Pertolongan
Pertama Pada Kesurupan Jin
Allah
SWT dzat yang maha agung yang maha mengetahui segala sesuatu. Dia telah
menciptakan berbagai macam makhluk baik yang diketahui manusia maupun tidak.
Dia menciptakan apapun yang dia kehendaki dengan mengucapkan "KUN"
maka jadilah apapun yang Ia kehendaki. Itu adalah salah satu tanda kebesaran
dan keagungan-Nya.
Jin adalah salah satu dari sekian banyak ciptaan Allah. Cerita tentang jin
telah dimuat dalam Al-Qur`an diberbagai surat (diantaranya: Al-An`am,
Al-A`raf, Al-Jin dll). Ia adalah makhluk yang Allah ciptakan dari nyala api
(QS 55 : 15). Keberadaannya tidak bisa dilihat manusia (QS 7 : 27). Ia juga
mempunyai misi dan tanggung jawab yang sama dengan manusia, yaitu beribadah
kepada Allah (QS 51 : 56).
Jin dalam kesehariannya memiliki pola kehidupan yang sama dengan
manusia. Ada yang baik dan ada juga yang jahat (QS 72 : 11). Jin hidup
berdampingan dengan manusia, karena itu, potensi konflik amat sangat mungkin
terjadi. Bahkan pasti adanya. Terlebih dengan adanya setan dari kalangan jin,
mengganggu manusia adalah misi utamanya. Hal itu mereka lakukan sebagai wujud
pembalasan dendam kepada manusia (QS 7 : 11-30)
Sejarah
Singkat Ruqyah
Istilah Ruqyah telah ada sebelum masa Rausulullah Shallallahu
alaihi wasallam. Hal ini bisa diketahui dari ungkapan salah seorang
sahabat yang mengatakan: "Ini dahulu merupakan ruqyah yang kami pakai
untuk menanggulangi sengatan kalajengking". Hanya saja pada
masa-masa sebelum Islam, belum ada batasan-batasan yang menjelaskan mana yang
boleh dan mana yang tidak, sehingga terdapat banyak penyimpangan-penyimpangan
yang mengandung kesyirikan. Ketika beliau diutus sebagai rasul yang membawa
ajaran tauhid, beliau melihat banyaknya kekeliruan yang terjadi, akhirnya
beliau melarang ruqyah.
Setelah pelarangan tersebut, para sahabat mengklarifikasikan hal itu kepada
beliau yang kemudian meminta mereka untuk memaparkan ruqyah-ruqyah yang
selama ini telah mereka lakukan. Setelah pemaparan itu akhirnya beliau
menetapkan bahwa; Ruqyah yang diperbolehkan itu adalah yang tidak
mengandung kesyirikan.
Batasan yang telah ditetapkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
memberikan sebuah penegasan bahwa meskipun istilah yang dipakai tetap sama
(yaitu; ruqyah) akan tetapi makna dan hakikat yang terkandung didalamnya
sangat berlainan. Begitu juga dengan istilah-istilah lain yang ada dalam
khazanah keislaman, meskipun sama secara bahasa, akan tetapi berbeda batasan
definisinya secera istilah.
Batasan yang sudah diberikan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berlaku
untuk setiap muslim kapan pun dan dimana pun. Ini merupakan tolok ukur yang
paling utama dalam ruqyah. Berdasarkan hal ini, akhirnya bisa dibedakan mana
Ruqyah yang sesuai dangan Syariat Islam dan mana yang tidak. Adanya
pembatasan tersebut akan mempermudah untuk mengetahui
penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi di tengah masyarakat, meskipun
mereka menggunakan istilah yang sama.
Definisi
Ruqyah
Ruqyah berasal dari kata رقى \ يرقي \ رقية
yang secara bahasa :
Menurut
Ibnu Sidah العوذة) :) Bacaan perlindungan. Ibnul Atsir berpendapat
bahwa ruqyah adalah: Bacaan pelindungan yang dibacakan pada orang yang sakit.
sedangkan Al Qarafi mengatakan : Ruqyah adalah bacaan-bacaan
khusus yang diharapkan kesembuhan dari penyakit dan segala sesuatu yang
mencelakakan.
Adapun
menurut Istilah Ruqyah tidak berbeda maknanya dengan arti bahasa :
Syamsul Haqq Abadi berkata : Ruqyah adalah bacaan perlindungan yang
termasuk doà untuk minta kesembuhan. Hal ini senada dengan apa yang
disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimyah.
Sedangkan Syaikh Nashiruddin Al-Albani berpendapat : Ruqyah adalah bacaan
yang dibaca untuk minta kesembuhan yang berasal dari Al-Quràn dan
hadits yang shahih. Adapun untaian kalimat yang dibuat dalam bentuk sajak dan
beredar di kalangan masyarakat yang mengandung lafaz-lafaz yang tidak bisa
difahami maknanya, ini tidak masuk dalam kategori ruqyah yang disyariatkan.
Berdasarkan penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Ruqyah adalah :
1.
Bacaan
yang disampaikan dengan media suara
2.
Bacaan
yang dibaca berasal dari Al-Quràn dan hadits yang shahih
3.
Bacaan-bacaan
tersebut dimaksudkan untuk minta kesembuhan bagi yang sakit atau perlindungan
bagi yang sehat
4.
Bacaan
selain Alqur`an dan As-sunnah, harus bisa difahami maknanyadantidakmengandung
kesyirikan
Hukum
Ruqyah
Pada asalnya Ruqyah hukumnya haram dan
termasuk syirik sebagaimana yang telah ditegaskan Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam,
إن الرقى والتمائم و التولة شرك
Sesungguhnya Ruqyah, Jimat dan guna-guna termasuk syirik
Setelah itu para sahabat minta klarifikasi tentang hal ini kepada Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam. Sebab mereka juga melakukan ruqyah, lantas bagaimana
dengan yang sudah mereka lakukan selama ini? Rasulullah menjawab :
أعرضوا
علي رقاكم لا بأس بالرقى ما لم يكن فيه شرك
"Perdengarkan
padaku Ruqyah yang telah kalian lakukan, diperkenankan melakukan ruqyah yang
tidak mengandung kesyirikan"
نهى
رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الرقى فجاء آل عمرو بن حزم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم
فقالوا :" يا رسول الله إنه كانت عندنا رقية نرقي بها من العقرب, وإنك نهيت
عن الرقى". قال :" فعرضوها عليه". فقال:" ما أرى بأسا, من
استطاع منكم أن ينفع أخاه فليفعله"
Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam melarang ruqyah, kemudian keluarga Amr bin hazm
datang menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, mereka bertanya :
"Wahai Rasulullah, engkau melarang ruqyah padahal kami menggunakannya
untuk menanggulangi sengatan kalajengking", seraya mereka memaparkan
ruqyah mereka, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berkata
:"Tidak ada masalah, barangsiapa diantara kalian ada yang sanggup
memberikan manfaat pada saudaranya maka lakukanlah".
Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa:
Hadits-hadits yang terdahulu menjelaskan bahwa ruqyah itu
terlarang. Dan pelarangan itu bersifat mutlak. Hal ini dikarenakan para
sahabat pada masa jahiliyah melakukan ruqyah yang mengandung unsur syirik,
serta tidak mereka pahami, dan mereka berkeyakinan bahwa ruqyah itu
sendirilah yang menimbulkan pengaruh, bukan Allah. Kemudian tatkala
mereka masuk Islam, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melarang
ruqyah secara umum. Hal tersebut merupakan upaya preventif agar pelarangannya
lebih bermakna. Tatkala mereka mengklarifikasikan hal tersebut kepada
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda :
أعرضوا
علي رقاكم لا بأس بالرقى ما لم يكن فيه شرك
"Perdengarkan
padaku Ruqyah yang telah kalian lakukan, diperkenankan melakukan ruqyah yang
tidak mengandung kesyirikan"
Hal diatas menegaskan bahwa Ruqyah itu diperbolehkan,
tentunya setelah syarat-syaratnya terpenuhi.
Syarat-Syarat
Ruqyah Syarìyah
Imam Assuyuthi menjelaskan: "Para ulama telah ijma`
tentang bolehnya ruqyah setelah tercukupinya tiga syarat berikut ini :
1. Hendaknya Ruqyah itu dengan Ayat-ayat Alquràn atau dengan
Asmaul Husna. Imam Nawawi menambahkan : zikir yang bersumber dari
hadits yang shahih.
2. Hendaknya menggunakan Bahasa Arab atau bahasa yang bisa
difahami maknanya
3. Tidak boleh meyakini bahwa ruqyah itu sendiri yang menyembuhkan
tapi kesembuhan itu berlaku atas izin dan takdir Allah
Hal
senada juga diungkapkan oleh Ibnu Hajr Al-Asqolani dan Imam Nawawi, sedangkan
syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menambahkan :
1. Jika ruqyah tersebut bisa difahami maknanya dan lafaz tersebut
dipakai untuk berdoa dan berbicara atau yang semisalnya, maka itu Boleh
dipakai dalam ruqyah, Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam bersabda
:
أعرضوا علي رقاكم
لا بأس بالرقى ما لم يكن فيه شرك
"Perdengarkan
padaku Ruqyah yang telah kalian lakukan, diperkenankan melakukan ruqyah yang
tidak mengandung kesyirikan"
2. Jika kalimatnya mengandung hal-hal yang
diharamkan seperti: mengan-dung kesyirikan atau tidak bisa dimengerti
maknanya, maka itu tidak diperbolehkan meskipun jin bisa diusir dengannya,
karena menjaga larangan Allah dan rasul-Nya jauh lebih berharga.
Tauhid
sebagai landasan dan konsep dasar ruqyah
Ruqyah disyariatkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dalam
rangka merealisasikan tauhid di muka bumi ini. Tauhid bermakna pengesaan.
Pengesaan terhadap Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan dan mengatur
alam semesta ini. Mengesakan Allah berarti menetapkan dan menegaskan bahwa
hanya Allah lah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah di muka bumi ini.
Tanpa adanya pengesaan yang akan terjadi adalah kesengsaraan dan kebinasaan.
Tauhid sama dengan keselarasan. Tauhid sama dengan keharmonisan. Ini
merupakan suatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Ini merupakan sebuah
keniscayaan. Apa jadinya alam semesta ini tanpa adanya harmoni dan
keselarasan? Apa jadinya tubuh ini ketika tidak terdapat di dalamya
keselarasan? Keselarasan dan keharmonisan baru akan terwujud ketika seluruh
komponen-komponen yang ada di dalamya mengarah kepada tujuan yang satu, visi
dan misi yang juga sama. Kesatuan tujuan serta visi dan misi yang serupa,
merupakan perwujudan dari tauhid. Tanpa hal itu yang ada hanyalah kehancuran
dan kebinasaan.
Ruqyah adalah salah satu metode pengobatan yang diwariskan Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam kepada umat manusia. Dalam rangka pembebasan dari
kungkungan nilai-nilai kesyirikan yang sering menggelincirkan manusia dari
jalan yang lurus, yang pada akhirnya berdampak pada kegagalan demi kegagalan
dalam menggapai kesuksesan di dunia maupun di akhirat.
Kesyirikan adalah penyembahan dan penghambaan terhadap selain Allah.
Kesyirikan sama dengan Tidak Esanya Tuhan yang menciptakan alam semesta ini
(= banyak tuhan). Kesyirikan berarti perwujudan dari ketidakselarasan yang
berakibat pada hilangnya keharmonisan. Yang akan menciptakan kekacauan demi
kekacauan di alam semesta ini. Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman :
لو كان فيهما آلهة إلا الله لفسدتا,
فسبحان الله عما يصفون
"Jika sekiranya keduanya (langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain
Allah niscaya keduanya akan rusak binasa, Maha Suci Allah dari segala sesuatu
yang telah mereka sifatkan"
Temuan Leonardo Fibonacci dalam deret ukur yang dia miliki adalah merupakan
hal yang sangat menakjubkan. Cukup untuk dijadikan penguat tentang adanya
keselarasan dan keteraturan di alam semesta ini. Penemuan tersebut semakin
mempertegas pernyataan bahwa segala sesuatu berjalan dengan penuh keselarasan
dan keharmonisan. Bagaimana mungkin keselarasan itu akan terealisasikan
ketika alam semesta ini memiliki banyak tuhan. Ibarat kapal yang memiliki dua
nahkoda.
Ruqyah yang telah disyariatkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merupakan
salah satu ujung tombak yang dijadikan Islam untuk memurnikan tauhid, agar
terwujud kehidupan yang harmonis dan penuh dengan kedamaian dan ketentraman
baik di dunia maupun di akhirat
Ruqyah memiliki kaitan dengan Jin dan Syetan, yang
biasanya oleh sebagian masyarakat disikapi secara tidak proporsional.
Penyikapan yang tidak proporsional inilah yang sering memunculkan berbagai
problem di tengah masyarakat. Ketika "seseorang dirasuki oleh jin
(kesurupan)" misalnya, disikapi dengan beragam. Ada yang ketakutan, khawatir,
dan bahkan ada yang mengatakan: "segera bawa ke orang pintar!".
Padahal pemasalahan ini perlu penyikapan yang lebih bijaksana, agar tidak
menimbulkan masalah-masalah yang tidak semestinya ada.
Penjabaran seputar masalah ruqyah ini tidak akan bisa mencapai hal yang
diharapkan kalau tidak berpegang pada kaidah-kaidah yang sudah digariskan
dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah. Sebab ruqyah berkaitan dengan permasalahan
Aqidah dan Tauhid yang menjadi dasar dan landasan berfikir, sikap, ucapan
maupun tindakan seorang muslim. Kalau hal ini tidak disikapi dengan penuh
kehati-hatian, dikhawatirkan akan terjebak dalam ruqyah yang bercampur dengan
kesyirikan yang betul-betul dilarang Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam :
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن الرقى والتمائم و التولة شرك
Sesungguhnya Ruqyah, Jimat dan guna-guna termasuk syirik
Tauhid akan sangat mustahil untuk diwujudkan ketika tidak mengikuti apa yang
sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Dalam
Ruqyah, berjalan menurut apa yang sudah dicontohkan Nabi Allah menjadi sebuah
keniscayaan yang tak terbantahkan. Bisa saja kesembuhan tercapai dengan jalan
yang tidak digariskan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, tapi
pencapaian tersebut tidak elegan. Karena kesuksesannya hanya sebatas dunia
saja. Itu bukan pencapaian yang tertinggi. Kesuksesan akhirat jauh lebih
utama dan keridhoan Allah SWT adalah cita yang tertinggi.
إن
أكرمكم عند الله أتقاكم
Orang yang paling mulia di antaramu adalah orang paling
bertaqwa
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني
يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم
Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku niscaya Allah
akan mencintaimu dan Allah menganmpunimu, Allah itu Maha Penganmpun lagi Maha
Penyayang.
Karena itu, penanaman nilai-nilai tauhid terhadap pasien Mutlak adanya.
Penyelarasan antara hati, lidah dan tindakan serta sikap diri merupak suatu
keniscayaan. Tentu saja, semua itu harus berdasarkan pada panduan. Panduan
yang telah Allah turunkan dalam kitab-Nya yang agung, serta tauladan
Rasul-Nya yang mulia. Dan yang tak kurang pentingnya adalah penyelarasan
semua hal diatas dengan realita dan alam semesta.
Hati
sebagai penentu
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Ketahuilah, dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila
dia baik, maka baiklah seluruh badan. Dan apabila rusak, maka rusaklah
seluruh badan. Ketahuilah itu adalah hati. (HR. Bukhori & Muslim)
Hadits diatas memberikan penjelasan bahwa hati adalah
penentu. Penentu sakit atau tidaknya seseorang. Karena hati adalah sang raja.
Ketika sang pemimpin ini sakit maka kacaulah bawahannya. Ibarat anak ayam
yang kehilangan induk.
Sangat banyak sekali, bahkan hampir bisa dikatakan semua
bentuk gangguan jin terhadap manusia berasal dari kondisi hati pasien yang
tidak stabil. Oleh sebab itu menjadi kewajiban peruqyah untuk mengetahui dan
memberikan solusi atas permasalahan yang sedang merundung pasien. Karena hal
ini sangat penting untuk menunjang proses penyembuhan (lihat PPDGJ)
Konsep
pelaksanaan terapi
Sekarang ini Ghoib Ruqyah Syar’iyyah berusaha untuk
mengembangkan proses terapi ruqyah berdasarkan konsep “Terapi pasien Aktif”.
Poin terpenting dalam konsep ini adalah:
1.
Pemahaman. Peruqyah harus memberikan pemahaman yang benar kepada pasien.
Terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan; Aqidah, ibadah dan muamalah
2.
Membaca. Peruqyah membacakan ayat-ayat alqur’an. Serta ada
kalanya juga pasien sendiri yang membaca.
3.
Talqin. Peruqyah membaca pasien mengikuti
4.
Motivasi. Adanya keinginan pasien untuk kesembuhan badannya
sendiri merupakan poin yang paling utama. Hal ini didasarkan pada firman
Allah SWT: Sesungguhnya
Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali
tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra1du 13: 11)
5.
Muhasabah. Perenungan dan istighfar dari setiap kesalahan yang
sudah dilakukan selama ini.
6.
Pijitan atau tepukan. Hal ini bias dilakukan oleh peruqyah ataupun pasien.
Dalam hal ini peruqyah hendaknya memberikan arahan pada pasien untuk memijit
tempat-tempat tertentu sesuai dengan keluhan pasien
|