Yaitu firman
dalam (Surat al-Syu’ara (42): 23): “Katakanlah:” Aku tidak meminta kepadamu
sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan
(al-qurba). Dan siapa yang mengerjakan kebaikan (al-Hasanah) akan Kami
tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri. “
Para ahli
Tafsir Syi’ah bersepakat bahwa ayat tersebut diturunkan secara khusus kepada
Ahl-Bait; ‘Ali as, Fatimah as, Hasan as dan Husain as. Demikian juga kebanyakan
Ahli Tafsir Ahlu s-Sunnah wal-Jama’ah di dalam buku-buku Sahih dan Musnad
mereka mengakui bahwa ayat tersebut diturunkan kepada ‘itrah yang suci.
Tetapi ada
segolongan kecil dari mereka (Sunni) yang membuat interpretasi yang menyalahi
apa yang diturunkan Allah SWT itu.
Ahlu l-Bait
AS dan para ulama Syi’ah bersepakat bahwa perkataaan al-Qur’ba di dalam ayat
tersebut adalah kerabat Rasulullah SAW; ‘Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.(salam
untuk mereka). Merekalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Dan
kata al-Hasanah (kebaikan) berarti kasih sayang kepada mereka dan menjadikan
mereka imam, karena Allah sangat mengampuni orang yang mewalikan mereka.
Dan ini
adalah suatu hal yang disepakati oleh Syi’ah karena itu merupakan suatu
kepastian karena banyak hadits-hadits muktabar tentang ini.
Hadits-hadits
yang muktabar menurut Ahlu s-Sunnah wa l-Jama’ah sebagai berikut:
Ahmad bin
Hanbal telah meriwayatkan di dalam Manaqib, al-Tabrani, al-Hakim dan Ibn Abi
Hatim dari ‘Abbas sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibn Hajr di dalam
interpretasi ayat 14 dari ayat-ayat yang telah dinyatakan di dalam pasal satu
dari bab sebelas dari al -Sawa ‘iqnya dia berkata:
Ketika
turunnya ayat ini mereka bertanya: Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda yang
diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau SAW menjawab: ‘Ali, Fatimah
dan dua anak lelaki mereka berdua.
Hadith ini
juga telah dicatat oleh Ibn Mardawaih, [1] diriwayatkan dari Ibnu Abbas oleh
Ibn Mundhir, al-Muqrizi, al-Baghawi, al-Tha’labi dalam tafsir-tafsir mereka.
Al-Suyuti di dalam Durr al-Manthur, Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya, al-Hamawaini
di dalam al-Fara’id, al-Wahidi di dalam Asbab al-Nuzul dan Ibn Maghazili di
dalam al-Manaqib, al-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyaf,[2] Muhibbuddin al-Tabari
dalam Dhakha’ir al-’Uqba, [3] Thalhah al-Syafi’i di dalam Matalib su’ul, [4]
Abu Sa’id di dalam Tafsirnya, [5] al-Nasafi di dalam tafsirnya, [6] Abu Hayyan
di dalam Tafsirnya, [7] Ibn Sibagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah, [8]
al-Hafiz al-Haithami di dalam al-Majma ‘, [9] al-Kanji al-Syafi’i di dalam
kifayah al- Talib.[10]
Al-Qastalani
di dalam al-Mawahib, berkata: “Allah memastikan kasih sayang kepada semua
kerabat Rasulullah SAW dan mewajibkan kasih sayang bagian dari Ahlu l-Baitnya
AS dan zuriatnya. Justru itu Dia berfirman dalam (QS Al-Syura ‘(42): 23 )…..”
Katakanlah: “Aku tidak meminta upahmu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali
kasih sayang kepada kekeluargaan.” al-Zurqani di dalam Syarh al-Mawahib, [11]
al-Syablanji di dalam Nur al-Absar, [12] Ibn Hajr di dalam Sawa’iq al-Muhriqah,
[13] al-Suyuti di dalam ‘Ihya al-Mayyit di Hamisy al-Ithaf. [14]
Al-Bukhari
di dalam Sahihnya,[15] dari Ibnu Abbas RD bahwa dia ditanya tentang firman :…”
kecuali kasih sayang kepada kekeluargaan. ” Dia berkata: Itulah adalah kerabat
Rasulullah SAW. Al-Tabari dalam Tafsirnya, [16] dari Sa’id bin Jubair tentang
firman, Surat al-Syura ‘(42): 23 )…..” Katakanlah: “Aku tidak meminta upahmu
sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada kekeluargaan . ” Dia
berkata: Itulah adalah kerabat Rasulullah SAW.
Ibn Hajr
al-’Asqalani di dalam al-Kafi al-Syafi fi Takhrij Ahadith al-Kasysyaf, [17]
berkata: al-Tabrani, Ibn Abi Hatim dan al-Hakim telah meriwayatkannya di dalam
Manaqib al-Syafi’i dari Husayn Asyqar dari Qais bin al-Rabi ‘dari A’masy dari
Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas ditanya: Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda
yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau menjawab: ‘Ali, Fatimah,
Hasan dan Husain.
Al-Qunduzi
al-Hanafi di dalam Yanabi ‘al-Mawaddah, [18] berkata: Ahmad telah meriwayatkan
di dalam Musnadnya dengan sanadnya daripda Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas RD
bahwa ayat ini diturunkan kepada lima orang. Al-Tabrani di dalam Mu’jam
al-Kabirnya menyatakan ayat ini diturunkan kepada lima orang.
Ibn Abi
Hatim di dalam Tafsirnya dan al-Hakim di dalam al-Manaqibnya menyatakan ayat
ini diturunkan kepada lima orang. Al-Wahidi di dalam Al-Wasit, Abu Nu’aim di
dalam Hilyah al-Auliya ‘, al-Tha’labi di dalam Tafsirnya, al-Hamawaini di dalam
Fara’id al-Simtin, Abu Bakar bin Syahabbuddin al-Syafi’ i dalam Rasyfah
Sadi[19] semuannya meriwayatkan bahwa ayat tersebut di turunkan kepada lima
orang.
Al-Mulla di
Sirahnya meriwayatkan sebuah hadits: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ke
atas kalian kasih sayang terhadap kerabatku dan aku menanyakan kalian tentang
mereka di hari esok.” Ahmad di dalam Manaqib dan al-Tabrani di dalam al-Kabir
meriwayatkan dari ‘Abbas RD dia berkata: Sedangkan turunnya ayat ini mereka
bertanya: Wahai Rasulullah SAW siapakah kerabat kamu yang diwajibkan ke atas
kami mengasihi mereka? Beliau menjawab: ‘Ali, Fatimah, dan kedua-dua anak
lelaki mereka.
Al-Baghawi dan al-Tha’labi meriwayatkan di dalam Tafsir mereka dari ‘Ibn Abbas RD dia berkata Sedangkan turunnya ayat (Surah al-Syu’ara’ (42): 23), sebagian orang berkata: Ia hanya menghendaki supaya kita mengasihi kerabatnya. Lantas Jibril memberitahukan Nabi SAW tentang tuduhan mereka. Maka turunlah ayat (Surah al-Syu’ara ‘(42): 24) “Bahkan mereka mengatakan: Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah.” Maka sebagian mereka berkata: Wahai Rasulullah kami menyaksikan sesungguhnya Anda adalah seorang yang benar. Maka turunlah pula (Surat al-Syu’ara ‘(42): 25): “Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Al-Baghawi dan al-Tha’labi meriwayatkan di dalam Tafsir mereka dari ‘Ibn Abbas RD dia berkata Sedangkan turunnya ayat (Surah al-Syu’ara’ (42): 23), sebagian orang berkata: Ia hanya menghendaki supaya kita mengasihi kerabatnya. Lantas Jibril memberitahukan Nabi SAW tentang tuduhan mereka. Maka turunlah ayat (Surah al-Syu’ara ‘(42): 24) “Bahkan mereka mengatakan: Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah.” Maka sebagian mereka berkata: Wahai Rasulullah kami menyaksikan sesungguhnya Anda adalah seorang yang benar. Maka turunlah pula (Surat al-Syu’ara ‘(42): 25): “Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Al-Tabrani
di dalam al-Ausat dan al-Kabir telah meriwayatkan dari Abu Tufail sebuah
khutbah Hasan AS: Kami dari Ahlu l-Bait yang telah difardhukan Allah untuk
mengasihi mereka dan menjadikan mereka pemimpin. Maka beliau berkata: Di antara
apa yang telah diturunkan ke atas Muhammad SAW adalah: Katakanlah: “Aku tidak
meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam
kekeluargaan.” Di dalam riwayat yang lain: Kami adalah dari Ahlu l-Bait yang
telah fardhukan Allah ke atas setiap Muslim mengasihi mereka. Maka turunlah
ayat (Surah al-Syu’ara (24): 23): “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun
atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” Dan siapa yang
mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. “
Al-Sudi
meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firmanNya: “Dan siapa yang mengerjakan
kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” dia berkata:
al-Muawaddah (cinta) terhadap kerabat keluarga Muhammad SAW.
Al-Hakim di
dalam al-Mustadrak[20] dengan membuang sanad-sanadnya dari ‘Umar bin’ Ali dari
bapaknya dari ‘Ali bin Husain dia berkata: Hasan bin Ali berpidato ketika
pembunuhan’ Ali AS. Ia memuji Tuhan hingga akhirnya beliau berkata: “Kami
adalah dari Ahlu l-Bait yang dihilangkan kekotoran mereka oleh Allah dan
membersihkan mereka dengan sebersih-bersihnya. Dan kamilah Ahlu l-Bait yang
difardhukan Allah ke atas setiap Muslim supaya mengasihi mereka. Maka beliau
berkata : Allah berfirman kepada NabiNya: Katakanlah ‘Aku tidak meminta
kepadamu sesuatu upahpun …..”
Al-Dhahabi juga meriwayatkan hadits tersebut di dalam al-Talkhisnya.[21]
Al-Dhahabi juga meriwayatkan hadits tersebut di dalam al-Talkhisnya.[21]
Al-Zamakhsyari
di dalam al-Kasysyaf[22] berkata: Sedangkan ayat tersebut diturunkan, ada orang
bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami
mengasihi mereka? Beliau menjawab: ‘Ali, Fatimah, dan kedua-dua anak lelaki
mereka. Dan diriwayatkan dari ‘Ali AS: Aku merayu kepada Rasulullah SAW tentang
hasad dengki manusia terhadapku. Maka beliau menjawab: Tidakkah Anda meridhai
bahwa Anda di kalangan empat orang yang pertama akan memasuki surga? Aku, anda,
Hasan dan Husain …..
Al-Karimi
meriwayatkan dari ‘Aisyah dengan sanadnya dari’ Ali RA. al-Tabrani
meriwayatkannya dari Abi Rafi ‘di dalam Takhrij Al-kasysyaf dari Nabi SAW:
Diharamkan syurga ke atas orang yang menzalimi Ahlu l-Baitku dan menyakitiku di
itrahku. Hadith ini juga telah diriwayatkan oleh al-Tha’labi di dalam
al-Takhrij al-Kasysyat. Al-Khawarizmi di dalam Maqtal al-Husain, [23] Ibn
Batriq di dalam al-Umdah[24] dari Musnad Ahmad dengan membuang beberapa sanad
dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa ayat tersebut telah diturunkan
kepada lima orang.
Muhammad bin
Thalhah al-Syafi’i dalam Matalib al-Su’ul[26] berkata: Merekalah dhawi l-Qurba
di dalam ayat tersebut, ianya telah diterangkan dan disetujui oleh
perawi-perawi hadits di dalam Musnad-Musnad mereka dari Jubair dari ‘Ibnu Abbas
sedangkan turunnya firmanNya: “Katakanlah:” Aku tidak meminta kepadamu sesuatu
upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. Dan siapa yang
mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
” Mereka
bertanya wahai Rasulullah SAW: “Siapakah mereka yang diwajibkan atas kami
mengasihi mereka? Ia SAW menjawab: ‘Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.
Al-Wahidi dan al-Tha’labi meriwayatkan hadits ini dengan sanadnya al-Tha’labi menyatakan: Ketika Rasulullah SAW melihat kepada ‘Ali, Fatimah, Hasan dan Husain beliau bersabda: Aku memerangi orang yang memerangi kalian dan berdamai dengan orang yang berdamai dengan kalian. Al-Hijazi di dalam al-Wadhih[27] berkata: Mereka itu adalah ‘Ali, Fatimah kedua anak lelaki mereka berdua. Dia berkata: Pengertian ini telah diriwayatkan oleh Rasulullah SAW yang telah diterangkan oleh Allah SWT.
Al-Kanji al-Syafi’i di dalam kifayah al-Talib[28] dengan membuang beberapa sanad dari Jabir bin ‘Abdullah, berkata:
Al-Wahidi dan al-Tha’labi meriwayatkan hadits ini dengan sanadnya al-Tha’labi menyatakan: Ketika Rasulullah SAW melihat kepada ‘Ali, Fatimah, Hasan dan Husain beliau bersabda: Aku memerangi orang yang memerangi kalian dan berdamai dengan orang yang berdamai dengan kalian. Al-Hijazi di dalam al-Wadhih[27] berkata: Mereka itu adalah ‘Ali, Fatimah kedua anak lelaki mereka berdua. Dia berkata: Pengertian ini telah diriwayatkan oleh Rasulullah SAW yang telah diterangkan oleh Allah SWT.
Al-Kanji al-Syafi’i di dalam kifayah al-Talib[28] dengan membuang beberapa sanad dari Jabir bin ‘Abdullah, berkata:
Seorang
Badui datang kepada Nabi SAW berkata: “Ya Muhammad terangkan ke atasku Islam.
Maka dia berkata: “Kami naik saksi bahwa tiada tuhan selain Dia yang Tunggal
tiada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Muhammad adalah hambaNya dan pesuruhNya.
Dia bertanya: Apakah Anda meminta upah dariku ke atasnya? Menjawab: Tidak!
Melainkan mengasihi kerabatku. Dia bertanya: kerabatku atau kerabat Anda?
Beliau menjawab: kerabatku. Dia berkata: Sekarang aku membai’ah Anda, dan bagi
orang yang tidak mencintai Anda dan mencintai kerabat anda, maka laknat Allah
ke atas mereka. Maka Nabi SAW bersabda: Amin ….. Buatlah rujukan ke buku-buku
hadits karangan Ahlu s-Sunnah wal-Jama’ah, niscaya Anda akan menemukan
hadits-hadits yang banyak tentang ini.
Ayatullah
Mar’asyi al-Najafi di dalam Ta’liqatuhu ‘Ala Ihqaq al-Haqa’iq[29] karangan al-Sa’id
al-Syahid Nur Allah al-Tastari, telah mengumpulkan hadits-hadits yang banyak
dari referensi Ahlu s-Sunnah dengan menyebutkan perawi-perawi mereka. Begitu
juga al-’Allamah al-Amini di dalam al-Ghadir.[30]
Justru itu
referensi Ahlu s-Sunnah sendiri telah mengukuhkan pernyataan Syi’ah karena ada
hadits-hadits yang muktabar dan mutawatir tentang hak ‘Ali dan keluarganya AS.
Sesungguhnya kebenaran terserlah wa l-hamdulillah.
Singkatnya,
dengan ayat ini orang yang menjadi imam dan khalifah setelah Rasulullah SAW
secara langsung adalah imam ‘Amiru l-Mukmimin’ Ali AS. Karena ayat tersebut
membuktikan bahwa mengasihi ‘Ali AS adalah wajib karena Allah memberikan pahala
kepada orang yang mengasihi kerabatnya. Karena itu jika kesalahan terjadi dari
mereka maka kasih sayang kepada mereka wajib dihentikan karena firman di dalam
(Surah
al-Mujadalah (58): 22): “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman
kepada Allah dan akhirat, saling berkasih sayang dengan orang -orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya. “
Dan selain
dari ‘Ali AS adalah tidak maksum. Karena itu, beliaulah imam secara langsung.
Ayatullah al-’Uzma al-Syahid al-Nur al-Tastari di buku Ihqaq al-Haqa’iq
berkata: Orang-orang Syi’ah mengemukakan dalil-dalil pada keimamahan ‘Ali AS
terhadap Ahlu s-Sunnah bukanlah suatu hal yang wajib , malah ianya suatu amalan
sukarela karena Ahlu s-Sunnah wal-Jama’ah telah sepakat sesama mereka tentang
keimamahan ‘Ali AS setelah Rasulullah SAW.
—————————————————————————————————–
1.
al-Nabhan, al-Arba’in, hlm. 90.
2. Al-Kasysyaf, II, hlm. 339.
3. Dhakha’ir al-’Uqba, hlm. 25.
4. Matalibal-su’ul, hlm. 8.
5. Hamisyh Mafatih al-Ghaib, VI, hlm. 665.
6. Tafsir al-Nasafi, hlm. 99.
7. Tafsir Abu Hayyan, VII, hlm. 156.
8. al-Fusul al-Muhimmah, hlm. 12.
9. Majma ‘al-Zawaid, IX, hlm. 168.
10. Kifayah al-Thalib, hlm. 31.
11. Syarh al-Mawahib, VII, hlm. 3 & 21.
12. Nur al-Absar, hlm. 112.
13. al-Sawa’iq al-Muhriqah, hlm. 105.
14. Ihya ‘al-Mayyit, 101 & 135.
15. Sahih, VI, hlm. 129.
16. Jami ‘al-Bayan, XXV, hlm. 14-15.
17. al-Kafi al-Syafi’i, hlm. 145.
18. Yanabi ‘al-Mawaddah, hlm. 106.
19. Rasyfah al-Sadi, hlm. 21 … 106.
20. al-Mustadrak, III, hlm. 172.
21. al-Talkhis, III, hlm. 172.
22. al-Kasysyaf, III, hlm. 402.
23. Maqtal al-Husain, hlm.1.
24. al-Umdah, hlm. 23.
25. Matalib al-su’ul, hlm. 3.
26. al-Wadhih, XXV, hlm. 19.
27. Kifayah al-Thalib, hlm. 31.
28. Ta’liqatuhu ‘Ala Ihqaq al-Haqa’iq, III, hlm. 2 & 23.
29. al-Ghadir, II, hlm. 306.
30. Syi’ah mengatakan bahwa Imamah ‘Ali AS adalah setelah Rasulullah SAW secara langsung tanpa wasitah yaitu tidak didahului oleh orang lain. Sementara Ahlu s-Sunnah mengatakan Imamah ‘Ali AS adalah setelah Rasulullah SAW secara wasitah (perantaraan) yaitu telah didahului oleh Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman.
2. Al-Kasysyaf, II, hlm. 339.
3. Dhakha’ir al-’Uqba, hlm. 25.
4. Matalibal-su’ul, hlm. 8.
5. Hamisyh Mafatih al-Ghaib, VI, hlm. 665.
6. Tafsir al-Nasafi, hlm. 99.
7. Tafsir Abu Hayyan, VII, hlm. 156.
8. al-Fusul al-Muhimmah, hlm. 12.
9. Majma ‘al-Zawaid, IX, hlm. 168.
10. Kifayah al-Thalib, hlm. 31.
11. Syarh al-Mawahib, VII, hlm. 3 & 21.
12. Nur al-Absar, hlm. 112.
13. al-Sawa’iq al-Muhriqah, hlm. 105.
14. Ihya ‘al-Mayyit, 101 & 135.
15. Sahih, VI, hlm. 129.
16. Jami ‘al-Bayan, XXV, hlm. 14-15.
17. al-Kafi al-Syafi’i, hlm. 145.
18. Yanabi ‘al-Mawaddah, hlm. 106.
19. Rasyfah al-Sadi, hlm. 21 … 106.
20. al-Mustadrak, III, hlm. 172.
21. al-Talkhis, III, hlm. 172.
22. al-Kasysyaf, III, hlm. 402.
23. Maqtal al-Husain, hlm.1.
24. al-Umdah, hlm. 23.
25. Matalib al-su’ul, hlm. 3.
26. al-Wadhih, XXV, hlm. 19.
27. Kifayah al-Thalib, hlm. 31.
28. Ta’liqatuhu ‘Ala Ihqaq al-Haqa’iq, III, hlm. 2 & 23.
29. al-Ghadir, II, hlm. 306.
30. Syi’ah mengatakan bahwa Imamah ‘Ali AS adalah setelah Rasulullah SAW secara langsung tanpa wasitah yaitu tidak didahului oleh orang lain. Sementara Ahlu s-Sunnah mengatakan Imamah ‘Ali AS adalah setelah Rasulullah SAW secara wasitah (perantaraan) yaitu telah didahului oleh Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar