Sesungguhnya
penyakit lemah iman mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini :
1. Terjerumus kedalam kemaksiatan dan melaksanakan hal-hal yang
diharamkan
Di antara orang yang maksiat adalah orang yang melaksanakan dosa yang
mengikat dirinya sehingga dia tidak dapat melepaskan diri dari dosa tersebut
serta sulit untuk menghentikannya. Diantara mereka juga ada yang melakukan
berbagai macam kemaksiatan. Banyaknya kemaksiatan yang dilakukan akan
mengakibatkan hilangnya perubahan watak dan karakter yang lembut dan halus.
Kemudian karena kejelekan maksiat tersebut setahap demi setahap mengotori
hatinya hinga pada titik klimak dia menjadi orang yang mujahiroh (
memamerkan dan membanggakan kemaksiatan ). Padahal Rasululloh SAW bersabda :
” Setiap umatku diampuni dosanya kecuali Mujahirun . Sesungguhnya
mujahirun itu melakukan dosa pada malam hari, pada pagi harinya Alloh telah
menutupi dosa tersebut. Namun dia malah berkata : “ wahai kisanak, malam tadi
saya telah melakukan ini dan itu ( dia menceritakan dosa yang dilakukannya
sendiri ). Alloh menutup aibnya pada malam hari tetapi pada pagi harinya dia
sendiri yang menyingkap tabir penutup Alloh tersebut ( Bukhari )
2. Merasakan keras dan gelisahnya Hati
Orang tersebut merasakan sungguh hatinya telah berubah menjadi batu besar
dan keras yang tidak pernah merembes dan keluar sedikitpun sesuatu dari batu
tersebut. Padahal tidak begitu halnya dengan batu, sekeras – kerasnya batu dia
masih bisa dibelah dan mengeluarkan mata air.
Sebagai mana
firman Alloh Surat Albaqarah ayat 74:
“ Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih
keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir
sungai-sungai daripadanya. Diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah
mata air dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada
Alloh. Dan Alloh sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
Petuah Kematian, melihat orang mati dan mengunjungi jenajahnya tidak
membuat orang yang keras hatinya tergerak kemudian tersadar. Kadang dia sendiri
yang mengusung jenajahnya, memakamkan, dan menguburkannya sendiri dengan tanah.
Namun hal itu seperti terjadi biasa-biasa saja tidak terkesan dan berbekas
sedikitpun dalam hatinya.
3. Tidak ada kenikmatan dalam beribadah.
Diantaranya hati merasa linglung, dan gersang ditengah-tengah salat, ketika
membaca al-qur’an, berdo’a dan lainnya. Tidak merenungi dan mentafakuri ma’na -
ma’na dzikir. Dzikir tersebut hanya dibaca dengan lancar, formal dan verbal,
dilakukan diwaktu-waktu tertentu sesuai tuntutan , namun kering dari meresapi
maknanya sehingga do’a dan dzikir tersebut menjadi hampa. Alloh tidak akan
menerima do’a seseorang yang hatinya linglung dan lupa.
4. Di antara ciri orang yang lemah iman adalah bermalas-malasan dalam
beribadah dan menyia-nyiakan waktu.
Apabila mereka melaksanakan ketaatan tersebut dia melaksanakannya dengan
hampa tanpa ruh. Apabila mereka menegakkan salat, mereka melaksanakannya dengan
malas-malasan
“ Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan
malas” ( Annisa : 142).
Termasuk diantaranya tidak mempunyai perhatian terhadap waktu ibadah dan
saat melakukan kebaikan. Hal ini menunjukkan tidak adanya kepedulian seseorang
terhadap hasilnya suatu pahala. Mereka mengakhirkan haji padahal mampu
melakukannya. Lalai dalam mengikuti peperangan, malah duduk santai sambil
ongkang kaki, mengakhirkan solat berjamaah bahkan akhirnya meninggalkan solat
jum’aat. Rasulullah bersabda :
“ Suatu kaum senantiasa terlambat dari barisan pertama sehingga Alloh
menghadiahkan mereka neraka” ( Abu Daud dalam kitab Sohih Targib)
. Mereka tidak merasakan penyesalan yang mendalam ketika ketiduran dalam
melakukan salat wajib, begitu juga ketika terlewat salat sunat rawatib,
aurod-aorodnya, tidak ada perasan menyesal sedikitpun dalam dirinya. Hal ini
terjadi karena tidak semangat dan tidak termotivasi untuk melakukannya. Dan
tidak berusaha menggantikannya ketika terlewat baik itu amalan sunat maupun
amalan fardu kifayah. Kadang mereka tidak menghadiri solat ied padahal ada
beberapa ulama yang menentukan wajibnya menyaksikan solat ied. Mereka tidak
melaksanakan solat khusuf baik gerhana matahari maupun gerhana bulan, tidak
mementingkannya ketika menghadiri pemakaman, tidak mensalatinya. Mereka seperti
tidak berminat terhadap pahala yang dijanjikan Alloh. Cukup kontradiktif dengan
apa yang disifati Alloh terhadap mereka orang-orang yang beriman dalam surat
Al-Anbiyah : 90 :
ِاّنَهُمْ
كَانُوْ يُسَاِرعُوْنَ فِي اْلخَيِْرَاتِ َوَيْدعُوََْنَنَا رَغَبَا وَرَهَبََََََا
َوكَانُوْ َلنَا خَاشِعِيْنَ
Artinya :
“ Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada kami dengan
harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada kami”.
Diantara ciri bermalas-malasan dalam ketaatan adalah ogah-ogahan dalam
melaksanakan solat sunat rawatib, kiyamullail. teurs untuk bersegara ke masjid
dan ibadah sunat lainnya, seperti terhadap solat dhuha. Tidak terbersit hatinya
untuk menambah dari rakaat-rakaat yang lebih utama dari pada solat taubat dan
solat istiharoh.
5. Sempit hati dan keras tabiat
Diantara ciri lemah iman adalah merasakan sempit hati, mudah dongkol,
tabiatnya keras perilakunya kasar sehingga manusia pergi menjauhinya. Dia juga
cepat bosan, gelisah dan jengkel terhadap sesuatu walaupun sedikit. Merasa
sempit sangat sumpek dengan aktivitas dan perilaku manusia disekitarnya.
Toleransi dan kelapangan dadanya hilang. Padahal Rasul mensifati iman lewat
sabdanya :
” Iman itu kesabaran dan kelapangan” . Rasul juga mensifati iman dengan yang lainnya : “ Iman itu ramah dan
harmonis, tidak ada kebaikan pada orang yang tidak ramah dan tidak harmonis” (
Silsilah sohihah nomor 427 )
6. Tidak ada pengaruh dari bacaan Al-Qur’an
Diantara ciri lemah iman adalah tidak ada dampak pengaruh dari pembacaan
ayat Al-qur’an terhadap hatinya. Tidak tersentuh dan tergerak hatinya dengan
janji Alloh dalam Al-qur’an, ancamannya, peringatan, larangan, dan gambaran
keadaan kiamat yang banyak diceritakan dalam Al-qur’an. Orang yang lemah iman
merasa bosan bila mendengar ayat Al-qur’an dan tidak mampu meneruskan bacaanya
karena malas sehingga ketika dia membuka alqur’an hampir saja menutupnya
kembali dengan segera.
7. Lupa terhadap Allah.
Termasuk ciri lemah iman adalah lupa terhadap Allah dalam dzikir dan
do’anya. Dia merasa berat untuk berdzikir ketika mengangkat tangan untuk
berdo’a, dengan cepat menurunkan kembali dan menyelesaikannya dengan cepat,
sedikit dalam berdikir dan berdo’a. Sebenarnya sifat-sifat tersebut merupakan
salah satu dari sifat orang-orang munafik. Allah telah menjelaskannya dalam Al-qur’an tentang
sifat orang munafik ini :
ِانَّ
اْلُمنَاِفِقيْنَ يُخَادِعُوْنَ الله وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَاِذَا قَامُوْا ِالَي
اْلصَلاةِ قَامُوْ كُسَالَي ُيرَءُ وْنَ الّنَاسَ َولا يَذْكُرُوْنَ الله ِالا
قَلِيْلا ( النسا ء : 142 )
Sesungguhnya
orang-orang munafik menipu Alloh dan Alloh membalas tipu daya mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka melaksanakannya dengan
malas, mereka bermaksud riya dengan shalatnya. Dan tidaklah mereka berdzikir
kepada Alloh kecuali sedikit saja ( Annisa 142 )
Jadi kalau boleh kita katakan orang yang lupa dalam berdo’a, sedikit dalam
berdikir dan berdo’a telah terkena penyakit kemunafikan yang membahayakan.
8. Utamakan terhadap kemaksiatan
Diantara ciri lemah iman berikutnya adalah dia tidak marah ketika larangan
Alloh dilanggar. Hal itu terjadi karena lidah dan kilatan kecemburuan iman yang
bersarang dalam hatinya telah padam. Maka seluruh anggotanya berhenti untuk
mengingkari hal tersebut. Sehingga dia tidak melaksanakan amar bilma’ruf dan
nahyi ‘anil munkar. Wajahnya tidak lagi menampakkan kemarahan dijalan Allah.
Rasulullah mensifati hati yang terkena penyakit ini dengan hati yang lemah
seperti sabdanya :
“ Ditimpakan fitnah terhadapa hati seperti sebuah keset yang didekatkan
kepada orang sedang tertidur sedikit-sedikit, Ketika hati dirasuki fitnah
tersebut maka terbitlah satu titik hitam didalam dirinya . Namun apabila tidak
dimasuki timbulah titik putih yang terjaga. Sehingga akan timbul menjadi 2
titik , yang satu putih bersih . Hati seperti ini akan selamat dari fitnah
sejauh langit dan bumi . Dan yang lainnya hitam memudar seperti panci terbalik
tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang ingkar kecuali mereguk
hawa nafsunya” ( Hr. Muslim )
Dari sini hilanglah dalam hatinya sifat mencintai kebaikan dan membenci
kemunkaran. Dalam dirinya hal itu sama saja, baik berupa hal yang ma’ruf maupun
hal yang munkar. Bahkan ketika mendengar kemunkaran dilakukan dimuka bumi ini
hatinya meridoi. Hal ini sama saja dengan menyaksikan dan melaksanakannya
seperti sabda Rasul :
” Apabila suatu kesalahan dilakukan dimuka bumi ini dan orang yang
menyaksikan mengingkarinya sama dengan tidak menghadiri kegiatan tersebut (
tidak terkena getahnya ) dan barang siapa yang tidak melihat namun meridoinya
sama dengan menyaksikan kesalahan tersebut” ( Abu Daud )
Inilah keridoan hati yang merupakan amalan batin tersebut ternyata
sederajat dengan menyaksikan kemunkaran, artinya orang tersebut ikut
bertanggung jawab.
9. Mencintai populariti
Disini ada beberapa gambaran maksud diatas yaitu sebagai berikut :
Mencintai kedudukan dan kepemimpinan, padahal tidak memiliki kemampuan,
tanggung jawab dalam menanggulangi krisis dan masalah kepemimpinan tersebut.
Inilah yang diwanti-wanti Rasul dalam sabdanya:
” Sesungguhnya kalian akan bersemangat terhadap kepemimpinan dan
akan merasakan penyesalan pada hari kiamat. Alangkah baiknya murdi’ah dan
alangkah jeleknya fatimah. Murdi’ah adalah awal kekuasaan dimana beserta
kekuasaan itu berlimpah harta, kedudukan dan kenikmatan. Sedangkan Fatimah
adalah akhir dari kekuasaan karena besertanya ada peperangan, pengasingan dan
penuntutan pada hari kiamat.
Rasul meneruskan sabdanya :
“ Apabila kalian menghendaki aku akan jelaskan apa itu kekuasaan ? Awalnya
cacian yang kedua penyesalan dan ketiga siksaan dihari kiamat kecuali pemimpin
yang adil” ( Tobroni ).
Kalau seorang pemimpin melaksanakan kewajiban, mengemban tanggung jawab
dalam proporsinya, dengan mengerahkan seluruh kemampuan dengan penuh
kesungguhan, nasihat dan keadilan maka tidak akan ditemukan orang yang paling
utama selain dia, seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Yusuf. Namun yang
terjadi pada saat ini adalah orang yang ambisius, keras kepala dalam
pemerintahan, sok berkuasa, lebih memprioritaskan keutamaan dirinya,
menomorduakan hak rakyat dan emoh untuk menjadi pusat amar ma’mur nahyi munkar.
- Mencintai kedudukan disuatu majlis. Ingin didengarkan ucapannya sedangkan
dia tidak mendengarkan pendapat orang lain. Muncul dan menjadi pusat perhatian
dalam suatu majlis adalah front peperangan yang diwanti - wanti rasul Rasul :
” Hati-hatilah peperangan ini” ( Baihaqi )
- Dia suka kalau datang lantas orang-orangpun berdiri menghormatinya. Dia
menginginkan keagungan diri yang sebenarnya sedang sakit. Rasul bersabada :
“ Barang siapa yang karena orang lain berdiri menghormatinya
menjadi senang dan tersanjung maka bersiap-siaplah untuk menduduki satu tempat
di neraka” ( Bukhari)
Oleh karena itu ketika Muawiyah bin Abi sopyan keluar menuju Abdullah bin
Jubair dan Ibnu Amir. Ibnu Amir berdiri sedangkan Abdullah jubair duduk saja.
Muawiyah berkata kepada Ibnu Amir :
“ Duduklah karena sesungguhnya aku mendengar Rasululloh bersabda : “
Barang siapa yang menginginkan seorang laki-laki berdiri untuk menghormatinya maka bersiaplah untuk menduduki tempat duduknya di neraka “ ( Abu Daud )
Termasuk kedalam jenis ini adalah seseorang yang marah apabila tempat
duduknya didahului orang lain sehingga ketika dia memasuki suatu majlis dia
menginginkan orang itu berdiri untuk pindah dan dia duduk ditempat bekas
duduknya. Celakalah dia karena Rasulullah telah melarangnya lewat sabda beliau
:
” Janganlah seorang laki-laki memberdirikan laki-laki lain dari tempat duduknya
kemudian dia duduk ditempatnya “ ( Bukhari )
10. Kikir
dan bakhil
Diantara
ciri lemah iman adalah bersifat kikir dan bakhil. Sungguh Allah telah memuji
kaum Ansur dalam Al-qur’an :
َويُؤْثِرُوْنَ
عَلَي اَنْفُسِهِمْ وَلَوْكَانَ ِبهِمْ خَصَاصَة ( الحشر : 9)
Dan mereka ( Ansor ) mengutamakan ( muhajirin ) atas diri mereka .
Sekalipun memerlukan apa yang diberikannya itu
Alloh pun telah menjelaskan bahwa orang-orang yang berbahagia adalah orang
yang menjaga agar kekikiran tidak menimpa dirinya . Tidak syak lagi
sesungguhnya lemah iman akan melahirkan sifat kikir . Rasul bersabda :
“ Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dihati seorang hamba
selamanya” ( An-nasai )
Adapun bahaya dari sifat kikir dan dampaknya terhadap pelakunya telah
dijelaskan Rasulullah SAW :
” Hendaklah kalian menjauhi kikir karena sesungguhnya kerusakan yang
dialami kaum sebelum kalian adalah karena kikir. Mereka menyuruh orang lain
untuk memutuskan silaturahmi, merekapun memutuskan silaturahmi , mereka
menyuruh membuat kekejian dan merekapun melaksanakan pula kekejian tersebut (
Abu Daud )
Maka sesungguhnya orang yang lemah iman hampir tidak mengeluarkan apapun
karena Allah, walau diseru untuk melakukan sedakah. Ketika dzahir kepapaan
ditubuh umat islam, banyak terjadi musibah ditengah mereka, tetap saja tidak
bergeming hatinya untuk mengeluarkan sodakoh demi menolong teman-temannya.
Firman Allah :
“ Ingatlah kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan hartamu
dijalan Allah. Maka diantara kamu ada orang yang kikir, dan barang siapa yang
kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allahlah
yang maha kaya sedangkan kamulah orang-orang fakir. Dan jika kamu berpaling
niscaya dia akan mengggantikan kamu dengan kaum yang lain dan mereka tidak
seperti kamu ini” ( Muhamad : 39 )
11. Mengatakan
apa yang tidak diperbuatnya
Firman Allah
SWt :
يا ايها الذين امنوا لم تقولون ما لا تفعلون * كبر مقتا
عند الله ان تقولو ما لا تفعلون
Wahai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat. Maktan Allah ( Murka Allah yang sangat ) yang maha besar bagi
orang – orang yang mengatakan apa yang tidak diperbuatnya ( Assup : 2-3)
Tidak syak lagi bahwa ini merupakan jenis kemunafikan. Barang siapa yang
perkataanya tidak sesuai dengan dengan perbuatannya . Dia dicerca Allah,
dibenci makhluk Suatu saat ia akan terbuka kedoknya dineraka orang yang
menyuruh kepada kebaikan namun tidak kunjung melaksanakannya. Dan orang yang
melarang dari kemunkaran namun kerap melaksanakannya.
12. Tertawa
di atas penderitaan saudaranya yang muslim .
Diantara ciri lemah iman adalah dia merasa nikmat dan bahagia bila orang
islam tertimpa bencana, kerugian, kegagalan dan kesedihan. Dia merasa karena
senang bila nikmat itu telah hilang pada saudaranya, kelebihan yang dimiliki
orang lain pun sirna sehingga merasa diri paling hebat saat ini karena tidak
tersaingi.
13. Minimal dalam amal
Di antara ciri orang yang lemah iman adalah melihat sesuatu dari sisi dosa
tidaknya, tidak melihat dari sisi baik atau buruknya. Sebagian manusia ketika
bermaksud melaksanakan suatu amal dia tidak bertanya apakah amal itu baik ?
melainkan bertanya apakah amal tersebut sebuah dosa atau bukan ? apakah hukumnya
haram atau hanya makruh saja? Esensi pertanyaan ini akan mengarahkan penanya
pada pelaksanaan hukum subhat atau makruh . Dan pada akhirnya akan menggiring
penanya tersebut untuk melakukan hal yang diharamkan Allah suatu hari. Pemilik
pertanyaan tersebut tidak mempunyai penghalang untuk melaksanakan hal-hal yang
dimakruhkan atau hal-hal yang subhat karena dia berfikir hal itu tidak haram.
Inilah esensi dari sabda Rasul :
“ Barang siapa yang melakukan hal yang syubhat dia akan terkena
yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembala kambingnya di tanah
larangan hampir saja dia terkena larangan tersebut “ ( melanggar tanah
larangan tersebut )” ( Bukhori Muslim )
Bahkan sesungguhnya sebagian manusia apabila meminta fatwa tentang sesuatu
dan ternyata hukumnya haram, dia masih bertanya apakah haramnya berat atau
haram sekali atau sedikit saja? Atau dia bertanya seberapa besar dosanya ?
besarkah atau kecil ? Pertanyaan seperti ini tidak mencerminkan perhatian yang
sungguh-sungguh dalam menjauhi kemunkaran dan kesalahan bahkan didalamnya
terdapat beberapa peluang awal untuk melaksanakan hal yang diharamkan Allah dan
menyepelekan dosa, hal yang mengarahkan dirinya menuju apa yang diharamkan
Allah serta menghapus batas antara dia dengan kemaksiatan . Oleh karena itu
Rasul bersabda :
“ Sungguh aku mengetahui betul nasib suatu kaum dari umatku yang datang
pada hari mkiamat , dengan kebaikan sebesar gunung Tihamah maka Allah
menjadikannya seperti debu yang berterbangan. Sahabat berkata : Ya Rasululloh
terangkanlah kepada kami tentang sifat mereka dan jelaskan hal itu pada kami,
agar kami tidak seperti mereka tanpa kami sadari, Rasululloh bersabda :
Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan orang-orang sesudah
kalian, mereka menjadikan malam sebagai ibadah sebagaimana kalian melakukannya
namun mereka adalah sebuah kaum yang apabila memasuki apa yang diharamkan Allah
melanggarnya “ ( Ibnu Majah )
Maka dia melaksanakan apa yang diharamkan Allah tanpa terkontrol dan tidak
ada penolakan sedikitpun . Ini jauh lebih jelek dari pada orang yang melakukan
dosa namun hatinya menolak dan merasa dosa. Kedua-duanya memang celaka namun
yang paling celaka adalah orang yang berdosa tanpa merasa berdosa dengan enteng
dan tanpa beban dia melakukannya . Ini merupakan buah dari keimannya yang lemah
dia tidak melihat amal tersebut sebagai sesuatu yang munkar . Oleh sebab itu
Abdullah bin Ma’ud mensifati tingkah orang mukmin dan munafik lewat pendapatnya
sebagai berikut :
“ Sesungguhnya orang mukmin itu melihat dosanya seperti ketika dia
sedang duduk dibawah gunung yang ia takuti gunung dosa tersebut akan
menimpanya, sedangkan orang fujur melihat dosanya seperti seekor lalat yang
lewat didepan hidungnya dan dia mengatakan “ lah Cuma segini “ ( sambil
menyibakkan tangannya )” ( bukhari )
14. Merendahkan hal yang ma’ruf dan tidak mempunyai perhatian terhadap
kebaikan-kebaikan yang kecil
Kita telah mengetahui betul bahwa Rasulullah melarang hal ini . Imam Ahmad
meriwayatkan dari Alhujaimi dia berkata :
“ saya datang kepada Rasulullah ; maka saya berkata : “ Wahai rasulullah
sesungguhnya kami adalah suatu kaum dari sebuah kampung, kami ingin mengetahui
sesuatu hal yang semoga Allah memberi manfaat dengan hal tersebut. Rasul
bersabda : “ Janganlah kamu menyepelekan kebaikan sekecil apapun . Walaupun
kalian hanya mengerek seember air bagi orang yang akan menyiram, atau engkau
berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang ramah “ ( Ahmad)
Apabila seseorang datang bermaksud mengambil air dari sumur dan kamu
mengambilkannya untuk orang tersebut, ini merupakan amal yang dohirnya memang
kecil namun tidak pantas bagi kita untuk menyepelekannya. Begitu juga ketika
bertemu dengan saudara, kita menampakkan wajah yang ramah, membersihkan noda
dan kotoran dimasjid walaupun berupa jerami kecil. Karena bisa jadi amal yang
kecil tersebut menjadi sebab diampuninya dosa. Dan Allah memberikan pahala
kepada hambanya dengan amal tersebut kemudian mengampuninya. Tidakkah kamu tahu
bahwa sesungguhnya Rasul bersabda :
“ Seorang laki-laki melewati satu batang pohon yang menghalangi jalan,
maka dia berkata : “ Demi Alloh aku akan menyingkirkan pohon ini agar
orang-orang islam tidak terganggu karenanya, maka dia masuk surga” ( Muslim
)
Sesungguhnya menyepelekan amal kebaikan yang kecil merupakan suatu kesalahan
dan kecacadan. Dan cukuplah akibat dari menghinakan amal kebaikan yang kecil
tersebut dengan terhalangnya dari kelebihan dan keutamaan yang besar.
Rasulullah memberikan petunjuk tentang hal ini :
Barang siapa yang menyingkirkan duri dari jalan orang-orang islam
dituliskan baginya satu kebaikan dan seseorang yang mempunyai kebaikan akan
masuk surga ( Bukhari ).
Mu’ad bin Jabal berjalan bersama seorang laki-laki kemudian dia mengangkat
dan menyingkirkan sebuah batu dari jalan. Laki-laki tersebut berkata : “ Apa
ini ? Muadz Berkata : “ Saya mendengar rasul bersabda : “ Barang siapa yang
mengangkat sebongkah batu dari jalan ditetapkan baginya satu kebaikan, dan
barang siapa yang mempunyai kebaikan dia pasti akan masuk surga ( Tabrani )
15. Perhatian
longgar terhadap urusan orang islam
Di antara
ciri lemah iman adalah tidak mempunyai perhatian terhadap urusan orang islam
juga tidak berinteraksi serta berkomunikasi harmonis dengannya walaupun hanya
sekedar do.a, bersodakoh atau memberi pertolongan. Maksudnya
apatis atau apriori terhadap apapun yang menimpa saudaranya dibelahan dunia,
baik itu karena dikalahkan musuh, dijajah, ditindas dan mendapat pemaksaan. Dia
hanya peduli dengan keselamatan dirinya, ini adalah akibat dari lemah iman yang
menggerogori hatinya. Karena orang yang beriman tidak memiliki sifat demikian .
Rasul bersabda :
“ Seorang mukmin terhadap saudaranya yang mukmin ibarat kepala
dengan badan. Orang mukmin akan merasakan sakit yang diderita temannya seperti
halnya tubuh kita merasakan sakit yang dialami kepala” ( Ahmad )
16. Pecah tali persaudaraan
Diantara ciri lemah iman adalah pecahnya tali persaudaraan antara dua orang
yang bersaudara. Rasul bersabda :
“ Tidaklah dua orang yang saling mencintai dijalan Alloh dalam islam
kecuali dipisahkan oleh satu dosa yang terjadi antara keduanya, yang
diceritakan oleh salah satu dari keduanya ( Bukhari )
Ini menjadi bukti bahwa sesungguhnya kesialan dari kemaksiatan adalah
terkadang melemahkan ikatan persaudaraan dan memecahkannya. Keadaan menyedihkan
seperti ini yang kadang ditemukan seorang manusia dengan saudaranya yang
mengakibatkan lemahnya kualitas iman penyebab terjerumusnya kepada kemaksiatan.
Karena sesungguhnya Allah menggugurkan orang–orang yang bermaksiat dari
lingkungan hamba-hambanya sehingga kehidupan orang tersebut menjadi jelek,
kedudukannya jatuh, keadaannya rendah dan hina, tidak ada kehormatan sedikitpun
baginya. Begitu pula dia akan terasing dari lingkungan orang-orang yang beriman
karena Allah merendahkan dan menolak dia serta menyingkirkannya dari lingkungan
orang-orang yang beriman.
17. Tidak punya rasa tanggung jawab dalam berkifrah untuk dinul islam.
Dia tidak berusaha untuk menyebarkan islam, tidak berusaha mengabdikan
dirinya untuk islam. Sungguh jauh berbeda dengan para sahabat Rasul yang ketika
masuk islam dia merasakan tanggung jawab dakwah dengan serta merta. Inilah
Ttufail bin Amar RA yang begitu besar Tanggung jawab dan obsesinya untuk
mendakwahi kaumnya ketika cahaya islam telah menerangi jiwanya setelah mengucapkan
kailmat syahadat dihadapan baginda Rasul. Saat itulah dia merasakan beban
tanggung jawab besar untuk mendakwahkan hal ini kepada kaumnya. Maka dia
memohon izin kepada Rasul untuk mendakwahi kaumnya, setelah mendapat restu dia
pun pulang untuk menyeru manusia kejalan Alloh. Sedangkan saat ini banyak
sekali orang yang hanya diam berpangku tangan begitu lama tak bergerak apapun.
Sampai pada batas tugas yang diberikannya yaitu berdakwah.
Para sahabat Rasul serentak bangun untuk melaksanakan konsekwensi keimanan
dengan memerangi kekafiran berlepas tangan dan berpisah dari mereka dalam
segala aspek atau dengan istilah lain melakukan furqon. Dialah Samamah bin Asad
Ra kepala suku Yamamah ( Ketua Kampung) ketika dia di tawan dan didatangkan ke
masjid dihadapan Rasululloh. Rasulullah pun menawarkan islam padanya, kemudian
Alloh memberikan cahaya kedalam hatinya. Samamah pun masuk islam, dia pergi
melaksanakan umroh, ketika sampai di Mekkah dia berkata kepada kafir Quraisy.:
“ Kalian tidak akan mendapatkan sebiji gandunmpun dari Yamamah, sehingga
ada izin dari Rasululullah ( Bukhari )
Isolasi dan embargo yang dilakukannya terhadap orang kafir dibidang ekonomi
dan seluruh wewenang tanggung jawab yang mungkin diberikan adalah semata
pengabdian dakwah yang terbersit secara spontan. Karena keimanannya menancap
dengan pasti yang tercermin dalam perbuatannya.
18. Risau dan takut ketika turunnya musibah .
Di antara ciri lemah iman adalah merasa riskan, risau dan takut ketika
turunnya musibah atau ketika mengalami kesulitan, dia akan terlihat gemetar
tubuhnya . Pertimbangan pemikirannya kacau dan ngawur, hatinya linglung matanya
terbelalak. Dia merasa bingung dalam urusan yang dihadapinya . Ketika terkena
musibah atau bencana mata hatinya terkunci untuk menelorkan jalan keluar karena
diliputi kebingungan. Dia tidak mampu menghadapi kenyataan dengan hati yang
teguh, tabah dan lapang. Ini semua terjadi akibat imannya yang lemah. Karena
kalau saja imannya kuat dia akan berdiri kokoh tegar dalam menghadapi sebesar
apapun musibah. Jadi dia akan menyelesaikannya dengan penuh ketabahan dan
kekuatan .
19. Banyak
berdebat dan berselisih dalam hal-hal yang membuat kerasnya hati.
Rasul bersabda :
“ Tidaklah tersesat suatu kaum, setelah mendapatkan petunjuk kecuali
bila perdebatan telah terjadi diantara mereka”
Perdebatan yang tidak argumentatip, tanpa maksud yang jelas akan menjauhkan
dirinya dari jalan yang lurus. Sungguh banyak terjadi saat ini perdebatan yang
salah kaprah diantara manusia . Mereka berdebat tanpa ilmu , petunjuk dalam
kitab yang menerangi ( Alqur,an ). Cukuplah menjadi bukti bagi kita untuk
meninggalkan hal yang jelek ini dengan berpegang pada suatu hadits berikut :
“ Aku Pemimpin satu rumah di bagian surga, bagi orang yang meninggalkan
perdebatan walaupun benar “
20. Terkait hatinya pada dunia , menggemari dan terbuai karenanya.
Diantara ciri lemah iman adalah bila hati terkait pada dunia sampai pada
tingkatan kondisi dia merasa sakit yang sangat ketika salah satu bagian dari
dunia luput darinya. Baik itu harta kedudukan, jabatan dan tempat tingal. Dia
merasa dirinya sial tertipu bernasib jelek, karena tidak berhasil mendapatkan
apa yang diperoleh orang lain. Bahkan rasa sakitnya menghebat ketika orang
islam saudaranya mendapatkan bagian dari dunia tersebut. Sehingga timbullah
rasa hasud dalam dirinya. Dia begitu menginginkan nikmat itu hilang dari orang
tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip keimanan. Hadits Rasul :
“ Tidak
akan berkumpul pada hati seorang hamba dua hal yaitu iman dan hasud”
21. Lebih
memilih perkataan manusia, gaya filosofi dalam pembahasan akalnya dari pada
nilai-nilai keimanan sehingga hampir saja menombor duakan nash al-quran hadits
atau perkataan salafusholihin.
22. Berlebihan dalam mementingkan urusan peribadi, baik dalam hal
makanan, minuman, pakaian tempat dan kenderaan.
Kita akan melihatnya mereka sangat mementingkan kesempurnaan penampilan
yang berlebihan menghiasi keanggunan, bersungguh-sungguh dalam membeli pakaian
mahal, membangun rumah begitu mewah. Membelanjakan harta dan waktunya hanya
demi penampilan fisik tersebut sesuatu yang tidak terlalu penting dan tidak
terlalu urgen. Padahal disisi lain saudara seminan berada dalam kepayahan yang
sangat. Betul-betul membutuhkan harta . Dia malah asik dengan kemewahan,
kenikmatan, kenyamanan fasilitas duniawi . Hal ini jelas dilarang rasululloh
“ Janganlah kalian bersenang-senang dalam kemewahan karena sesungguhnya
hamba Allah tidak bersenang-senang” ( Abu Nua’im)