Total Tayangan Halaman
Rabu, 26 Agustus 2020
Keutamaan Ziarah Junjungan Kita Amirul Mukminin As Beserta Tata Caranya
Pembahasan Pertama: Tentang Keutamaan Menziarahi Amirul Mukminin as
Diriwayatkan dari Syekh Thusi (ra) dengan sanad yang sahih, dari Muhammad bin Muslim dari Imam Shadiq as, beliau bersabda, “Allah tiada pernah menciptakan makhluk sebanyak jumlah para mailaikat, setiap hari turun dari langit sebanyak tujuh puluh ribu malaikat lantas mereka bertawaf mengelilingi Baitul-Ma‘mur, seusai mereka tawaf di sana maka mereka pun tawaf di sekeliling Ka‘bah, setelah itu mereka mendatangi makam suci Rasulullah saw dan memberi salam kepada beliau. Selepas itu, mereka mendatangi makam suci Amirul Mukminin as kemudian memberi salam kepada beliau, kemudian mereka mendatangi makam suci Imam Husain as dan memberi salam kepada beliau dan selepas itu, mereka pun kembali ke langit, lantas akan datang lagi rombongan selanjutnya (selain mereka) sampai hari Kiamat tiba.’ Kemudian beliau melanjutkan sabdanya, ‘Barangsiapa yang menziarahi Amirul Mukminin as dengan mengetahui hak beliau yaitu dengan mengakui kepemimpinan (Imamah)nya, kewajiban ketaatan atas beliau, bahwa beliau adalah khalifah setelah Rasulullah saw sedang dalam dirinya tiada memiliki rasa sombong maka akan ditulis baginya sebagaimana pahala seratus ribu para syahid dan diampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu atau yang akan datang dan dibangkitkan nanti dalam keadaan aman dengan dipermudah padanya penghitungan amalnya (hisab) dan disambut oleh para malaikat. Bila dia telah kembali ke rumahnya, jika dia sakit maka mereka (malaikat) akan menjenguknya dan jika dia mati maka mereka akan mengantarkannya ke liang kuburnya dengan membaca istigfar.’” Diriwayatkan oleh Sayid Ibnu Thawus dalam kitab Farhatul-Ghâri dari Imam Shadiq as, beliau bersabda, “Barangsiapa yang menziarahi Amirul Mukminin as dengan berjalan kaki, Allah akan menulis baginya pada setiap langkah kakinya (pahala) haji beserta umrah, dan jika pulangnya berjalan kaki pula maka Allah akan menulis baginya pada setiap langkah kakinya (pahala) dua (kali) haji dan dua (kali) umrah.” Diriwayatkan dari Imam Shadiq as pula, melalui Ibnu Marid, “Wahai Ibnu Marid! Barangsiapa yang menziarahi kakekku (Amirul Mukminin as) dengan mengetahui haknya maka Allah akan menulis baginya pada setiap langkah kakinya haji dan umrah yang dikabulkan. Wahai Ibnu Marid, demi Allah! Dia tiada akan memberi umpan api Neraka dengan kaki yang berdebu karena berziarah ke makam Amirul Mukminin as dengan berjalan kaki atau naik kendaraan. Wahai Ibnu Marid! Tulislah hadis tersebut dengan tinta emas.” Diriwayatkan pula dari Imam Shadiq as, beliau bersabda, “Aku mengatakan tentang keberadaan satu makam di pusat kota Kufah di mana tiada peziarahnya yang mengidap suatu penyakit kecuali dia akan disembuhkan oleh Allah.”
Aku berkata: Terlihat jelas sekali dari riwayat-riwayat yang akurat bahwa makam suci Amirul Mukminin as serta keturunannya yang suci as telah dijadikan oleh Allah tempat perlindungan orang-orang yang dalam ketakutan, rujukan orang-orang yang memiliki hajat dan pengaman bagi penghuni bumi. Tiada orang gundah-gulana yang menziarahi makam suci beliau as kecuali akan dihilangkan oleh Allah kegundahannya serta tiada orang sakit yang mengusapkan (tempat sakitnya) kecuali disembuhkan oleh Allah penyakitnya.
Sayid Abdul Karim bin Thawus mengisahkan dari Muhammad bin Ali Syaibani, dia berkata, “Suatu malam, aku beserta ayah dan Husain pamanku dengan cara menyamar untuk menuju wilayah Alghari guna menziarahi Imam Amirul Mukminin as, saat itu bertepatan dengan tahun 260 sekian Hijriah dan aku masih berusia sangat kanak-kanak. Sesampai kami di makam suci di mana pada saat itu di sekitar makam hanya terdapat bebatuan hitam dan tiada satu bangunan pun di sana, saat itu sebagian dari kami membaca doa sebagian lagi melakukan shalat dan yang lainnya melakukan ziarah. Tiba-tiba seekor singa datang menuju kami dan sewaktu ia sudah mendekati kami dengan jarak satu lemparan panah, kami pun menjauhi makam, kemudian singa tersebut menjulurkan kedua kaki depannya di atas makam, lantas salah seorang dari kami pergi mengamati hal tersebut dari dekat lalu dia kembali dan mengajak kami yang masih dalam keadaan takut ke sana. Lantas kami datang bersama-sama dan kami lihat singa tersebut masih menjulurkan kedua kakinya di atas makam sedang ia dalam keadaan luka parah. Hal itu ia lakukan sampai beberapa saat kemudian ia pergi meninggalkan makam lantas kami kembali lagi ke tempat semula untuk melanjutkan ziarah, shalat dan membaca al-Quran.
Dikisahkan dari Syekh Mufid: Pada suatu hari Harun Rasyid keluar dari kota Kufah untuk berburu menuju daerah Ghariyain dan Tsawiyah, kemudian dia melihat seekor rusa lalu dia memerintahkan untuk melepas elang dan anjing terlatih untuk memburunya. Lantas, elang dan anjing tersebut beberapa saat mengejarnya kemudian rusa tadi lari ke bukit kecil lantas elang dan anjing tadi kembali ke Harun. Melihat peristiwa tersebut, Harun pun menjadi heran. Sewaktu rusa turun dari bukit kecil, anjing dan elang pun kembali menyerbunya akan tetapi sewaktu rusa kembali ke bukit untuk kedua kalinya, anjing dan elang tersebut menjauh darinya. Kemudian Harun berkata, ‘Beranjaklah menuju Kufah lantas carilah orang tua. Setelah itu, datanglah seorang syekh dari Bani Asad dan Harun berkata kepadanya, ‘Jelaskan pada kami, apakah gerangan di bukit kecil itu?’ Orang tua itu menjawab, ‘Apakah aku akan selamat jika menjawab pertanyaan tadi?’ Harun berkata, ‘Aku berjanji kepada Allah untuk tidak mengganggumu.’ Orang tua itu berkata, ‘Ayahku pernah mengatakan kepadaku dari datuk-datuknya di mana mereka mengatakan bahwa bukit kecil ini adalah tempat bersemayamnya Ali bin Abu Thalib as yang Allah telah menjadikannya mulia (haram) yang memberi keamanan kepada siapa pun yang mendatangnya.’”
Aku berkata: Ada pepatah Arab mengatakan, “Dapat perlindungan yang berdampingan dengan belalang.” Adapun kisah dari pepatah tersebut adalah; Dahulu ada seorang laki-laki Badui dari kabilah Thai bernama Mudlij bin Suwaid. Pada suatu hari, tiba-tiba dalam kemahnya, berkumpul beberapa orang dari sukunya sambil membawa bejana, lantas dia bertanya, ‘Apa yang kalian lakukan?’ Mereka menjawab, ‘Telah jatuh ke hidanganmu seekor belalang,’ lalu kami datang untuk mengambilnya. Sewaktu Mudlij mendengar ucapan tersebut, dia pun bergegas menunggangi kudanya sambil membawa panah dan mengatakan, ‘Sewaktu belalang ada di sampingku, apakah kalian akan mengambilnya?’ Hal itu tidak akan terjadi. Maka dia tetap menjaganya sampai matahari ada di atas kepalanya, kemudian belalang tersebut terbang dan dia pun berkata, ‘Sekarang urusanmu ada pada dirimu karena engkau sudah tiada lagi di sampingku.’ Berkata pengarang kitab al-Qâmûs, ‘Sesungguhnya Dzâl-A‘wât adalah gelar yang diberikan kepada seorang laki-laki dari suku Badui yang sangat mulia, ada yang mengatakan bahwa lelaki tadi adalah kakek Aktsam bin Shaifi dari kabilah liar yang selalu mengumpulkan upeti. Ketika dia telah sampai pada usia yang sangat lanjut lalu dia diletakkan di atas dipan pembaringannya yang kemudian seluruh penduduk berbagai kabilah pun datang berkumpul mengelilinginya, dia adalah orang yang mulia lagi dihormati. Tiada seorang pun yang mendekati pembaringan tersebut dari orang-orang yang dihantui rasa takut kecuali dia akan aman, tiada yang mendekati pembaringan itu dari orang yang dihinakan kecuali dia akan dihormati dan tiada yang mendekatinya sedang dia adalah seorang yang lapar kecuali dia bakal kenyang, selesai. Jika pembaringan seorang Arab Badui saja memiliki sebegitu besar kehormatan dan tinggi derajatnya maka jangan heran jika Allah menjadikan makam kekasih-Nya –di mana pembawa pembaringannya adalah malaikat Jibril, Mikail, al-Hasan dan al-Husain as- sebagai pengayom bagi orang-orang yang dihantui rasa takut, tempat kembali orang-orang yang mencari perlindungan, penolong bagi yang terdesak dan penyembuh bagi yang sakit. Jika Anda telah sampai ke makam maka bersungguh-sungguhlah (dalam berziarah) dan berusahalah seoptimal mungkin untuk menempelkan diri Anda ke makam tersebut, memintalah terus melalui doa-doa, supaya Anda dibantu olehnya, serta Anda ditolong dari kehancuran di dunia dan di akhirat,
Berlindunglah dengan dermanya, kau ‘kan dapatinya sebagai pemimpin
Dengan menolong para pendosa di hari pertemuan dengan-Nya
Kembali ‘tuk memenuhi permintaan para pengharap
Mendengar setiap permintaan tuk mendapat keberuntungannya.’”
Dikisahkan dalam kitab Dârus-Salâm dari Syekh Dailami, beliau mengisahkan dari para manusia saleh di kota Najaf bahwa ada seorang lelaki bermimpi melihat kubah mulia Amirul Mukminin as di mana dari kubah tersebut terjulur tali-tali yang mengulur dari dalam area makam sampai keluar area pemakaman, lantas lelaki tersebut membaca syair,
Jika ‘ku mati maka kebumikan diriku di samping Haidar
Ayah Syabar, muliakan dia dengan Syubair
Maka ku tak ‘kan pernah takut api Neraka jika berada di sampingnya
Dan ku tak ‘kan pernah goyah terhadap Munkar dan Nakir
Maka keaiban bagi pemberi perlindungan sedang dia berada di bawah perlindungan
Jika ternyata dia tersesat di gurun sedang unta telah diikat.
Pembahasan Kedua: Tentang Tata Cara Menziarahi Amirul Mukminin as
Ketahuilah terdapat dua cara untuk berziarah kepada Amirul Mukminin as sebagai berikut:
Pertama: Ziarah Mutlak yaitu ziarah yang waktunya tidak ditentukan.
Kedua: Ziarah yang waktunya ditentukan, di mana kedua ziarah tersebut akan kami sebutkan dalam dua maksud sebagai berikut,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar