Total Tayangan Halaman

Sabtu, 28 April 2018

Imam Ali Manusia Yang Paling Dicintai Allah SWT

Telah diriwayatkan dengan berbagai jalan dari sahabat Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda kalau Imam Ali adalah manusia yang paling dicintai Allah SWT. Hadis tersebut dikenal dengan sebutan hadis Thayr dan hadis ini termasuk salah satu hadis yang menjadi korban sinisme sepanjang masa oleh para ahli hadis. Sebagian ulama menyatakan hadis tersebut maudhu’ mungkar dan tentu saja perkataan ini bathil karena hadis ini diriwayatkan dengan berbagai jalan dan diantaranya terdapat sanad yang jayyid sehingga dengan mengumpulkan sanad-sanadnya maka hadis tersebut sudah jelas shahih. Pada pembahasan ini kami akan membahas sanad yang jayyid mengenai hadis ini. Diriwayatkan dari Anas RA kalau Rasulullah SAW pernah mendapatkan daging burung kemudian Rasulullah SAW bersabda


فقال اللهم ائتني بأحب خلقك إليك يأكل معي من هذا الطير فجاء علي بن أبي طالب فدخل يأكل معه من ذلك الطير


Rasulullah SAW bersabda “Ya Allah datangkanlah hambamu yang paling Engkau cintai agar dapat memakan daging burung ini bersamaKu. Maka datanglah Ali dan ia memakan daging burung itu bersama Nabi SAW”. [Tarikh Ibnu Asakir 42/254]
.

Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan dengan sanad yang jayyid dari As Suddi dari Anas Ra. Yang meriwayatkan dari As Suddi adalah Isa bin Umar Al Qari dan yang meriwayatkan dari Isa bin Umar Al Qari adalah Ubadiillah bin Musa dan Mushir bin Abdul Malik. Yang meriwayatkan dari Ubaidillah bin Musa adalah Sufyan bin Waki’ dan Hatim bin Laits sedangkan yang meriwayatkan dari Mushir adalah Hasan bin Hamad. Sanad As Suddi diriwayatkan dalam Sunan Tirmidzi 5/636 no 3721, Musnad Abu Ya’la 7/105 no 4052, Sunan Nasa’i 5/107 no 8398, dan Tarikh Ibnu Asakir 42/254. Berikut sanad yang jayyid dalam Tarikh Ibnu Asakir

أخبرنا أبو غالب بن البنا أنا أبو الحسين بن الابنوسي أنا أبو الحسن الدار قطني نا محمد بن مخلد بن حفص نا حاتم بن الليث نا عبيد الله بن موسى عن عيسى بن عمر القارئ عن السدي نا أنس بن مالك


Telah menceritakan kepada kami Abu Ghalib bin Al Bana yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Husain bin Al Banusi yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Hasan Daruquthni yang berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Makhlad bin Hafsh yang berkata telah menceritakan kepada kami Hatim bin Laits yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Musa dari Isa bin Umar Al Qari dari As Suddi dari Anas bin Malik [Tarikh Ibnu Asakir 42/254]

Hadis ini sanadnya shahih diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya. As Suddi adalah tabiin yang meriwayatkan dan mendengar dari Anas bin Malik. Hadis As Suddi dari Anas telah dijadikan hujjah oleh Imam Muslim

* Abu Ghalib bin Al Bana adalah seorang Syaikh shalih tsiqat musnad Baghdad sebagaimana yang disebutkan oleh Adz Dzahabi [As Siyar 19/603 no 352]

* Abu Husain bin Al Banusi adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ali Ibnu Banusi seorang Syaikh yang tsiqat [As Siyar 18/85 no 38]

* Abu Hasan Daruquthni adalah penulis kitab Sunan yang mayshur. Al Imam Syaikh Islam Al Hafizh. Ia dikatakan Amirul mukminin dalam hadis [Tadzkirah Al Huffazh 3/123 no 925]

* Muhammad bin Makhlad bin Hafsh adalah Al Imam Mufid tsiqat musnad Baghdad. Daruquthni berkata “tsiqat ma’mun” [Tadzkirah Al Huffazh 3/33 no 811]

* Hatim bin Laits adalah Hatim bin Laits bin Al Harits bin Abdurrahman Abu Fadhl seorang yang tsiqat tsabit mutqin hafizh [Tarikh Baghdad 8/240 no 4346]

* Ubaidillah bin Musa adalah perawi kutubus sittah. Ibnu Ma’in, Abu Hatim, Al Ajli, Ibnu Ady, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hibban, Ibnu Syahin menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 7 no 97]. Ibnu Hajar menyatakan tsiqat tasyayyu’ [At Taqrib 1/640]. Adz Dzahabi menyatakan ia tsiqat [Al Kasyf no 3593].

* Isa bin Umar Al Qari adalah perawi Tirmidzi dan Nasa’i. Ahmad , Al Bazzar dan Abu Hatim berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Ma’in, Ibnu Hibban, Waki’, Al Khatib, Nasa’i, Al Ajli, Ibnu Numair menyatakan ia tsiqat. [At Tahdzib juz 8 no 415]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 1/773]

* As Suddi adalah Ismail bin Abdurrahman As Suddi perawi Muslim dan Ashabus Sunan seorang Imam dalam tafsir. Yahya bin Sa’id Al Qattan berkata “tidak ada masalah padanya”. Ahmad bin Hanbal menyatakan ia tsiqat, Nasa’i berkata “tidak ada masalah padanya”. Ibnu Ady berkata “hadisnya lurus, jujur dan tidak ada masalah padanya”. Al Ajli dan Ibnu Hibban menyatakan ia tsiqat. Telah meriwayatkan darinya Syu’bah yang berarti Syu’bah menyatakan tsiqat padanya. Ia dilemahkan oleh sebagian ulama seperti Ibnu Ma’in, Abu Zar’ah dan Abu Hatim tanpa menyebutkan alasannya sehingga jarh mereka adalah jarh mubham padahal ia telah mendapatkan ta’dil dari ulama yang mu’tabar. [At Tahdzib juz 1 no 572]. Ibnu Hajar menyatakan ia shaduq yahim [At Taqrib 1/97] dan dikoreksi dalam Tahrir At Taqrib bahwa As Suddi seorang yang shaduq hasanul hadis [Tahrir At Taqrib no 463]. Adz Dzahabi menyatakan ia hasanul hadits [Al Kasyf no 391]. Pendapat yang rajih adalah As Suddi seorang yang tsiqat apalagi ia telah dijadikan hujjah oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya.

Hadis ini sudah jelas shahih dan diriwayatkan oleh para perawi tsiqat. At Tirmidzi berkata setelah meriwayatkan hadis ini

هذا حديث غريب لا نعرفه من حديث السدي إلا من هذا الوجه وقد روى من غير وجه عن أنس و عيسى بن عمر هو كوفي و السدي إسمعيل بن عبد الرحمن وسمع من أنس بن مالك ورأى الحسين بن علي و ثقة


شعبة و سفيان الثوري و زائدة ووثقه يحيى بن سعيد القطان


Hadis ini gharib, tidak dikenal dari hadis As Suddi kecuali dengan jalan ini. Dan sungguh telah diriwayatkan oleh jalan yang lain dari Anas. Isa bin Umar ia Al Kufi dan Al Asdi . Ismail bin Abdurrahman mendengar dari Anas bin Malik dan melihat Husain bin Ali, ia dinyatakan tsiqat oleh Syu’bah, Sufyan Ats Tsawri dan Za’idah dan ia dinyatakan tsiqat oleh Yahya bin Sa’id Al Qattan [Sunan Tirmidzi 5/636 no 3721]

Isa bin Umar memang menyendiri meriwayatkan hadis ini dari As Suddi tetapi itu tidaklah merusak kedudukan hadisnya sebagaimana hal yang ma’ruf dalam ilmu hadis bahwa jika perawi tsiqat menyendiri dalam meriwayatkan hadis shahih maka hadisnya tetaplah diterima. Isa bin Umar adalah seorang yang tsiqat dan riwayatnya dari As Suddi adalah shahih.

Selain riwayat As Suddi dari Anas terdapat sanad lain yang jayyid yaitu riwayat Utsman Ath Thawil dari Anas. Riwayat Utsman Ath Thawil dari Anas bin Malik RA disebutkan dalam kitab Tarikh Ibnu Asakir 42/250 dan Al Bukhari dalam Tarikh Al Kabir juz 2 no 1488. Berikut sanad riwayat Al Bukhari

قال لي محمد بن يوسف حدثنا أحمد قال ثنا زهير قال ثنا عثمان الطويل عن أنس بن مالك


Telah berkata kepadaku Muhammad bin Yusuf yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad yang berkata telah menceritakan kepada kami Zuhair yang berkata telah menceritakan kepada kami Utsman Ath Thawil dari Anas bin Malik [Tarikh Al Kabir juz 2 no 1488]

Utsman dari Anas ini memiliki sanad yang hasan shahih. Utsman Ath Thawil adalah seorang tabiin yang telah meriwayatkan darinya para perawi tsiqah diantaranya Syu’bah [Syu’bah hanya meriwayatkan dari perawi tsiqah]

* Muhammad bin Yusuf Al Bukhari adalah Syaikh [gurunya] Al Bukhari . Al Khalili menyatakan ia tsiqat muttafaq alaih [Al Irsyad 3/184]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat [At Taqrib 2/150].

* Ahmad adalah Ahmad bin Yazid bin Ibrahim Abu Hasan Al Harrani. Ia dinyatakan tsiqat oleh Maslamah bin Qasim dan Ibnu Hibban memasukkannya dalam Ats Tsiqat. Abu Hatim mendhaifkannya [At Tahdzib juz 1 no 158]. Disebutkan kalau Nasa’i menyatakan ia tsiqat [Tahrir At Taqrib no 127]. Pendapat yang rajih adalah ia seorang yang tsiqat apalagi Abu Hatim dikenal berlebihan dalam menjarh dan banyak mencacatkan para perawi shahih oleh karena itu jika ia menyendiri dalam mencacatkan perawi yang telah dita’dilkan ulama lain maka jarhnya tidaklah diterima.

* Zuhair adalah Zuhair bin Muawiyah perawi kutubus sittah yang dikenal tsiqat. Ibnu Ma’in, Abu Zar’ah, Nasa’i, Al Ajli, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hibban, Al Bazzar menyatakan ia tsiqat [At Tahdzib juz 3 no 648]. Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit [At Taqrib 1/317]. Adz Dzahabi menyatakan ia Al Hafizh tsiqat hujjah [Al Kasyf no 1668]

* Utsman Ath Thawil adalah tabiin yang meriwayatkan dari Anas bin Malik. Telah meriwayatkan darinya para perawi tsiqat diantaranya Laits bin Abi Sulaim, Syu’bah, ‘Anbasah bin Sa’id dan Zuhair bin Muawiyah. Abu Hatim berkata “Syaikh” [Al Jarh Wat Ta’dil 6/173 no 950]. Perkataan “Syaikh” adalah salah satu bentuk ta’dil ditambah lagi telah meriwayatkan darinya sekumpulan perawi tsiqat bahkan Syu’bah telah meriwayatkan darinya yang berarti Syu’bah menganggapnya tsiqah. Jadi Utsman Ath Thawil adalah tabiin yang tsiqah.

Al Bukhari setelah membawakan riwayat ini ia berkata “tidak dikenal Utsman mendengar langsung dari Anas” [Tarikh Al Kabir juz 2 no 1488]. Pernyataan ini tidak bisa dijadikan hujjah untuk mencacatkan hadis tersebut atau menyatakannya inqitha’. Hal ini disebabkan bahwa Bukhari tidak menyatakan kalau Utsman tidak mendengar dari Anas. Bukhari berkata bahwa tidak dikenal penyimakan Utsman dari Anas karena ia tidak mengetahui atau tidak bisa memastikan apakah Utsman bertemu dengan Anas RA. Bukhari memiliki persyaratan tersendiri mengenai hal ini, ia menyatakan suatu sanad muttashil atau bersambung jika kedua perawi dipastikan bertemu. Persyaratan ini tidaklah menjadi hujjah bagi jumhur ulama hadis, mereka lebih menyukai persyaratan Imam Muslim bahwa kedua perawi tidak mesti dipastikan bertemu tetapi cukup dengan memastikan bahwa kedua perawinya tsiqah berada dalam satu masa maka an an ahnya dapat dianggap muttashil. Oleh karena itu cukup banyak para perawi tsiqat yang meriwayatkan dengan ‘an an ah dan tidak dikenal penyimakannya tetapi hadis mereka tetap dianggap muttashil

Jadi pernyataan Bukhari di atas tidaklah mencacatkan hadis tersebut karena Utsman adalah tabiin yang tsiqat dan ia bukan mudallis jadi riwayat an an ahnya dari Anas dapat dianggap muttashil. Apalagi Bukhari sendiri dalam biografi Utsman Ath Thawil tetap menegaskan kalau ia meriwayatkan dari Anas bin Malik, tidak sedikitpun ia menyatakan riwayat Utsman dari Anas mursal[Tarikh Al Kabir juz 6 no 2338]. Hadis Utsman Ath Thawil ini dapat dijadikan penguat bagi riwayat As Suddi dan keduanya bersama-sama menunjukkan bahwa hadis tersebut shahih tanpa keraguan.


Singkat Tentang Matan Hadis

Hadis di atas menunjukkan bahwa manusia yang paling dicintai Allah SWT adalah Ali bin Abi Thalib. Perhatikanlah bahwa kejadian ini terjadi ketika Rasulullah SAW masih hidup dan tentu saja pada saat itu sudah ada para sahabat Nabi SAW diantaranya Abu Bakar dan Umar. Allah SWT mengabulkan doa Nabi SAW dengan mendatangkan Ali bin Abi Thalib RA. Bukankah ini bukti kalau Imam Ali lebih utama dari para sahabat lainnya termasuk Abu Bakar dan Umar.

Beberapa ulama menganggap matan hadis ini mungkar, maka kami katakan perkataan seperti ini tidak perlu dihiraukan karena mereka akan selalu menganggap setiap keutamaan Imam Ali yang melebihi Abu Bakar dan Umar adalah mungkar. Itulah keyakinan bathil mereka yang tanpa disadari membuat mereka menentang hadis-hadis shahih. Mengutamakan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar adalah keyakinan yang berlandaskan hadis-hadis shahih jadi sungguh keliru sekali menyatakan bahwa keyakinan seperti itu hanyalah milik Syiah atau menyatakan keyakinan tersebut mungkar. Sekedar informasi, masih banyak hadis-hadis shahih lain yang menunjukkan keutamaan Imam Ali di atas Abu Bakar dan Umar, diketahui oleh mereka yang mengetahuinya dan ditolak oleh mereka yang sakit hatinya. Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar