kenapa sunni mendiamkan
pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di atas mimbar-mimbar yang dilakukan
atas perintah Mu’awiyah dan para penguasa tiran Bani Umayyah ???
Kaum Nawashib mengklaim bahwa Mu’awiyah tidak bisa
disalahkan atas terbunuhnya Sahabat Nabi Ammar bin Yasir dan para rekannya!
Yazid tidak boleh dipersalahkan atas pembunuhan atas
al Husain dan para sahabat setianya!
Dengan logika seperti itu mereka bermaksud menyucikan
Fir’aun dari kejahatan membunuh dan membantai pengikut Nabi Musa as.
Sedangkan Al Qur’an berkata tentang Fir’aun:
يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي
(Dia membunuh anak-anak lelaki mereka -bani Israil-
dan membiarkan hidup kaum wanita mereka).
Allah menetapkan bahwa tindakan membunuh
itu adalah tindakan Fir’aun karena dialah penguasa, panglima dan yang emerintah
pembantaian itu. Inilah
kehama adilan Allah!
Kemaha-adilan Allah menetapkan bahwa tanggung jawab
utama harus dipikul oleh para pemimpin (yang memerintahkan kejahatan) sebelum
membebankannya kepada para pengikut… Tetapi
kebiasaan kaum Nawashib adalah menjungkir balikkan permasalahan…
Rahasia di balik sikap menyimpan mereka dengan
ketentuan Allah adalah bahwa Allah tidak pernah akan takut kepada para pemimpin
dan penguasa! Sedangkan kaum Nawashib sangat takut kepada para penguasa! Dari
sini perbedaan itu muncul. Dan yang aneh bin ajaib adalah kaum Nawashib
memberlakukan kaidah menyimpang ini setengah-setengah, mereka menyematkan
kepada para pemimpin idola mereka jasa penaklukan negeri-negeri, pemberian
santunan tanpa batas kepada para penyair yang memuji… Merekalah yang menaklukan
negeri-negeri itu… Merekalah yang berbaik hati menyantuni para penyair itu…
Bukan para prajurit yang berjuang di medan perang… Bukan rakyat (karena
kenyataannya harta itu adalah harta umat Islam, bukan uang pribadi para
penguasa dan emir_pen).
Kaum Nawashib menisbatkan kepada Allah
kejahatan yang dilakukan para penguasa tiran... Mereka berkata: Allah-lah yang
menetapkan taqdir semua urusan itu, maka hamba pasti tidak kuasa lari darinya!
Dan kewajiban kita adalah diam dan pasrah (kepada taqdir Allah)…
Sementara itu mereka
selalu mengingat-ingat dengan penuh kecaman pemenjaraan yang dialami oleh Ahmad
bin Hanbal dan Ibnu Taimiyah, mereka mengatakan bahwa para penguasa
telah menzalimi mereka… Mereka bangkit murka
demi mereka seakan mereka telah disembelih seperti yang dialami al Husain!!
Kaum Nawaashib mengecam siapapun yang
mengkritik sebagian sahabat dan menuduhnya sebagai tindakan mencaci maki dan
melaknat! Sementara mereka mendiamkan pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw
di atas mimbar-mimbar (yang
dilakukan atas perintah Mu’awiyah dan para penguasa tiran Bani Umayyah_pen).
Jadi pelaknatan terhadap Ahlulbait Nabi Saw di atas mimbar-mimbar masjid di
seluruh negeri Islam sekan tidak terlihat oleh mereka! Seakan mereka tidak
membaca buku-buku Sunnah/hadis seperti Shahih Bukhari hingga Sunan Ibnu Majah…
Sementara itu mencari-cari data di celah-celah
lembaran sejarah seorang penduduk Kufah yang hidup di abad ketiga Hijrah yang
mencerca Mu’awiyah…. Duhai andai aku tau apa jawaban mereka ketika kelak
Mahkamah Pengadilan Allah digelar ketika seluruh makhluk digiring untuk
dihisab? Di mana ketika itu penuntutnya adalah Nabi Muhammad, para saksinya
adalah penghuni langit dan Hakimnya adalah Allah Sang Maha Pencipta?
Strategi Dan Makar Jahat Kaum Nawashib
Di antara setrategi kaum Nawashib dan makar jahat
mereka adalah mereka bungkam seribu bahasa mendiamkan kejahatan kenashibian dan
kaum Nawashib, sementara itu pada waktu yang sama mereka mencari-cari kesalahan
pengikut kelompok lain, aliran dan pendapat mereka… Seakan kenashibian (sikap
membenci keluarga Nabi Saw) itu tidak ada wujudnya di dunia nyata.
Mereka (kaum salafy -red) sesak napas ketika disebut
dan dibongkar mazhab jahat ini (kenashibian) yang memimpin negeri-negeri kaum
Muslimin selama sembilan dasawarsa! Dan telah mampu membangun generasi
ideologis menyimpang yang eksis hingga hari ini walaupun dengan kualitas
tertentu dan dengan nama-nama yang memukau tapi menipu!!
Mereka (salafiyun _red) hendak mengelabui umat Islam
dengan mengatakan bahwa kaum Nawashib adalah Ahlusunnah… Kemudian mereka sangat
sakit hati jika kaum Nawashib generasi pertama disebut-sebut, mereka (kaum
Nawashib generasi belakangan) itu tidak suka jika disebut dan dibongkar
kejahatan kaum Nawashib generasi pertama… Walaupun mereka telah melakukan
kajahatan membantai dan melaknat atau merusak sendi-sendi agama dll.
Tetapi anehnya mereka tidak bersikap demikian dalam
semua kasus, karena separuh akidah mereka adakah kecaman terhadap musuh-musuh
kaum Nawashib yang sudah mati, baik mereka itu Syiah, Jahmiyah, Mu’tazilah,
Khawarij dll… Mengapakah mereka di sini melembek dan di sana meraung-raung?
Mereka menyibukkan kita dengen tuduhan bahwa kami
hendak membongkar lembaran lama hanya demi masa lalu belaka.
Kaum Nawashib itu jika tidak kita adili dengan
kebenaran mereka pasti akan menuduh kami dengan kebatilan. Kita harus serang
terlebih dahulu dan kita sibukkan mereka dengan diri mereka sendiri, sebab jika
kita tidak melakukannya mereka akan menyerang akal-akal dan hati-hati kita!!
Maka cara terafdhal dalam berhadapan dengan mereka
adalah kita hadapi tuduhan palsu mereka dengan bukti kebenaran akan kajahatan
mereka!! Jika mereka diam ya kami diam! (Allah tidak menyukai membongkar
kejahatan dengan kata-kata kecuali orang yang dizalimi)
Latar belakang kemunafikan dan pola pikir bani Umayyah
dalam memandang hina simbol-simbol kesucian sangat banyak, seperti:
- Menanamkan perasaan tidak butuh kepada Nabi Saw agar beliau memintakan istighfar…
- Kata-kata dan praktik yang kaku yang menyakitkan Nabi Saw, seperti berlambat-lambat dari memenuhi panggilan Nabi Saw dengan alasan masih belum selesai menyantap makanannya (merujuk kepada Muawiyah ketika dipanggil Nabi saw tidak bersegera menyambut panggilan beliau, akan tetapi beralasan masih makan _red)
- Mencongkel dan menghancurkan kuburan Hamzah paman Nabi Saw dan memukul-mukulnya…
- Upaya untuk merusak mimbar Nabi Saw di masjid beliau…
- Menghancurkan Ka’bah sebanyak dua kali…
- Dan juga melaknat Nabi Saw di atas mimbar-mimbar… Bukan hanya melaknati Ali saja, mereka melaknati Ali dan semua orang yang mencitai Ali… Dan para sahabat yang shaleh,… seperti istri Nabi Ummul Mukminin Ummu Salamah dan Ibnu Abbas telah memahami maksud pelaknatan itu bahwa pada hakikatnya Rasulullah lah yang mereka incar!!!
- Mereka lebih mengutamakan para Khalifah dari pada para Nabi dan Rasul as. Akidah itu mereka pekikkan dari atas mimbar-mimbar dan tidak mereka rahasiakan.
Imam Abu Daud telah meriwayatkan sebagian dari apa
yang telah saya sebutkan di atas. Demikian juga dengan al Baladzuri dan ulama
lain…
Marwan bin al Hakam melarang Abu Ayyub al Anshari
meletakkan pipi beliau di atas tanah pusara Nabi Saw
kejahatan Mu’awiyah dan para penguasa bani Umayyah
yang melestarikan kemunafikan dan kedengkian bani Umayyah kepada Allah dan
Rasul-Nya… Data-data sejarah tak terbantahkan telah membuktikan semua kejahatan
dan kemunafikan akidah dan kekafiran sikap mereka itu! Namun anehnya (walaupun
tentu tidak aneh sebab sebagian kaum munafik adalah kekasih dan pembela kaum
munafik lainnya) kaum Salafi Wahhabi akan berontak dengan emosi jahiliyah tak
terkontrol jika ada yang berani membongkar bukti-bukti kemunafikan para
penguasa bani Umayyah, utamanya Mu’awiyah, Yazid, Marwan dan juga Abu Sufyan
dan al Hakam ayah Marwan yang terkutuk itu!!
Mereka akan segera menuduh siapapun yang menyentuh
“kehormatan” Muawiyah, dituduh sebagai mencaci maki sahabat Nabi Saw. Dan
karenanya ia berhak divonis sesat dan zindiq dan akhirnya darahnya halal
ditumpahkan… Inilah logika Salafi Wahhabi…
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa
Mu’awiyah telah melakukan perusakan dan penghancuran sendi-sendi agama Islam…
Satu demi satu ajaran Islam ia lecehkan dengan terang-terangan dan seakan
menantang umat Islam!
Kehormatan Nabi Mulia Muhammad saw. ia lecehkan….
Kesakralan ajarannya ia hinakan… Kehormatan darah para pengikut setia Nabi
saw. ia halalkan…
Dan yang lebih mengerikan dari kejahatan-kejahatan
Mu’awiyah adalah ia jadikan Khalifah Ali dan Ahlulbait Nabi saw. sebagai alamat
pelampiasan dendam kusumat jahiliyah dan balas dendamnya atas kekalahan
kemusyrikan dan kekafiran para penyembah arca dan hawa nafsu! Imam Ali ra. ia
laknati dan caci-maki di atas mimbar dan di hadapan keluarga; anak dan
cucu-cucu Ali ra.! Lebih dari itu, ia jadikan pelaknatan atas Sayyidina Ali;
sahabat agung, Khalifah Rasyid dan menantu kesayangan Nabi saw. sebagai bagian
dari politik kotornya untuk memuntahkan dendam kemusyrikan dan kekafiranya!
Setelah itu semua, Mu’awiyah masih tidak
puas… ia harus melakukan langkah akhir untuk melengkapi kejahatannnya… ia
mengangkat Yazid; putranya yang sangat fasik itu sebagai Khalifah Rasul, Amirul
Mukminin dan Bapak kaum Muslimin serta Pengawal Syari’at Islam! Dengan demikian
telah lengkaplah penjungkir-balikan nilai-nilai agama Islam!
Karena Nabi saw. harus menyelamatkan Risalah Islam
yang telah beliau bawa dan beliau perjuangkan bersama para sahabat, utamanya
Sayyidina Ali ra.! Maka Nabi saw. bangkit untuk mengingatkan kaum Muslimin akan
kejahatan yang akan dilakukan Mu’awiyah atas agama! Dan agar umat Islam
mewaspadai pergerakan para pemimpin kekafiran yang berkedok Islam! Sebab orang
munafik jauh lebih berbahaya dan mengancam Islam dan kaum Muslimin ketimbang
kaum yang terang-terangan kafir!
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni Menshahihkan Hadis
Mu’awiyah Orang Pertama yang Merusak Agama Nabi saw.!
Kendati kekejaman para penguasa tiran bani Umayyah
telah merampas kebebasan umat Islam untuk menukil sabda-sabda Nabi saw. yang
membongkar kejahatan, kefasikan dan kemunafikan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya
yang didominasi kaum munafik dan utamanya adalah bani Umayyah, dan khususnya
adalah Gembong Mereka seperti Abu Sufyan dan Mu’awiyah
putranya. Namun Allah SWT tetap mengabadikan sabda-sabda suci itu walau
karihal kafirûn wal munâfiqûn! Sampai-sampai para ulama yang biasanya
sangat membela Mu’awiyah dan bani Umayyah pun tak kuasa mendustakannya! Ia
begitu gamblang bak matahari di siang bolong! Karenanya, suka atau tidak suka,
mereka tidak memenukan jalan untuk menudustakannya.
Sebagai contoh adalah bahwa hadis Nabi saw. yang
berbunyi:
.
أول من يغير
سنتي رجل من بني أمية
“Orang
pertama yang akan merusaka Sunnah/agamuku adalah seorang dari bani Umayyah.”
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni tidak kuasa kecuali
mengakui bahwa ia adalah hadis hasan. Dan hadis hasan adalah
bagian dari hadis shahih! demikian dikatakan para ulama!
Komentar Syeikh Nâshiruddîn al Albâni
Setelah mengatakan bahwa hadis ini adalah berststus hasan,
ia menegaskan bahwa yang dimaksud dengan: seorang dari bani Umayyah adalah
Mu’awiyah… dan di antara kejahatannya dalam merusak agama adalah dengan:
ولعل المراد
بالحديث تغيير نظام اختيار الخليفة ، وجعله وراثة . والله أعلم
Mungkin yang dimaksud dengan hadis ini adalah merubah
sistem kekhalifahan dan dijadikannya sebagai warisan/turun temurun. Allahu
A’lam.
Lebih lanjut baca:
Silsilah al Ahâdîts ash Shahîhah,4/329/nomer hadis:
1749
.
Jadi jelaslah bagi kita semua bahwa Mu’awiyah yang
sangat dibanggakan dan dibela secara membuta oleh Ustadz Firanda dan para
tuannya, para Masyâikh Wahhâbi Arab adalah seorang PERUSAK AGAMA. Sebagaimana
dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Nabi saw. menyebut Mu’awiyah sebagai
PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!
Pengakuan dan keterangan Albâni di sini adalah penting
bagi para mukallid Salafi Wahhâbi sebab ia adalah ahli hadis kebanggan mereka!
Walaupun kami (Ahlusunnah) sama sekali tidak pernah membanggakannya karena
kenashibian dan kelinglungannya dalam mentakhrij banyak hadis)… karenanya
keterangannya saya sebutkan di sini!
Maka dengan demikian jelaslah bagi kita
bahwa: Mu’awiyah adalah Perusak agama Islam dan Sunnah Sayyidul Anâm!
Dan adalah sebuah kedunguan ketika seorang
membela si perusak agama!
Untuk mengharumkan nama Mu’awiyah yang aroma busuknya
telah menyengat setiap hidung kaum beriman dan mereka yang jujur, para Salafi
Wahhâbi melakukan segala cara, yang walaupun pada akhirnya hanya akan
membongkar kedok sebenarnya siapa mereka dan akan membawa malu di dunia sebelum
nanti di akhirat!
Di antara cara yang mereka lakukan adalah mendustkan
berbagai fakta sejarah yang terang benderang bak matahari di siang bolong yang
membuktikan kemunafikan dan kejahatan Mu’awiyah dan banu Umayyah pada umumnya…
Dan di antara yang mereka hendak sembunyikan adalah fakta sejarah bahwa
Mu’awiyah telah melancarkan pencaci-makian dan pelaknatan atas Imam Ali (karramallahu
wajhahu wa radhiyallahu ‘ahnu)…. bahkan lebih dari itu, Mu’awiyah telah
memerintahkan umat Islam untuk memcaci-maki dan melaknati Khalifah Ali ra.
serta menjadikannya program dinasti tiran yang dipimpinannya!
Terlampau banyak bukti yang menegeskan kenyataan ini…
hanya saja dalam kesempatan ini saya akan menyajikan satu dari ratusan butki
yang memastikan fakta sejarah itu. Sementara bukti-bukti lain insya Allah akan
saya sajikan dalam kesempatan lain.
Di antara bukti itu adalah riwayat shahih yang
dikeluarkan Imam Ibnu Mâjah,1/26 hadis no.121 (hadis terakhir dalam Bab
Keutamaan Ali bin Ali Thalib ra.) di bawah ini:
Teks Hadis:
حدثنا علي بن محمد حدثنا أبو معاوية
حدثنا موسى بن مسلم عن ابن سابط وهو عبد الرحمن عن سعد بن أبي وقاص قال قدم معاوية
في بعض حجاته فدخل عليه سعد فذكروا عليا فنال منه فغضب سعد وقال تقول هذا لرجل
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من كنت مولاه فعلي مولاه وسمعته يقول أنت
مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبي بعدي وسمعته يقول لأعطين الراية اليوم رجلا
يحب الله ورسوله
…. dari Sa’ad bin Abi Waqqâsh, ia berkata, “Mu’awiyah
datang dalam salah satu kesempatan ketika ia menunaikan ibadah haji, lalu Sa’ad
menemuinya, ketika itu mereka (yang duduk-duduk bersama
Mu’awiyah) menyebut-nyebut Ali, dan Mu’awiyah pun mencaci-makinya. Sa’ad
marah dan berkata, ‘Hai Mu’awiyah apakah engkau berkata demikian terhadap
seorang yang aku telah mendengar Rasulullah saw., ‘Sesiapa yang aku Maulâ-nya
maka Ali adalah Maulâ-nya’. Dan aku mendengar beliau bersabda, ‘Kedudukanmu (hai
Ali) di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi
sepeninggalku’. Dan aku mendengar beliau bersabda, ‘Aku akan serahkan bendera
kepanglimaan perang ini kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.’”
.
Hadis riwayat di atas telah masyhur dinukil para ulama
hadis kita dari sahabat Sa’ad ra. dan bukan sesuatu yang samar bagi para santri
apalagi para kyia Ahlusunnah. Hanya saja yang
penting dicatat di sini adalah bahwa riwayat di atas -yang tegas-tegas
menyebutkan dan membuktikan bahwa Mu’awiyah mencaci-maki Imam Ali ra. itu- telah dishahihkan oleh
Syeikh Nâshiruddîn al Albâni; Gembong Ahli Hadis Kebanggaan Wahhâbi
Sallafi, walaupu
kami Ahlusunnah sama sekali tidak pernah membanggakannya sebab ia sering
linglung dalam mentakhrij hadis/riwayat/atsar. Baca keterangannya dalam Silsilah
al Ahâdîts ash Shahîhah, 4/335. Baca juga dalam Shahîh Sunan Ibnu Mâjah;
juga oleh al Albâni (terbitan Maktabah at tarbiyah al Arabi. Cet III. Tahun
1408 H/1988M.) atau lihat di tahrij hadis aleh Al Bani online DISINI
Jika Wahhâbi Salafi Mengelak!
Mungkin kaum awam Salafi Wahhâbi (yang sering menjadi
korban pembodohan para ustdaz dan masyâikh mereka) berusaha mengelak dengan
mengatakan bahwa tidak ada kejelasan dalam riwayat di atas bahwa Mu’awiyah
mencaci-maki Ali! Yang ada hanya kata nâla yang artinya menyentuh atau
menyebut-nyebut? Jadi mungkin saja Mu’awiyah sedang memuji Ali! Jika ada yang berkata
demikian maka, pertama-tama saya ucapkan bela sungkawa atas kematian
ilmu dan nurani. Sebab kecintaan kepada pemimpin pohon terkutuk rupanya telah
membutakan akal pikirannya! Kedua, tidak ada ulama Ahlusunnah yang
memahami demikian. Justeru semua menegskan bahwa dalam kesempatan itu Mu’awiyah
mencaci-maki dan mencela-cela Sayyidina Ali ra. sehingga Sa’ad terpaksa
membuktikan kedok kemunafikan Mu’awiyah dengan menyebut tiga hadis penting
keutamaan Khalifah Ali ra. sebagai balasan atas kejahatan Mu’awiyah tersebut,
sebab prbadi yang sedang mereka makan daging sucinya itu adalah pribadi yang
sangat mulia dan agung kedudukannya di sisi Allah dan rasul-Nya…. dan apa yang
dilakukan Mu’awiyah atasnya adalah bukti dendam kusumatnya atas Allah dan
Rasul-Nya…
Tiga hadis itu adalah hadis Muwâlah, hadis Manzilah
dan hadis Râyah. Ketiga hadis ini telah diriwayatkan para ahli hadis
kita dengan banyak jalur yang shahih…. kendati sebagian kaum Wahhâbi Salafi
berusaha mendha’ifkannya karena dianggapnya ia menguntungkan Syi’ah dalam
menegakkan akidah mereka tentang imamah!
Hadis Di atas Tegas Mengatakan Bahwa Mu’awiyah Mencaci
dan Mencela Sayyidina Ali ra.!
Sekali lagi saya katakan di sini bahwa teks hadis
tersebut di atas sudah jelas dan gamblang! Mu’awiyah mencela dan mencaci maki
Sayyidina Ali ra. perhatikan apa yang ditegaskan oleh Syeikh Fuâd Abdul Bâqi
(pentahqiq kitab Sunan Ibnu Mâjah) ketika beliau menerangkan kata-kata: فنال
منه: Maksudnya Mu’awiyah mencela dan mencaci-maki Ali.” (Selanjutnya baca
Sunan Ibnu Mâjah,1/45. Diterbitkan oleh Maktabah Dahlân-Indonesia)
Akhirnya!
Dan sebelum saya akhiri ulasan saya ini saya ingin
katakan bahwa riwayat di atas adalah satu dari ratusan riwayat dan data sejarah
akurat yang menegaskan kejahatan Mu’awiyah atas Islam dan atas Ali bin Abi
Thalib ra. dan tidak cukup demikian ia memaksakan kejahatan itu agar dilakukan
oleh kaum Muslimin… dan akhirnya kaum Muslimin pun terjatuh dalam kubangan
kejahatan Mu’awiyah… mereka mena’ati Mu’awiyah dalam bermaksiat kepada Sang
Khaliq dengan mencela dan mencaci Sayyidina Ali ra. jadi pantaslah jika Nabi
Muhammad saw. (yang tidak pernah akan berkata-kata melainkan dari wahyu suci)
menyebut Mu’awiyah sebagai PEMIMPIN KELOMPOK PENGANJUR KE DALAM API NERAKA!
Umat Islam di masa kekuasaan zalim Mu’awiyah
ikut-ikutan berlomba-lomba mencaci dan melaknati Ali, Khalifah Nabi saw.
sementara Nabi telah bersabda bahwa mencaci Ali sama dengan mencaci Nabi saw.!
Lalu apakah bayangan kita hukum orang yang mencaci Nabi saw.?! Pasti neraka
tempatnya, karena ia adalah bukti kakafiran!
Jadi kaum Muslimin di zaman kekuasaan Mu’awiyah yang
tiran itu yang ikut serta mencaci dan melaknati Ali ada dua kemungkinan:
Pertama: Mereka memang sudah menjadi munafik dengan membenci
dan memerangi Ali serta mencaci dan melaknati beliau ra.
Atau kedua, mereka dalam melakukan semua
kekufuran itu karena takut kekejaman Mu’awiyah atas siapapun yang menolak
melaksanakan perintahnya untuk melaknati dan mencela-cela Ali ra.
Jika kemungkinan pertama yang terjadi itu artinya
bahwa kaum Muslimin benar-benar telah disesatkan oleh Mu’awiyah dan digiring ke
dalam api nereka Jahannam (atau dalam istilah kaum Wahhâbi Salafi seperti
Ustadz Firanda: kaum Muslimin sedang diberi hidayah oleh Mu’awiyah sebab
Mu’awiyah adalah Hâdiyan Mahdiyan/yang memberi petunjuk dan diberi petunujuk
oleh Allah, seperti dalam hadis palsu yang sering dibanggakan Salafi Wahhâbi
para pendukung kemunafikan dann kaum munafikin).
Dan jika kemungkinan kedua yang terjadi, dan bahwa
mereka hanya karena terpaksa untuk menyelamatkan diri dalam melakukan kehendak
Mu’awiyah… maka itu artinya kaum Muslimin sedang tertaqiyyah! Lalu mengapaka
kaum Salafi Wahhâbi sering mengejek-ngejek kaum Syi’ah sebagai bermunafik
karena mereka bertaqiyyah??!! Bukankah kenyataan ini akan membuat malu kita di
hadapan kaum Syi’ah? Karena itulah saya sejak awal telah mengatakan bahwa kaum
Wahhâbi Salafi termasuk gembong kaum Nashibi seperti Ibnu Taimiyah jika mereka
masih kita akui sebagai bagian dari Ahlusunnah hanya akan membuat malu kita di
hadapan kaum Syi’ah!!
Karena itu waspadai kelicikan dan kelicinan kejahatan
mereka!
Saya
benar-benar terkejut mendengar pertanyaan yang bertujuan membela Muawiyah di
dalam sebuah komentar di blog ini. Mereka meragukan bahwa Muawiyah telah
benar-benar mengutuk Imam Ali as. Apakah peristiwa ini benar-benar perintah
Muawiyah? Begitu kata mereka. Mari kita buka kitab-kitab sejarah Islam yang
mencatat kejadian tersebut, apakah peristiwa itu benar-benar pernah terjadi?
Apakah benar itu pengutukan atau bukan? Jika benar, apakah memang pengutukkan
itu atas perintah Muawiyah?
MUAWIYAH
TELAH MENGUTUK SAYYIDINA ALI PADA SETIAP KHOTBAH JUMAT DAN HAL INI MENJADI
BID’AH YANG TERUS MENTRADISI SELAMA 90 TAHUN SAMPAI BERKUASANYA UMAR BIN ABDUL
AZIZ YANG BIJAK
1. Ibn
Abi al Hadid di dalam syarah atau komentarnya atas kitab Nahjul
Balaghah Jil. 1 hlm. 464 menyatakan : “Pada akhir
khotbah Jumat, Muawiyah mengatakan : “Ya Allah, laknatlah Abu Turab, dia yang
telah menentang agama-Mu dan jalan-Mu, laknat dia dan hukum dia di neraka!”
Muawiyah inilah yang memperkenalkan bid’ah terbesar dan terburuk ini kepada
khalayak umat Islam pada masa kekuasaannya hingga masa Umar bin Abdul Aziz.”
2. Di dalam
kitab Mu’jam al-Buldan Jil. 1, hlm 191, ‘Allamah Yaquut Hamawi menyatakan
: “Atas perintah Mu’awiyyah, ‘Ali dilaknat selama masa kekuasaan
Bani Umayyah dari Masyrik (Timur) hingga Maghrib (Barat) dari mimbar-mimbar
Masjid.”
3. Masih di
dalam kitab yang sama, Mu’jam al-Buldan Jil. 5, hlm. 35,
Hamawi mengatakan : “Salah satu perubahan (bid’ah) terburuk yang telah
dimulai sejak awal mula pemerintahan Muawiyah adalah bahwa Muawiyah sendiri dan
dengan perintah kepada gubernurnya, membiasakan menghina Imam Ali saat
berkhotbah di Masjid. Hal ini bahkan dilakukan di mimbar masjid Nabi di hadapan
makam Nabi Muhammad Saw, sampai sahabat-sahabat terdekat Nabi, keluarga dan
kerabat terdekat Imam Ali mendengar sumpah serapah ini.”
4. Di dalam
kitab Al-Aqd al-Farid Jil. 1 hlm. 246, Anda bisa membaca :“Setelah
kematian ‘Ali dan Hasan, Muawiyah memerintahkan sebuah titah ke seluruh masjid
termasuk masjid Nabawi agar semua orang turut melaknat ‘Ali!”
5. Di dalam
kitab yang sama, Al-Aqd al-Farid Jil. 2 hlm. 300 anda bisa
membaca isi surat Ummu Salamah, isteri Rasulullah Saw, yang
menulis kepada Muawiyah : “…Engkau sedang mengutuk Allah dan Rasul-Nya di
mimbarmu karena engkau mengutuk Ali bin Abi Thalib. Barangsiapa yang mencintai
Ali, aku bersaksi bahwa Allah dan Rasul-Nya mencintainya.” Tetapi tak
seorang pun memperhatikan ucapannya.
6. Di dalam
kitab al-Nasa’ih al-Kafiyah hlm. 77, Anda juga bisa membaca : “Praktek
(pelaknatan) yang berlangsung sekian lama ini memunculkan sebuah asumsi bahwa
apabila seseorang tidak melakukan pelaknatan tersebut maka shalat Jumat-nya
tidaklah dianggap sah!”
7. Seorang
alim dari Pakistan yang bermazhab Hanafi, Maulana Raghib Rahmani,
di dalam kitabnya tentang “Hazrat Umar bin Abdul Aziz”,Khalifatul Zahid,
hlm. 246 menyampaikan komentarnya dengan tajam :“(Praktek
pelaknatan) ini tentu saja tidak menguntungkan, karena ini adalah bid’ah yang
telah diperkenalkan ke masyarakat yang telah “memotong hidung” (memalukan)
kota-kota, di mana bid’ah ini bahkan dilakukan di mimbar-mibar masjid, bahkan
tanpa malu sampai juga ke “telinga” masjid Nabawi. Inilah bid’ah yang
diperkenalkan oleh Amir Muawiyah!”
8. Di dalam
bukunya Al-Khilafah wal Mulk yang sempat menggemparkan dunia
Islam, Abul A’la al-Maududi, seorang alimPakistan bermazhab
Hanafi, menulis :
“Ketika
pada zaman Muawiyah dimulai kebiasaan mengutuk Sayyidina Ali dari atas
mimbar-mimbar dan pencaci-makian serta pencercaan terhadap pribadinya secara
terang-terangan, di siang hari maupun di malam hari, kaum muslimin di mana-mana
merasa sedih dan sakit hati sungguh pun mereka terpaksa harus berdiam diri
menekan perasaannya itu. Kecuali Hujur bin Adi, yang tidak dapat menyabarkan
dirinya…” (Abul A’la al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm.
209-210, Penerbit Mizan, Cet. VII, 1998, Bandung)
Dan
akhirnya, Muawiyah menyuruh Ziyad untuk membunuh Hujur bin ‘Adi, salah seorang
sahabat besar Nabi yang zahid, abid, dan termasuk di antara tokoh-tokoh umat
terbaik. Di dalam surat perintahnya, Muawiyah menulis : “Bunuhlah orang
ini (Hujur) dengan cara yang seburuk-buruknya.” Maka Ziyad
mengubur Hujur dalam keadaan hidup-hidup. (Abul A’la
al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 211, Penerbit Mizan, Cet. VII,
1998, Bandung)
“Kisah
terperinci mengenai cobaan berat yang dialami oleh Hujur bin ‘Adi itu banyak
terdapat di dalam buku-buku yang ditulis oleh para ahli hadis maupun para ahli
sejarah, baik yang sudah tersebar luas maupun yang tidak disebarkan,”
Begitu tulis Thaha Husain di dalam bukunya yang terkenal al-Fitnah
al-Kubra yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
judul Malapetaka Terbesar Dalam Sejarah Islam pada hlm.
624, yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, Cet. I, Tahun 1985.
Inilah
sebagian bukti-bukti tertulis di dalam kitab-kitab sejarah yang bisa anda temui
hingga saat ini. Apakah masih terbetik keraguan di dalam hati anda tentang
bejatnya Muawiyah, si setan berwujud manusia ini?
Dan ketika
Hasan bin Ali mengundurkan diri sebagai khalifah, Muawiyah pun akhirnya berdiri
sebagai seorang penguasa tunggal, lalu dia menyampaikan pidatonya di kota
Madinah :
“Amma
ba’du! Sesungguhnya aku, demi Allah ketika menjadi penguasa atas kamu sekalian,
bukannya aku tidak mengetahui bahwa kalian tidak menyenangi kekuasaanku ini,
tetapi sesungguhnya aku benar-benar tahu apa yang ada dalam hati kalian tentang
hal ini, namun aku telah merampasnya dari kalian dengan pedangku ini. Dan
sekiranya kalian tidak menadpati diriku telah memenuhi hak-hak kamu seluruhnya,
hendaknya kalian memuaskan diri dengan sebagiannya saja dariku!” (Ibnu
Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, Jil. 8, hlm. 132)
Pada masa
kekuasaan Muawiyah, rakyat dibungkam dari menyampaikan kebenaran, mereka hanya
boleh memuji-muji atau jika enggan sebaiknya diam. Karena jika rakyat berani
memprotes pemerintah pada masa itu maka bersiap-siaplah untuk dijebloskan ke
dalam penjara, dibunuh, disiksa atau paling tidak dibuang! (Abul A’la
al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, hlm. 209, Penerbit Mizan, Cet. VII,
1998, Bandung)
Apakah orang
seperti ini yang ingin anda bela mati-matian? Hanya orang-orang yang serupa
dengan Muawiyah saja dan pengikutnya yang super dungu yang ngotot membela manusia
keji semacam ini! Mereka itulah kaum Wahabi para pemuja kaum durjana seperti
Muawiyah bin Abi Sufyan dan Yazid bin Muawiyah. Mereka menjadikan keduanya
sebagai pemimpin-pemimpin mereka!
Jika anda
membenci kekejaman, kezaliman, dan kebengisan yang dilakukan para diktator
dunia seperti Adolf Hitler, Pol Pot, Slobodan Milosevich, Saddam
Husein, George W Bush, Ehud Olmert, maka anda juga mesti membenci makhluk
durjana seperti Muawiiyah ini. Tapi itu pun jika hati nurani
anda masih sehat wal afiat…
Di dalam Musnad
Ahmad bin Hanbal Jil. 6, hlm. 33, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw yang
kita cintai telah bersabda, “Barangsiapa yang mengutuk Ali sesungguhnya
ia telah mengutukku. Barangsiapa yang berani mengutukku berarti ia telah
mengutuk Allah. Barangsiapa yang telah mengutuk Allah, maka Allah akan
melemparkannya ke neraka Jahannam!”
Rasulullah
Saw telah menubuwatkan bahwa peristiwa pelaknatan atau pengutukan atas sahabat
Nabi yang mulia, Ali bin Abi Thalib, yang juga salah seorang anggota Ahlul Bayt
akan terjadi. Melalui mata batinnya, Rasulullah Saw telah melihat beberapa
sahabatnya yang sangat dengki terhadap Sayyidina Ali as. Allah Swt pun
menyingkapkan kedengkian mereka terhadap Nabi Saw dan Ahlul Baytnya :
“Mereka
itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu
sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. Ataukah ada bagi mereka
bahagian dari kerajaan? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit
pun kepada manusia. Ataukah mereka dengki kepada manusialantaran
karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah
memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan
kepadanya kerajaan yang besar.”
(Al-Quran Surah Al-Nisaa [4] ayat 54)
(Al-Quran Surah Al-Nisaa [4] ayat 54)
Ingatkah
anda, bagaimana anda melafadzkan shalawat kepada Nabi Saw di dalam shalat anda?
Inilah
mengapa dengan teramat keras Nabi Saw memperingatkan umatnya untuk tidak
melakukan tindakan bodoh tersebut. Dan anda perhatikan, bahwa Ummu Salamah,
isteri Nabi telah memperingatkan Muawiyah tentang hal ini, namun lelaki durjana
ini tiada mempedulikan peringatan tersebut.
Saya berdoa
kepada Allah Swt semoga orang-orang yang tulus namun masih meragukan kebenaran
ini menjadi tersadarkan dan semakin mendapatkan keyakinan yang sahih…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar