7 (tujuh) Lapis Energi
أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول
الله Dalam kepercayaan timur, manusia memiliki Tubuh Energi. Mazhab yang umum
mengatakan bahwa tubuh energi manusia ada 7 (tujuh) Lapis. Setiap lapisan tubuh
energi, atau bisa dikatakan setiap tubuh energi, bila dipelihara dan
dikembangkan, akan memunculkan potensi ”adikodrati” yang luar-biasa, yang
sesungguhnya merupakan fitrah diri manusia.
Lapis Tubuh Energi Pertama : Tubuh
Fisik
Lapis Tubuh Energi Kedua : Tubuh EGO
[tubuh eterik atau tubuh prana].
Lapis Tubuh Energi Ketiga : Tubuh Astral /
Tubuh Emosi
Lapis Tubuh Energi Keempat Tubuh
PIKIRAN/Tubuh Mental atau Tubuh Psikis Lapis Tubuh Energi Kelima : Tubuh
KESADARAN ENERGI
Lapis Tubuh Energi Keenam : Tubuh
KESADARAN COSMIC
Lapis Tubuh Energi Ketujuh : Tubuh KESADARAN RUH
AL-QUDS/NUR MUHAMMAD Ketujuh lapisan tubuh ini bisa dibayangkan seperti lapisan
kulit bawang, dengan hukum yang berlaku : Lapisan diatas meliputi lapisan
dibawahnya. LTE [Lapis Tubuh Energi] ke Tujuh dapat mengakses dan mengendalikan
LTE ke Enam hingga lapisan tubuh Pertama, tetapi LTE Pertama tidak dapat
mengendalikan / mengakses LTE ke dua dan diatasnya. Itu yang saya maksud dengan
meliputi. NAMUN sangat perlu dipahami, karena Basis (default) Kesadaran manusia
(hidup) berada di tubuh fisik. Jika pada lapisan-lapisan bawah tubuh energi
bermasalah (kotor), maka dapat menjadi penghalang (HIJAB) untuk mencapai
kesadaran atau menggunakan potensi kemampuan lapisan energi yang berada
diatasnya. Lapis Tubuh Energi Pertama : Tubuh Fisik Dalam kepercayaan timur,
lapisan tubuh pertama berhubungan dengan Chakra Dasar. LTE pertama mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan tubuh fisik. Seseorang yang berniat mengolah
dan memanfaatkan potensi Tubuh Energi dan potensi Tubuh Cahayanya, harus
merawat kesehatan LTE pertama ini dengan cara menjaga keseimbangan kebutuhan
tubuh fisik seperti: Makan & Minum. Makanlah makanan yang halal (baik cara
perolehan maupun kandungan dzatnya), baik dan teratur, tidak berlebihan, serta
gizi yang baik. Makanan yang didapatkan secara haram akan mengotori LTE ini.
Hubungan Seks. Lakukan secara halal dan tidak berlebihan. Olah raga secara
cukup dan teratur. Tubuh fisik kita tidak bisa terus-menerus berdiam diri, ia
harus digerakkan secara teratur. Sudah sangat jamak diketahui bahwa jika tubuh
ini kurang gerak maka penyakit-penyakit akan numpuk, begitu juga sirkulasi
energi yang ada kurang aktif. Istirahat dan tidur yang cukup untuk memulihkan
energi. Lakukan aktifitas makan, minum, berhubungan seks, olah-raga secara
seimbang, jangan melampaui batas (berlebihan/kekurangan) karena dapat merusak,
menjadikan lapisan tubuh pertama menjadi kotor / bermasalah. Dalam agama islam,
mungkin kita bisa merujuk pada sebuah hadist yang sangat populer, kira-kira
intinya adalah sbb: ”Berhentilah makan sebelum kenyang”. Mengapa kita
dinasihatkan demikian? Mungkin, jawabannya kurang-lebih adalah demikian:
Kekenyangan dapat membawa dampak yang kurang bagus bagi tubuh fisik, menjadi ”endut”.
Kekenyangan dikhawatirkan hanya memperturutkan nafsu belaka, sehingga tumbuh
sifat serakah. Dll.. (hehehe.. ini menunjukkan sedikitnya perbendaharaan yang
saya miliki.. ) LTE Pertama ini saya sebut sebagai Lapisan Tubuh NAFSU karena
sangat terkait dengan nafsu untuk pemenuhan kebutuhan tubuh fisik: libido,
syahwat, lapar, haus. Jika nafsu-nafsu makan, minum, berhubungan seks,
bergerak, yang melekat dan sebagai driver untuk menjaga kelangsungan hidup
tubuh fisik ini terlalu menonjol (berlebih) maka lapisan tubuh pertama ini akan
menjadi kotor dan bisa menjadi Hijab untuk mengakses potensi-potensi LTE
diatasnya. Kekotoran bisa terjadi, bukan hanya sebagai ”akibat” dari tindakan
(action), tetapi ”hanya” dalam tataran fantasi dan imajinasi pun sangat mungkin
membuat lapisan tubuh energi ini menjadi kotor. Ketakutan / kekhawatiran yang
berlebih akan terputusnya kelangsungan (sumber) rizki (makan) pun dapat
mengotori LTE ini. Jika LTE Pertama ini kotor, Bagaimana mengatasinya? Dalam
agama islam, secara preventif banyak ”pasal” yang mengatur masalah ini, seperti
menjaga pandangan dari hal-hal yang haram dan diharamkan, menutup aurat, tidak
berdua-duaan dengan yang bukan muhrim, puasa sunnah, puasa wajib, tidak makan
daging babi, bangkai, darah, minum-minuman keras dan lain sebagainya. Puasa
juga dapat dilakukan sebagai tindakan kuratif. Taubat dan istighfar yang
dilakukan secara tepat dapat membersihkan kekotoran lapisan tubuh pertama ini.
Lapis Tubuh Energi Kedua : Tubuh EGO [tubuh eterik atau tubuh prana]. Dalam
kepercayaan timur, lapisan tubuh kedua ini berhubungan dengan Chakra Seks.
Lapisan Tubuh Energi kedua saya sebut sebagai Tubuh EGO, secara umum mungkin
dikenal sebagai tubuh eterik atau tubuh prana. Whatever-lah… belum ada
undang-undang atau konvensi yang mengatur penamaan ini.. hehehe.. Jika LTE
pertama adalah tempat nafsu untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan tubuh
fisik, maka LTE Kedua adalah tempat beradanya nafsu untuk pemenuhan Citra diri,
harga diri, gengsi, dll. Pada lapisan inilah terdapat hasrat, ambisi,
keinginan-keinginan. Aku ingin begini, aku ingin begitu.. persis lagunya
Doraemon. Hasrat, ambisi, adalah fitrah manusia yang dapat mendorong manusia
untuk selalu menjadi lebih baik dalam segala hal: sosial, ekonomi,
ilmu-pengetahuan, teknologi, spiritual, dll. Lapisan Tubuh Kedua ini meliputi
(dapat mengakses) lapisan Tubuh Pertama. Jika potensi ‘hasrat’ dipadu dengan
nafsu seks maka akan menjadi dorongan untuk melakukan aktifitas seksual, begitu
pula jika hasrat dipadu dengan nafsu makan, mungkin hasratnya tidak sekedar
makan, tetapi ingin makanan yang lebih bergizi dan bergengsi, jadilah kegiatan
makan yang tidak sekedar makan. Jika hasrat, ambisi dan keinginan ini dibiarkan
bebas, maka akan terjadi pelanggaran fitrah manusia. Manusia adalah makhluk
yang cenderung melampaui batas. Ambisius, Mau menang sendiri, Serakah, tamak…
Ketika hasrat ini diperturutkan menjadi bebas, kebablasan, maka LTE Kedua
menjadi kotor yang akan menjadikan hijab dan sulit bagi kita (dikesadaran
fisik) untuk memanfaatkan potensi-potensi lapisan tubuh energi diatasnya.
Dibalik hasrat, ambisi dan keinginan-keinginan, terdapat unsur-unsur pelengkap
seperti : Berani dan Takut, Kecewa dan Puas, sakit hati dan senang hati. Takut
adalah hal yang wajar, merupakan indikasi bahwa kita belum paham terhadap apa
yang sedang/akan kita hadapi, tetapi Ketakutan adalah lain soal. Ketakutan
menjadikan tubuh energi kita lemah, dan keberanian menjadikan kita kuat. Namun
keberanian tanpa memperhatikan moral, etika, agama, dll, akan membuat Lapisan
Tubuh Energi kedua ini menjadi kotor. Lapis Tubuh Energi Ketiga : Tubuh Astral
/ Tubuh Emosi Dalam kepercayaan timur, lapisan tubuh ketiga ini berhubungan
dengan Chakra Solar Plexus. Lapisan tubuh ketiga sering disebut sebagai tubuh
astral, namun saya lebih suka menyebutnya sebagai Tubuh EMOSI. Mengapa? Karena
pada lapisan tubuh energi inilah bersemayamnya segenap perasaan kita seperti:
senang – susah, kecewa – puas, sakit hati, gembira – sedih, marah, takut –
berani, dll. Ketika kematian menjemput (Ruh ditarik pulang), lapisan tubuh
pertama dan lapisan tubuh kedua akan mati dan terurai menjadi unsur-unsur alam
semesta pembentuknya, sehingga mereka kehilangan Nafsu dan Hasrat. Lapisan
tubuh ketiga, kelangsungannya tergantung dari ’status perasaan’ yang
disandangnya. Ikhlas-kah ketika ia meninggal dunia? Tidak-terimakah? Bila orang
tersebut meninggal dalam kondisi marah, dendam, kecewa, sedih, dengan kata-lain
”tidak berserah-diri kepada (takdir) Allah”, maka ia akan terus ”hidup” di alam
energi dengan membawa emosi kemarahan itu. Ia tidak dapat meneruskan
perjalanannya, untuk menunggu di alam penantian yang seharusnya, yang enak,
bila seluruh unsur energi – perasaan tersebut telah musnah. Tak ada kelekatan
lagi. Ingat pesan Allah SWT dalam Al Qur’an: ”.. dan janganlah kalian mati
kecuali dalam keadaan berserah diri”. Berserah diri = Unbinding dari hal-hal
duniawi atau apapun, kecuali hanya kepada Allah SWT. Maka tak heran seseorang
yang sudah meninggal dunia, untuk ”sementara waktu” dapat menampakan diri
kepada orang yang masih hidup. ”Sementara waktu” disini bisa berarti beberapa
hari hingga beberapa ratus tahun, atau selamanya hingga yaumil kiyamah kelak.
Waallahua’alam. Tubuh ketiga merupakan duplikat tubuh fisik. Tubuh emosi setiap
orang memiliki bentuk yang sempurna (utuh) meski saat hidup orang tersebut
mempunyai cacat pada tubuh fisiknya. Perbedaannya dari satu orang ke orang yang
lain adalah: ada yang pucat, berseri, cerah, dll. Tubuh emosi inilah yang
digunakan untuk melakukan perjalanan keluar tubuh atau perjalanan astral, Out
of Body Experience, atau Rogoh Sukmo. Lapis Tubuh Energi Keempat Tubuh
PIKIRAN/Tubuh Mental atau Tubuh Psikis Dalam kepercayaan timur, lapisan tubuh
keempat ini berhubungan dengan Chakra Jantung. Lapisan tubuh keempat, saya
pribadi lebih senang menyebutnya sebagai Tubuh PIKIRAN tempat beradanya pikiran
kita – MIND. Banyak orang menyebutnya sebagai tubuh mental atau tubuh psikis.
Whatever lah… Beberapa aktifitas yang dilakukan oleh Pikiran adalah: Berpikir
Imajinasi dan Visualisasi Fantasy dan Berkhayal Mimpi Fantasy membayangkan
suatu keadaan, kesenangan. Berhati-hatilah dengan fantasi ini, jangan pernah
ber-fantasi buruk, jorok misalnya. Karena apa yang kita fantasikan benar-benar
terwujud di alam energi ini dan dapat dilihat oleh semua makhluk di alam energi
dilevel ini. Maka bukan suatu kebetulan, jika ketika seorang sedang berfantasi
jorok lantas mengalami seolah-olah benar-benar merasakan yang difantasikan atau
terkadang sering mimpi bersama ”orang” yang di-fantasi-kannya. LTE Pertama,
Kedua dan Ketiga pada dasarnya merupakan bagian dari LTE Ke empat ini. Orang
yang telah mengembangkan kemampuan LTE Keempat ini, akan mendapatkan kemampuan
yang dikenal sebagai Extra Sensory Perception (ESP) – mendengar dan melihat tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu, melihat dan mendengar bukan menggunakan
indera-indera ragawi. Kemampuan ESP bertumbuh secara bertahap, dapat saja saat
ini hanya dapat menerka apa yang dipikirkan orang lain, lalu sampailah ia dapat
‘melihat’ apa yang dipikirkan orang lain. Bagaimana cara melatih dan
memperbesar kemampuan ESP ini ESP: Telepati, Clairvoyance, Projeksi pikiran dan
Membaca pikiran adalah potensi dari tubuh pikiran ini, sedang Pola Pikir
(Mindset) adalah bagaimana isi dari Pikiran kita tertata. Hukum Ketertarikan
(Law of Attraction) bekerja pada level energi ini. Lapis Tubuh Energi Kelima :
Tubuh KESADARAN ENERGI Dalam kepercayaan timur, lapisan tubuh kelima ini
berhubungan dengan Chakra Tenggorokan. Potensi apa yang yang dimiliki oleh
lapisan tubuh kelima ini? Lapisan tubuh kelima adalah Tubuh KESADARAN ENERGI.
Seseorang dengan lapisan tubuh kelima yang telah berkembang sempurna, jika ia
tertidur, maka hanya tubuh fisiknya saja yang tidur sedangkan tubuh energinya
tetap sadar. Sadar pada saat tertidur. Ketika bermimpi, ia sadar bahwa ia
sedang berada di alam mimpi. Ketika tubuh fisiknya sedang dibius (anestesi),
maka ia tetap sadar dan dapat melihat tubuh fisiknya yang sedang dioperasi –
tanpa merasa sakit tentunya. Sangat jarang orang yang memiliki Lapisan Tubuh
Energi Ke Limanya yang telah berkembang sempurna, sebagian besar ”hidup kita”,
default kesadaran kita ”parkir” ditubuh fisik (materi). Banyak orang menyebut
bahwa kita, dengan kesadaran yang parkir ditubuh fisik, berada dalam keadaan
”tertidur”, mati dalam hidup.. (atau hidup dalam mati ya?.. ). Lapis Tubuh
Energi Keenam : Tubuh KESADARAN COSMIC Lapisan tubuh energi keenam ini
berkaitan dengan chakra Ajna yang terletak diantara kedua mata. Lapisan tubuh
keenam disebut sebagai Tubuh KESADARAN COSMIC. Melalui tubuh ini, seseorang
bisa melihat alam semesta ini dengan gamblang. Anda bias berjalan-jalan
meninggalkan planet bumi kita yang biru, semakin lama semakin terlihat
mengecil. Anda bias melintasi langit. Lapis Tubuh Energi Ketujuh : Tubuh KESADARAN
RUH AL-QUDS/NUR MUHAMMAD Ruh Al-Quds inilah yang membawa penjelasan kemisian
seseorang, untuk apa seseorang diciptakan Allah, secara spesifik
orang-per-orang. Dengan kehadiran Ruh Al-Quds, seseorang menjadi mengerti misi
hidupnya sendiri. Mereka-mereka yang telah dianugerahi Kesadaran Ruh Al-Quds
inilah yang disebut sebagai ‘ma’rifat’, dan telah mengenal diri sepenuhnya.
“Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa Rabbahu,” kata Rasulullah. Barangsiapa yang
mengenal dirinya, maka ia mengenal Rabb-nya. Dengan kehadiran Ruh Al-Quds ke
dalam jiwanya, seseorang menjadi mengenal dirinya, mengerti kemisian dirinya,
dan mengenal Rabb-nya melalui kehadiran Ruh-Nya itu. Dengan mengenal dirinya
secara sejati, maka mulailah seseorang ber-agama secara sejati pula. “Awaluddiina
ma’rifatullah,” kata Ali bin Abi Thalib kwh. Awalnya ad-diin (agama) adalah
ma’rifatullah (mengenal Alah). Jadi berbeda dengan pengertian awam bahwa
mencapai makrifat adalah tujuan beragama, justru sebaliknya: ma’rifat adalah
awalnya beragama, ber-diin dengan sejati. Keasadaran Ruh Al-Quds, ini ada juga
yang menyebut dengan KESADARAN RUH ILAHI. Karena melalui kesadaran inilah Allah
SWT memancarkan dengan sempurna Nur-Nya ke dalam diri manusia. Sehingga dalam
faham kejawen, Ruh Al-Quds inilah yang disebut dengan Rasul Sejati. Inilah
Konsep ‘trinitas’ yang dikembalikan oleh Qur’an kepada hakikatnya semula:
Allah, Ruh Al-Quds, dan jasad sang Insan Kamil. Pengertian trinitas ini,
seiring dengan berjalannya waktu dan jauhnya aliran doktrin dari mata-airnya,
perlahan berubah menjadi sesuatu yang abstrak: tiga tetapi satu dan satu tetapi
tiga. Namun Rasulullah melaui Qur’an, secara halus mengembalikan khazanah
tritunggal ini kepada esensinya: bukan zatnya yang satu sekaligus tiga, tetapi
sebenarnya yang terjadi adalah Allah dan Insan Kamil, melalui kehadiran Ruh
Al-Quds, telah sepenuhnya selaras dan menjadi satu kehendak. Apapun perbuatan,
perilaku dan kehendak seorang Insan Kamil akan sepenuhnya sesuai dengan
kehendak Allah. Sedangkan Allah-nya sendiri, sebagai zat, tetap hanya satu.
Inilah yang dikembalikan: Allah itu satu, tidak memiliki anak, dan anggota
sistem ke-tiga-an itu terpisah, baik secara hakikat maupun zat. Wujudnya satu,
bukan tiga. Siapa saja Insan Kamil itu? Mereka adalah semua orang yang telah dianugerahi
Allah Ruh Al-Quds ke dalam jiwanya. Semua Nabi dan Rasul, termasuk Nabi Isa as,
dan para orang suci yang ber-maqam rahmaniyah dan rabbaniyah, adalah Insan
Kamil. Lapisan puncak tubuh energi inilah batas atas perjalanan tubuh energi
hingga bertemu dengan keadaan non-eksistensi, kekosongan, tidak ada apa-apa.
Mungkin inilah yang dikatakan oleh orang-orang sufi sebagai Alam Fana, atau
kepercayaan timur lainnya mengatakannya sebagai Nirwana yang artinya kosong,
kekosongan. Tidak ada apa-apa diketinggian alam puncak ini. Kita bisa menyadari
tidak ada apa-apa, benar-benar awang-uwung disini. ”saya” pun sudah lenyap.
Fana bukanlah tujuan akhir dari perjalanan Mengenal Diri kita. Fana hanyalah
puncak dari kesadaran tubuh energi kita. Jadi Jangan terjebak dan berhenti pada
lapis ke tujuh alam energi ini. Jangan karena tidak melihat apa-apa lantas
berucap: ”oh.. tidak ada apa-apa selain aku. Akulah Sang Kebenaran”. Agar tidak
terjebak, menjadi musryk, prinsip tauhid: La ilaha ilallah – Tiada tuhan selain
ALLAH, harus tetap kita pegang teguh, sampai kapanpun. KORELASI LAPISAN TUBUH
ENERGI DAN LAPIS LANGIT ALAM ENERGI Lapisan-lapisan Tubuh Energi berkorelasi
dengan lapisan langit di alam (dimensi) energi. Lapisan Tubuh Energi Pertama
berkorelasi dengan Langit Pertama alam energi, dan seterusnya. Jika seseorang
telah berhasil mengembangkan potensi Lapisan Tubuh Ke Tujuh, maka ia akan bisa
”mengakses” Langit Ketujuh Alam Energi. Lapis Langit di atas, meliputi Lapis
langit dibawahnya. Artinya, ketika seseorang bisa mengembangkan potensi Lapisan
Tubuh Energi Kelima dan ia tidak memiliki hambatan (hijab) pada lapisan-lapisan
Tubuh Energi dibawahnya, juga tidak ada hambatan pada Tubuh Materinya, maka ia
akan bisa menggunakan dan menikmati potensi-potensi lapisan Tubuh Keempat
dengan sadar. Bagaimana cara membersihkan LTE ini? Secara umum, dalam dunia
reiki dan sebangsanya, dikenal dengan istilah attunement: penyelarasan,
pengaktifan Cakra-cakra melalui pembersihan / pembukaan. Cara-cara tersebut,
saya pandang lebih berisiko dibanding menggunakan cara yang lebih islami.
Resikonya adalah terjadinya penyumbatan-penyumbatan saluran energi tubuh akibat
dari sisa “pembakaran” (pembersihan) Cakra dan saluran/jalur tubuh energi.
Contoh resiko adalah Kundalini Syndrome. Cara Islami akan mendapatkan hasil
yang jauh lebih baik, karena tanpa efek-samping, kotoran akan lenyap tanpa
mempengaruhi jalur energi ataupun cakra-cakra yang lain. Seperti apa cara
Islami (yang saya maksud) tersebut?. Itulah yang disebut TAZKIYATUN NAFS atau bahasa
kerennya Metode Kultivasi…. Bagaimana Cara Meningkatkan & Memurnikan
Kesadaran Hingga Mencapai Kesadaran Ruh..?? Yaitu dengan Energi Al-Wasilah.
Allah swt berfirman : “Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya[Al-Wasilah], dan berjihadlah
pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (sukses).”(QS.Al Maidah
:35). Syekh Sulaiman Zuhdi pada waktu menafsirkan QS.Al Maidah:35 menyatakan :
“Pengertian umum dari wasilah adalah sesuatu yang dapat menyampaikan kita
kepada suatu maksud atau tujuan. Nabi Muhammad SAW adalah wasilah yang paling
dekat untuk sampai kepada Allah SWT, kemudian kepada penerusnya-penerusnya yang
Kamil Mukammil yang telah sampai kepada Allah SWT yang ada pada tiap-tiap abad
atau tiap-tiap masa” Umumnya pendapat ulama yang tidak mengenal Tasawuf Tarekat
menyatakan bahwa Al-Wasilah itu hanya berupa amal ibadah. Namun perlu
diperhatikan, Selama nafas terakhir kita belum meninggalkan tenggorokan,
Lapisan Tubuh Energi (LTE) setiap saat berpotensi menjadi kotor. Bila kita
terus menjaga Nafsu, Ego dan Emosi (NEE) agar tetap normal – tidak berlebihan,
dan tetap menjaga ibadah-ibadah kita seperti Sholat, puasa dan dzikir, Insya
Allah LTE kita akan tetap bersih. Jika kita lalai maka LTE kita akan menjadi
kotor, dengan catatan bahwa puasa, sholat dan dzikir tersebut dilakukan dengan
khusuk, dengan ingatan yang senantiasa terhubung dengan Allah Subhannalahu
wata’ala. Mengapa bisa demikian? Karena Tubuh Energi kita ini merupakan medan
pertempuran antara Jiwa kita melawan iblis dan setan beserta balatentaranya.
Jiwa kita berkepentingan menjaga agar LTE tetap bersih, supaya kita (badan
wadag) memiliki kesadaran ilahiah, dan supaya tidak menjadi penghambat,
penghalang, perjalanan Jiwa menempuh Alam Cahaya. Sementara Iblis dan
sekutunya, yang merupakan musuh yang nyata bagi manusia, berusaha terus
memanas-manasi NEE kita, memberikan pengaruh kebimbangan-kebimbangan dan
keraguan dalam pikiran kita, hingga akhirnya LTE kita menjadi kotor dan dikuasai
mereka. Nah, pertanyaannya. Mampukah manusia yang setiap hari berjibaku melawan
dirinya sendiri ini mengandalkan kekuatan amal ibadah dirinya sendiri sebagai
Al-Wasilah untuk meningkatkan kesadarannya…??? Maka jawabnya adalah sangat
TIDAK MUNGKIN…. Hanya Al-Wasilah yang datang dari sisi Allah swt sajalah yang
mampu menaikkan derajat kesadaran manusia hingga ke derajatnya yang tertinggi.
Al-Wasilah Itulah yang disebut Hidayah yaitu energi Al-Wasilah yang datang
langsung Dari Allah SWT dan Syafaat atau Hidayah Allah yang melalui Rasulullah.
Al-Wasilah yang berupa syafaat Rasulullah inilah yang diwariskan secara
berantai dalam Rantai Emas Silsilah Para Guru Muryid Tharekat untuk diberikan
kepada kaum muslimin. Dan Karena dengan Al-Wasilah ini seseorang manusia yang
masih kotor tubuh energinya mempunyai kesempatan untuk mengakses Kesadaran Ruh
Al-Quds/Nur Muhammad yang berada di dalam dirinya dan menumbuh kembangkan
spiritualitasnya hingga mencapai Kesadaran Nur Muhammad, maka untuk kemudian
Al-Wasilah jenis ini juga disebut sebagai Nur Muhammad. Dalam ilmu balaghah
dikenal istilah “Majaz Mursal : مِنْ إطْلاَقِ الْمَحَلِّ وَإرَادَةِ الْحَال
artinya menyebut wadah, sedangkan sebenarnya yang dimaksud adalah isinya.
Disebutkan pula Nabi Muhammad sebagai wasilah, tetapi yang dimaksud sebenarnya
adalah Nuurun ala nuurin yang ada pada rohani Rasulullah SAW. Prof.DR.H.S.S
Kadirun Yahya menyatakan bahwa wasilah itu adalah suatu channel, saluran atau
frekuensi yang tak terhingga yang langsung membawa kita kehaderat Allah SWT.
Wasilah itu ialah : نُوْرٌُ عَلىَ نُوْرٍِ يَهْدِاللهُ لِنُوْرِهِ مَنْ يَشَآءُ “Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki “(QS An-Nur :35). Wasilah
itu telah ditanamkan ke dalam diri rohani Arwahul Muqaddasah Rasulullah SAW
yang merupakan sentral penghubung antara Rasulullah SAW dan ummatnya menuju
kehaderat Allah SWT. Para Sahabat dan ummat Rasulllah SAW harus mendapatkan
wasilah ini di samping menerima Alquran dan As-Sunah Rasulullah SAW bersabda :
كن مع الله فإن لم تكن مع الله كن مع من مع الله فإنه يصيلك الى الله “Jadikanlah
dirimu beserta dengan Allah, jika kamu belum bisa menjadikan dirimu beserta
dengan Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta
dengan Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau
(rohanimu) kepada Allah” (H.R. Abu Daud). WALLAHU A’LAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar