, jikalau begitu, jadikanlah aku seorang daripada golongan umat Muhammad."
Maka itulah sebabnya Nabi kita Muhammad s.a.w. telah bersabda:
Artinya: "Sekiranya Musa hidup sekarang maka tak dapat tidak ia akan menurut Syariatku."
KABUL AHBAR
Telah berkata Kabul Ahbar lagi:
"Aku telah dapati ada tersebut di dalam kitab Taurat bahwa apabila umat Muhammad s.a.w. berjalan di atas bumi maka mereka memintakan ampun bagi umat itu sekalian, dan aku telah dapati bahwa ada bersama tiap-tiap seorang daripada mereka itu satu landasan daripada cahaya yaitulah Islam, dan aku telah dapati bahwa apabila seorang daripada mereka sujud maka apabila ia mengangkat kepalanya niscaya Allah Ta'ala mengampunkan dosanya, dan aku telah dapati mereka berpuasa satu bulan dalam tiap-tiap tahun, yaitu bulan Ramadhan, dan bagi tiap-tiap sehari mereka berpuasa maka Allah Ta'ala menjauhkan mereka daripada api Neraka sejauh perjalanan 500 tahun, dan aku dapati mereka berbahagia dan mempunyai sebaik-baik tempat kembali, yaitu Surga."
AMPUNAN ALLAH
Tersebut di dalam kitab 'Raudhatul Ulama':
"Telah bersabda Nabi Musa alaihis salam: "Hai Tuhanku, ampunkanlah aku dan Bani Israil." Firman Allah Ta'ala: "Aku telah ampunkan Muhammad dan umatnya dan pahala mereka (umat Muhammad) pada sisiKu sama sebagaimana pahala Nabi-nabi. KemurkaanKu terhadap mereka itu jauh. Aku terima amalan daripada mereka itu sedikit, tetapi Aku beri pahala dan rahmat kepada mereka itu banyak. Dan Aku tidak menolak permohonan taubat daripada mereka itu selama mereka berkata: La ilaaha illallah (yaitu Tiada Tuhan melainkan Allah)." Lalu Nabi Musa pun tunduk sujud dan berkata: "Hai Tuhanku, jadikanlah aku di dalam golongan umat Muhammad." Maka Allah Ta'ala pun berfirman: "Engkau dan sekalian Nabi-nabi memang termasuk di dalam golongan umat Muhammad." Muga-muga Allah Ta'ala mengurniakan sebanyak-banyak salam dan sejahtera kepada mereka itu sekalian. Amin!
KELEBIHAN MENGUCAP SELAWAT KEATAS NABI S.A.W.
Allah Ta'ala berfirman di dalam Quran:
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikatNya berselawat ke atas Nabi itu (Muhammad), wahai mereka yang beriman, banyakkanlah olehmu mengucapkan selawat dan salam keatasnya." (Quran)
Syeikh At Taimi telah meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
Artinya: "Banyakkanlah mengucap selawat kepadaku karena mengucap selawat kepadaku itu ialah menjadi kafarah (yaitu menebus dosa) dan zakat bagimu. Maka barangsiapa mengucap selawat kepadaku sekali niscaya Allah Ta'ala memberi selawat kepadanya sepuluh kali."
Dan telah diriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. telah bersabda:
"Tiga jenis manusia akan berada didalam lindungan Tuhan yang Maha mengasihani lagi Maha tinggi pada hari yang tidak ada perlindungan melainkan padaNya (Tuhan)", lalu Rasulullah s.a.w. telah ditanya: "Siapakah mereka itu, hai Rasulullah?" Jawabnya: "Mereka itu ialah orang yang menghilangkan kesusahan daripada orang yang susah di antara umatku dan orang yang menghidupkan syariatku dan orang yang banyak mengucap selawat bagiku."
Dan telah diriwayatkan daripada Rasulullah s.a.w. lagi bahwa ia telah bersabda:
Artinya: "Barangsiapa menulis selawat bagiku di dalam sebuah kitab niscaya malaikat-malaikat akan senantiasa memintakan ampun baginya selagi tulisan namaku itu ada di dalam kitab itu."
CAHAYA MUKA S.A.W.
Telah diriwayatkan daripada Sitti Aishah bahwa ia telah berkata: "Sedang aku menjahit baju pada waktu sahur (subuh sebelum fajar) maka jatuhlah jarum daripada tanganku tiba-tiba kebetulan lampu pun padam, lalu masuklah padaku Rssulullah s.a.w. maka aku telah dapat memungut jarum itu daripada cahaya wajahnya, lalu aku berkata, "Hai Rasulullah alangkah bercahaya wajahmu?" dan seterusnya aku bertanya: "Siapakah yang tidak akan melihat mu pada Hari Kiamat?" Jawab Rasulullah: "Orang yang bakhil (lokek)." Aku bertanya lagi: "Siapakah orang yang bakhil itu ?" Jawab Rasulullah:
Artinya: "Dialah orang yang ketika disebut namaku di sisinya is tiada mengucapkan selawat bagiku."
BERDOA
Telah diriwayatkan daripada Nabi s.a.w. lagi:
Artinya: "Jika kamu memohon (berdoa) kepada Allah akan sesuatu hajat maka mulakanlah doamu itu dengan menyebutkan selawat bagiku, karena Allah Ta'ala lebih pemurah daripada apabila diminta dua hajat lalu la hanya mengurniakan satu hajat saja dan menolak hajat yang satu lagi." (Tujuan hadits ini ialah bahwa orang yang memohon selawat untuk Nabi s.a.w. itu tidak akan ditolak bahkan akan dikabulkan dengan mudah dan Allah Ta'ala pula sangat pemurah, dari itu apabila selawat itu dikabulkan dengan mudah maka hajat lain yang disertakan dengan selawat itupun dikabulkan dengan mudah juga).
Dan telah berkata Al-Bara' bin 'Azib radhi-Allahhu 'anhu bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
Artinya: "Segala doa itu terdinding daripada langit sehingga orang yang berdoa itu mengucapkan selawat untuk Muhammad dan untuk keluarga Muhammad."
Dan daripada Anas radhi-Allahhu 'anhu daripada Nabi s.a.w.
Artinya: "Jangan pukul anak-anak kecilmu yang menangis karena tangisan mereka itu selama empat bulan ialah zikir, dan empat bulan kemudiannya ialah mengucapkan selawat bagi Muhammad, dan empat bulan lagi ialah doa bagi ibu bapa mereka."
KIJANG DAN ANAKNYA
Telah diriwayatkan oleh Abu Na'im di daiam kitab yang bernama "AI-Hilyah" bahwa seorang lelaki sedang lalu di sisi Nabi s.a.w. dengan mem- bawa seekor kijang yang telah ditangkap olehnya, lalu Allah Ta'ala (yang berkuasa menjadikan semua benda-benda bercakap) telah menjadikan kijang itu bercakap kepada Nabi s.a.w.: "Hai Pesuruh Allah, sesungguhnya aku ada mempunyai beberapa ekor anak yang masih menyusu, dan sekarang ini aku sudah ditangkap maka mereka sedang lapar, oleh itu haraplah perintahkan orang ini melepaskan aku supaya aku dapat pergi menyusukan anak-anakku itu, dan sesudah itu aku akan balik ke mari." Bersabda Rasulullah s.a.w.: "Bagaimana halnya kalau engkau tak balik ke mari lagi?" Jawab kijang itu: "Kalau aku tidak balik ke mari, nanti Allah Ta'ala akan melaknatkan aku sebagaimana la melaknatkan orang yang tidak mengucapkan selawat bagi engkau apabila disebut nama engkau disisinya."
Lalu Nabi s.a.w. pun bersabda kepada orang itu: "Lepaskanlah kijang itu buat sementara, dan aku jadi penjamin baginya."
Kijang itupun dilepaskan, dan kemudian ia kembali kembali ke situ. Maka turunlah Malaikat Jibril alaihissalam dan berkata: "Hai Muhammad, Allah Ta'ala mengucapkan salam kepada engkau dan la (Allah Ta'ala) berfirman: "Demi kemuliaanKu dan kehormatanKu, sesungguhnya Aku lebih kasihankan umat Muhammad daripada kijang itu kasihankan anak-anaknya, dan Aku akan kembalikan mereka kepada engkau sebagaimana kijang itu kembali kepada engkau."
Alhamdulillah, kami ucapkan pujian yang sebanyak-banyaknya kepada Allah karena la menjadikan kami di antara golongan umat Muhammad s.a.w.
JIRAN YANG JAHAT
Telah diriwayatkan oleh salah seorang yang salih begini: "Pada suatu masa aku ada seorang jiran yang jahat dan menzalimkan dirinya sendiri, dan aku telah menyuruhnya bertaubat kepada Allah tetapi ia enggan. Tetapi apabila ia mati aku telah bermimpimelihatnya di dalam Surga lalu akupun bertanya kepadanya: "Bagaimanakah engkau boleh menerima kedudukan yang seperti ini?"
Ia menjawab: "Pada suatu masa aku telah hadir di sisi seorang yang sedang meriwayatkan hadits dan aku telah mendengar la berkata bahwa barangsiapa mengangkat suaranya apabila mengucap selawat bagi Nabi s.a.w. niscaya diwajibkan dia mendapat Surga. Maka aku pun mengangkat suaraku mengucap selawat bagi Nabi s.a.w. lalu orang ramai pun telah menurut mengangkat suara mereka mengucap selawat bagi Nabi s.a.w. maka Allah Ta'ala telah mengampunkan kami sekalian."
MENAMAKAN KANAK-KANAK MUHAMMAD
Beberapa hadits telah diriwayatkan untuk menyatakan beberapa kelebihan bagi anak-anak yang dinamakan Muhammad atau Ahmad mudah-mudahan menggalakkan orang-orang menamakan anak mereka dengan salah satu nama-nama itu.
Daripada Anas bin Malik radhi Allahu 'anhu bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
Artinya: Akan berdiri dua orang hamba Allah di hadapan Allah Ta'ala di padang Mahsyar lalu Allah Ta'ala memerintahkan kedua-dua mereka, maka berkatalah mereka kedua: "Hai Tuhan kami bagaimanakah berhak masuk Surga?" Lalu berfirman Allah Ta'afa: "Hai hambaKu berdua, masuklah kedua-dua kamu ke dalam Surga karena Aku telah bersumpah kepada diriKu bahwa orang yang namanya Ahmad atau Muhammad itu tidak akan masuk Neraka."
Dan telah diriwayatkan daripada Ja'afar bin Muhammad bahwa apabila terjadi Hari Kiamat maka akan berteriak satu teriakan: "Bangunlah hai sesiapa yang namanya Muhammad dan masuklah ke dalam Surga sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad s.a.w."
Dan pada suatu riwayat yang lain pula, bahwa akan berteriaklah suatu yang berteriak pada Hari Kiamat: "Hai Muhammad," lalu Nabi s.a.w. pun mengangkat kepalanya pada tempat itu maka Allah Ta'ala pun berfirman: "Saksikanlah bahwa Aku mengampunkan tiap-tiap sesiapa yang namanya sama dengan nama Muhammad."
DAPAT ANAK LELAKI
Telah diriwayatkan daripada Abu Umamah radhi Allahu 'anhu: "Barangsiapa mendapat anak lelaki lalu ia namakan dia Muhammad karena hendakkan berkatnya, maka dia dan anaknya akan masuk Surga." (Ini telah disebutkan oleh penulis kitab 'AI Firdaus'.)
Dan daripada Ali bin Abu Talib karamallahu wajhah bahwa ia telah berkata: "Tidak ada suatu hidangan makanan yang disimpan lalu datang hadir padanya seorang yang namanya Ahmad atau Muhammad melainkan Allah Ta'ala memuliakan rumah itu dua kali ganda."
HENDAK ANAK LELAKI
Telah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Malikah daripada Ibnu Juraij daripada Nabi s.a.w. yang telah bersabda:
Artinya: "Barangsiapa ada isteri yang sedang mengandung dan bercita-cita hendak menamakan anak yang masih di dalam rahim itu Muhammad maka Allah Ta'ala akan mengurniakan kepadanya anak lelaki dan jika ada seorang yang bernama Muhammad di dalam sebuah rumah niscaya Allah Ta'ala mengurniakan berkat di dalam rumah itu."
Dan telah berkata Jalilah binti Abdul Jalil kepada Rasulullah s.a.w., "Hai Rasulullah, aku ini seorang perempuan yang tiada mempunyai anak lelaki yang hidup." Jawab Rasulullah s.a.w.:
Artinya: "Engkau bernazarlah kepada Allah bahwa apabila engkau mendapat anak lelaki maka engkau akan namakan budak itu Muhammad."
Maka Jalilah pun membuat demikian, lalu anak lelakinya telah hidup selamat dan baik.
MEMULIAKAN NAMA MUHAMMAD
Telah bersabda Rasulullah s.a.w.
Artinya: "Apabila kamu namakan seseorang itu Muhammad maka hendaklah kamu hormatkan dia dan lapangkan tempat baginya di dalam sesuatu majlis dan jangan masamkan atau hodohkan (jelekkan) mukamu kepadanya."
Dan telah diriwayatkan daripada Rasulullah s.a.w. bahwa tidak ada sesuatu kelompok yang mengadakan musyawarah dan ada bersama-lama mereka seorang yang bernama Muhammad, pada hal mereka tidak mengajak dia ke dalam musyawarah itu niscaya mereka itu tidak akan diberkati."