Total Tayangan Halaman

Sabtu, 02 Februari 2013

HADITS NIAT


HADITS NIAT

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، أو إلى دنيا يصيبها أو امرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر إليه

 “Semua amal itu hanya tergantung dengan niatnya, dan bagi seseorang hanyalah apa yang diniatinya. Barang siapa yang hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya untuk suatu hal duniawi maka ia akan mendapatkannya, atau untuk seorang wanita maka iapun akan menikahinya. Maka hijrahnya akan sampai pada apa yang ia bermaksud hijrah padanya.” (Al-Hadits, riwayat Al-Bukhari, Muslim, Al-Imam Abu Dawud dll. dari Umar bin Al-Kaththab)

Hadits ini adalah Hadits yang sangat besar nilai ajarannya serta luas kandungan maknanya, dimana hampir semua amal ibadah dalam agama Islam berawal dari Hadits ini.

Berkatalah Abu Dawud: “Hatids ini adalah separuh agama, karena agama itu adalah amal lahir dan amal batin, sementara amal batin adalah niat.”

Berkatalah Al-Imam Asy-Syafi’i: “Hadits ini mengandung sepertiga ilmu agama, kerena amal seseorang itu dilakukan dengan tiga hal, yaitu hati, mulut dan anggota badan. Aka niat adalah salah satu dari tiga hal itu.”

Dari itu hampir semua kitab himpunan Hadits dimulai dengan “Hadits niat” ini, dengan harapan agar penulisan “Hadits niat” ini dapat mempengaruhi hati penulisnya untuk memantapkan niat ikhlas karena Allah SWT, termasuk saya dalam mengisi Halaqah Hadts” ini.

Asbaabul-wuruud:

Asbaabul-wuruud (kronologi atau sesab-sebab diucapakannya) “Hadits niat” ini adalah beberaja kejadian menjelang hijrah ke Madinah. Ketika Rasulullah SAW mengumumkan untuk berhijrah ke Madinah maka kaum muslimin menyambut pengumuman ini dengan senang hati, walaupun perjalanan dari Makkah ke Madinah pada saat itu bukanlah perjalanan yang ringan, melainkan mereka harus menempuh perjalanan panjang yang melelahkan selama kurang lebih seminggu, mereka harus menghadapi alam gurun yang berdebu, sengatan panas di siang hari dan dingin menusuk di malam hari, apalagi mereka harus membawa semua keluarga dari anak kecil sampai ibu tua, membawa banyak keperluan sebagai bekal di perjalanan. Sunnguh perjalanan yang amat meletihkan.

Namun diantara kaum muslimin ada yang justru menyambut pengumuman hijrah ini dengan senang hati karena alasan yang kurang tulus, bukan karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, melainkan lebih karena hal-hal yang bersifat duniawi. Diantara mereka ada yang merasa senang hijrah ke Madinah karena di sana tanahnya subur sehingga lebih mudah mencari nafkah, sementara di Makkah yang gersang ia susah mencari nafkah. Diantara mereka ada yang belum kawin atau ingin kawin lagi sehingga merasa senang untuk ikut berhijrah karena di Madinah mas kawin lebih murah. Bahkan diantara mereka ada seseorang yang mau berhijrah karena mengejar seorang wanita yang ikut berhijrah.

Al-Imam Ath-Thabrani meriwayatkan dari Shahabat Ibnu Mas’ud, beliau berkata: “Diantara kami (yang ikut berhijrah ke Madinah) ada seseorang yang melamar seorang wanita, wanita itu bernama Ummu Qais, kemudian wanita itu menolak lamaran itu kecuali si pelamar mau ikut berhijrah bersamanya, maka orang itupun mau berhijrah dan kemudian menikahi Ummu Qais. Kamipun menjuluki orang itu dengan ‘Muhajir Ummi Qais’ (yang berhijrah pada Ummu Qais).”

Maka Allah SWT mengarahkan hati dan kebijakan Rasulullah SAW untuk memperhatikan masalah ini, sehingga dengan bahasa yang indah beliaupun menegur dan mendidik para Shahabat untuk menjadi orang yang tulus karena Allah didalam melaksanakan semua amal, yaitu dengan menyabdakan “Hadits niat” yang sedang kita bicarakan ini.

Dalam cerita asbaabul-wuruud ini terdapat suatu kesimpulan bahwa Islam adalah agama tarbiyah (pendidikan). Banyak terjadi kisah-kisah teguran seperti ini dalam perjalan risalah Rasululah SAW, hal ini tidak lain untuk menunjukkan bahwa Islam itu sangat peduli terhadap umpaya menyempurnakan dan memberi yang terbaik, sehingga dengan kejadian-kejadian itu terbukti bahwa Rasulullah sangat aktif mengikuti perkembangan risalah, bukan hanya sekedar menyampaikan melainkan juga berupaya dimengerti dan diamalkan dengan baik oleh kaum muslimin.

Arti suatu niat.

Semua amal ibadah tergantung niatnya, apabila niatnya bukan karena Allah semata maka sebanyak dan seberat apapun ibadah yang kita lakukan akan menjadi fatamorgana. Boleh saja kita beribadah karena takut masuk neraka, maka dengan ibadah itu insyaallah kita akan selamat dari neraka. Boleh saja kita beribadah karena ingin masuk surga, maka dengan ibadah itu insyaallah kita akan masuk surga. Yang penting jangan sampai kita beramal karena ingin mendapatkan pujian dan simpati orang lain, karena dengan itu kita akan kehilangan amal dengan sia-sia, membuang waktu sia-sia, menggunakan tenaga sia-sia, mengeluarkan harta sia-sia. Dan niat yang paling utama didalam beramal adalah untuk mendapatkan ridha Allah. Apabila kita tulus karena mengharap ridha Allah SWT maka Allah SWT akan memberi kita pahala lebih dari yang dijanjikan. Ketika kita tidak menginginkan surga didalam beramal, maka Allah pun akan menerima amal itu dengan penuh penghormatan, sehingga Allah pun tidak menggunakan kalkulasi untuk memberikan pahala yang seperti yang telah dijanjikan, melainkan Allah akan memberi lebih dari yang dapat kita bayangkan. Dalam bahasa yang lebih akrab kita dapat katakan, bahwa kalau kita tidak itung-itungan didalam mempersembahkan amal bakti kepada Allah, maka Allah SWT juga tidak akan itung-itungan didalam memberi kita pahala dan kesenangan.

Orang yang mengerjakan ibadah karena ingin masuk surga sama dengan anak kecil yang mau belajar di Play Group karena banyak mainannya, sementara orang yang melakukan ibadah karena takut masuk neraka sama dengan murid SD yang mau mengerjakan PR karena takut dihukum oleh gurunya. Kita akui bahwa diantara kita memang lebih banyak yang seperti itu, namun dengan proses belajar mestinya kita semakin hari menjadi lebih dewasa. Sampai kapan kita hanya puas dengan hitungan pahala, sampai kapan kita hanya lega karena telah melakukan kewajiaban dan merasa telah lepas dari ancaman neraka?! Sementara anak-anak kita yang dulu di Play Group kini tak lagi mau diajak main kuda-kudaan, mereka bukan hanya tidak lagi merasa ingin main kuda-kudaan, akan tetapi mereka justru malu kalau sesekali ketahuan menunggangi kuda mainan adiknya. Anak kita yang dulu mengerjakan PR karena takut di hukum kini tak lagi ada yang ia takuti, apalagi kini badannya lebih besar dari gurunya, justru gurunya yang kadang-kadang lebih hati-hati karena hawatir anak kita melawan, namun anak kita justru lebih giat dari sewaktu di SD dulu, dan itu tidak lain karena ia sadar bahwa nilai bagus dalam kuliahnya adalah suatu hal yang membanggakan.

Seandainya tidak ada surga dan neraka, melaksanakan ajaran Islam sama sekali tidaklah merugikan, bila kita hanya menginginkan kebahagiaan di dunia maka berapa banyak contoh orang shaleh yang hidup bahagia di sekitar kita, dan berapa banyak orang melanggar hukum Islam yang hidup dalam ketidaktenangan. Kalau kita menganggap senang harus banyak harta maka apakah dengan melanggar hukum pasti bisa kaya? Kenyataan membuktikan bahwa mendapatkan harta tidak dapat dipastikan dengan cara dan usaha. Dan kalaupun dengan segala cara akhirnya mendapatkan harta, namun kenyataan membuktikan bahwa harta juga tidak mampu menjamin kebahagiaan. Maka satu-satunya yang dapat menjamin kebahagiaan kita adalah hidup sesuai ajaran Islam, kita lakukan apa yang mesti kita lakukan dan kita hindari apa yang mesti kita hindari, kemudian kita kenali Allah sampai kita mencintainya, kemudian kita persembahkan semua yang kita lakukan kepada-Nya, seolah-olah kita selalu berhadapan dan bercengkerama dengan-Nya. Saat kita hendak pergi ke kantor maka kita menyebut nama Allah SWT, seolah-olah kita berkata: “Ya Allah, bukankah Menurut-Mu aku harus bekerja? Baiklah, ya Allah, kini aku akan berangkat ngantor.” Saat kita ada masalah mengenai pekerjaan kantor sehingga usaha kita mengalami kerugian, maka kitapun menyebut nama Allah, seolah-olah kita berkata: “Ya Allah, aku sudah berusaha semaksimal mungkin, kalau keuntungan itu tidak jadi kudapatkan maka berarti Kau mau memberi yang lain yang lebih baik, maka sadarkanlah aku selalu bahwa Kau selalu memberi yang terbaik, agar aku tidak merasa kecewa karena salah sangka terhadap keputusan-Mu.” Betapa indahnya hidup ini bila bila hati kita selalu menatap dan menuju Allah SWT, dan kita sudah sangat bahagia seandainya kehidupan kita hanya sampai di dunia, kita merasa telah beruntung kalaupun Allah SWT tidak menyediakan surga.

Pengaruh niat dan hati

Ketika kita dinasehati untuk memperbaiki niat maka itu berarti nasehat untuk memperbaiki hati sacara keseluruhan, karena niat itu muncul dari kecenderungan hati. Orang yang suka bersedekah untuk mendapatkan pujian, tidak lain, karena ia merasa bahwa pujian orang itu ada gunanya, sehingga selama ia merasa bahwa pujian orang itu ada gunanya maka ia akan selalu riya’ didalam beramal. Maka yang perlu ditekankan pada hatinya adalah bahwa pujian orang itu sama sekali tidak berguna, bahkan justru sering membawa benacana. Orang yang suka berjudi, tidak lain, karena ia merasa yakin dengan kemenangan dan merasa senang dengan menghayal, sehingga selama ia merasa demikian maka selamanya ia akan berpikir untuk berjudi. Maka yang perlu ditekankan pada hatinya adalah bahwa keyakinan dan hayalan itu adalah bisikan setan yang sengaja untuk menghancurkan hidupnya.

Kesimpulannya, memperbaiki hati adalah pekerjaan yang sangat diutamakan, karena dengan hati yang baik maka seseorang akan cenderung berniat dan mengerjakan yang baik pula. Dari itu, dalam Hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda:

ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهو القلب

 “Ingatlah bahwa didalam tubuh ini ada segumpal darah, yang apabila segumpal darah itu baik maka akan menjadi baik pula seluruh badan ini, dan apabila segumpal darah itu buruk maka akan menjadi buruk pula seluruh badan ini. Ingatlah bahwa segumpal darah itu adalah hati.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar