Total Tayangan Halaman

Rabu, 19 Desember 2012

Penciptaan siti Hawa


Penciptaan siti Hawa

           Dalam satu kesempatan, Allah SWT berfirman kepada para Malaikat, "Kau bawalah Adam itu ke langit untuk menghadap Aku, Tuhan yang Mahamulia lagi Mahabesar."
Seluruh isi langit memuji Alllah SWT. Kemudian Tuhan melihat rupa Adam. Setelah Adam dinobatkan sebagai khalifah, beliau kemudian diarak ke dalam sorga Janatul Firdaus. Namun, di dalam sorga tak seorang pun dia melihat yang serupa dengannya sebagai seorang manusia.
Adam a.s. ingin berisitirahat. Dia berbaring di atas lambung kanannya. Rasa kantuk membuatnya tertidur. Allah SWT Maha Mengetahui isi hati setiap makhluk-Nya. Demikian pula dengan keadaan Nabi Adam as., Allah SWT mengetahui Adam a.s. berduka, karena tidak memiliki seorang teman yang sejenis dengannya. Lalu diciptakanlah seorang manusia baru saat ia masih tidur. Ciptaan yang baru itu adalah Hawa.
Tatkala ciptaan itu sudah berwujud, Adam a.s. terjaga. Dia terpesona ketika melihat seseorang yang begitu indahnya telah berada di sisinya. Adam a.s. pun ingin menjabat tangan Hawa Allah SWT segera melarangnya,
"Hai Adam, jangan engkau jabat dia dulu Aku akan nikahkan saja engkau dengan dia."
Adam berkata “Bahwa seluruhnya itu adalah anugerah dari Allah SWT juga, dan hamba-Mu menjunjung apa-apa (yang menjadi) perintah-Mu."
"Allah SWT memerintahkan para Malaikat, "Hai para Malaikat, bawalah oleh kamu baki yang berisi emas, perak, mutiara, intan, dan manikam yang indah-indah ke hadapan Adam dan Hawa. Bahwasanya Aku hendak menikahkan Adam dengan Hawa."
Kemudian Allah SWT mengucapkan prakata menjelang pernikahan Adam dan Hawa:
"Segala puji bagi Allah Ta’ala yang sangat besar Kebesaran-Nya. Bahwa seluruhnya itu telah percaya terhadap-Ku. Dan segala puji-pujian bagi kekasih-Ku dan pesuruh-Ku Telah bersaksi seluruh malaikat-Ku dan seluruh isi langit-Ku, dan seluruh malaikat yang menanggung ‘Arsy-Ku, bahwasanya telah Kunikahkan hamba-Ku Adam dan Hawa di atas langit-Ku dengan kudrat-Ku. Bahwa Adam a.s. mengucap tasbih terhadap Aku, dan membesarkan Aku, dan memuji terhadap Aku, yaitu dengan kemuliaan ayat Kursi. Dan bersaksilah Aku bahwasanya Tiada Tuhan yang menjadikan segala sesuatu, hanya Aku juga yang Maha Kuasa. Bahwasanya Adam khalifah-Ku dan Hawa itu isterinya, dan berkenanlah ia (Hawa) untuk mengasihinya (Adam), dan mereka seluruhnya beribadah kepada-Ku. Dan telah membawa imanlah mereka itu terhadap Muhammad kekasih-Ku dan rasul-Ku yang Kubesarkan atas segala sesuatu."
Pernikahan Adam dan Hawa
Allah SWT Yang Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan gadis-gadis bidadari penghuni sorga untuk menghiasi dan menghibur mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran berupa perhiasan-perhiasan sorga. Sementara Itu diperintahkan pula kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon "Syajarah Thuba", menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.
Diriwayatkan bahwa pada akad pernikahan itu Allah SWT berfirman: "Segala puji adalah kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segcla kemegahan adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba- Ku dan di bawah kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni langit dan sorga bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid kepada-Ku!".
Setelah akad nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, diantarlah Adam a.s mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.
Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula.
“Mana mahar?" tanyanya, la menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.
Adam a.s bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia memberi, la insaf bahwa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah pertama dalam pergaulan hidup. Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh karenanya Adam a.s menyadari bahwa tuntutan Hawa untuk menerima mahar adalah benar. Pergaulan hidup antara laki-laki dan wanita akan berubah menjadi persahabatan yang ‘kekal’ apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam.
Untuk keluar dari keraguan, Adam a.s berseru: "Ilahi, Rabbi’ Apakah gerangan yang akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?".
"Bukan!" kata Tuhan.
"Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?" tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan.
"Bukan!" tegas suara Ghaib.
Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon : "Kalau begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!".
Allah SWT berfirman: "Mahar Hawa ialah shalawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi yang bakal Kubangkitkan yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku: Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!".
Adam a.s merasa lega. la mengucapkan sepuluh kali shalawat atas Nabi Muhammad SAW sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual, karena Nabi Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.
"Hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu", perintah Allah, "dan dapatlah ia sebagai isterimu!".
Adam a.s bersyukur lalu memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.
Allah SWT. berfirman kepada mereka: "Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di dalam sorga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim". (Al-A’raaf: 19). Dengan pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam sorga. Inilah percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat manusia, dan berlangsung di dalam sorga yang penuh kenikmatan. Yaitu sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan disaksikan oleh para malaikat.
Peristiwa pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jum’at. Entah berapa lama keduanya berdiam di sorga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu kelak keduanya diperintahkan turun ke bumi. Turun ke bumi untuk menyebarluaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan janji bahwa sorga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba yang beriman dan beramal soleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar