Total Tayangan Halaman

Minggu, 19 Januari 2014

NAHJUL BALAGHOH KHUTBAH KE 14 - 23


KHOTBAH 14

Ini juga dalam mengutuk penduduk Bashrah


Bumi Anda dekat ke laut dan jauh dari langit. Akal Anda telah menjadi ringan dan pikiran Anda konyol. Anda menjadi sasaran panah, suapan untuk pemakan dan mangsa bagi pemburu. •



KHOTBAH 15

Setelah mengambil kembali hadiah-hadiah tanah yang diberikan 'Utsman, ia berkata:


Demi Allah, sekalipun misalnya saya mendapatkan bahwa dengan uang (yang dikorupsi dari Baitul Mal) itu perempuan-perempuan telah dikawinkan, atau budak-budak perempuan telah dibeli (dan dibebaskan), saya akan mengambilnya kembali, karena luaslah lapangan dalam pelaksanaan keadilan, dan orang yang merasa sulit untuk bertindak adil akan lebih sulit lagi mengurusi ketidakadilan. •


KHOTBAH 16

Diucapkan saat pembaiatan kepadanya di Makkah


Tanggung jawab atas apa yang saya katakan terjamin, dan saya bertanggung jawab untuk itu. Orang yang telah melihat dengan jelas hukuman-hukuman percontohan (yang diberikan Allah kepada kaum-kaum) di masa lalu, dicegah oleh takwa untuk jatuh ke dalam keragu-raguan. Hendaklah Anda ketahui bahwa kesukaran-kesukaran yang menimpa Anda sama dengan yang terjadi ketika Nabi SAWW mula-mula diutus. Demi Allah yang mengutus Nabi dengan iman dan kebenaran, Anda akan dijungkirkan dengan keras, digoncang dengan pahitnya seperti dalam menampi, dan diaduk sepenuhnya seperti dengan mengayok dalam belanga, sehingga orang-orang Anda yang rendah menjadi tinggi dan yang tinggi menjadi rendah, yang di belakang akan sampai ke depan dan yang di depan akan menjadi terbelakang. Demi Allah, saya tidak menyembunyikan sepatah kata pun dan tidak mengucapkan suatu kebohongan, dan saya telah di-beritahu tentang peristiwa ini dan tentang waktu ini. Berhati-hatilah, dosa adalah seperti kuda binal yang di punggungnya penunggangnya telah ditempatkan dan kekangnya telah dilepaskan, sehingga mereka akan melonjat dengan tunggangannya ke dalam neraka, sementara takwa adalah seperti kuda-kuda yang terlatih yang di punnggungnya para penunggung di-tempatkan dengan kendali di tangannya sehingga mereka akan membawa penunggangnya ke surga. Ada kebenaran dan kebatilan, dan ada para pengikut untuk masing-masingnya. Apabila kebatilan yang mendominasi, hal itu telah terjadi di masa lalu; dan apabila kebenaran menurun, itu pun telah terjadi. Kadang terjadi bahwa sesuatu yang berlamban-lamban di belakang menjadi terkemuka, "Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. " (QS. 29:43)

Sayid Radhi mencatat: Dalam pembicaraan kecil ini, ada lebih banyak keindahan daripada yang dapat dinilai, dan besarnya ketakjuban yang ditimbulkan olehnya lebih daripada penilaian yang diberikan kepadanya. Walaupun telah saya nyatakan, ini mengandung banyak aspek kefasihan tak dapat diungkapkan, tak ada orang yang menjangkau kedalamannya, dan tak ada orang yang dapat memahami apa yang akan saya katakan, kecuali apabila ia telah mencapai seni ini dan mengenal detail-detailnya. "Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (QS. 29:43)

Dari Khotbah yang Sama


Orang yang memandang surga dan neraka, tidak mempunyai tujuan lain. Orang yang berusaha dan bertindak dengan cepat, berhasil, sedang pencari yang lamban dapat pula menaruh harapan; dan orang yang kekurangan amal menghadapi kehancuran di neraka. Di kanan dan kiri ada jalan-jalan yang menyesatkan. Hanya jalan tengah yang merupakan jalan yang benar. Pada jalan ini ada Kitab Abadi dan sunah Nabi SAWW. Darinya sunah tersebar dan kepadanyalah tempat kembali.

Orang yang mengaku (sebaliknya) runtuh, dan orang yang mengada-adakan kebatilan akan kecewa. Orang yang melawan kebenaran dengan wajahnya akan beroleh kehancuran.[i] Cukuplah kejahilan bagi orang yang tidak mengenal dirinya. Orang yang berakar kuat dalam takwa tidak binasa,[ii] dan perkebunan suatu kaum yang berdasarkan takwa tidak akan kehabisan air. Sembunyikanlah diri Anda dalam rumah Anda dan perbaikilah diri Anda. Taubat ada di belakang Anda. Orang hanya harus memuji Allah dan menyalahkan dirinya sendiri. •

--------------------------------------------------------------------------------

[i] Dalam beberapa versi, kata-kata man abda shafhatahu lil haqqi halaku" (barangsiapa menentang hak dengan wajahnya maka celakalah ia) disusul kata-kata: "'inda jahalatin-nas". Dalam hal ini arti kalimat itu menjadi "orang tegak yang menghadapi kebenaran, mati dalam penilaian orang yang jahil".

[ii] Takwa adalah penamaan bagi hati dan jiwa yang dipengaruhi kebenaran Ilahi, sehingga jiwanya yang penuh takwa kepada Allah menambah ibadahnya kepada-Nya. Tidak mungkin hati akan penuh dengan takwa kepada Allah tanpa diterjemahkan ke dalam peribadatan dan amal saleh. Dan karena peribadatan dan penyerahan din memperbaiki hati dan membersihkan jiwa maka kebersihan hati bertambah dengan meningkatnya peribadatan. Itulah sebabnya maka takwa, dalam Al-Qur'an, kadang-kadang berarti takut, kadang-kadang berarti kebersihan hati dan jiwa. Dengan demikian firman Allah: "Wa iyyaya fattagun" (dan hanya kepada-Ku-lah karnu harus bertakwa, QS. 2:41), takwa berarti takut, sedang dalam ayat: "ittaqullah haqqa tugatihi" (Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya) (QS. 3:102), takwa berarti peribadatan dan ketaatan, dan dalam ayat Wa yakhsya-l?ha wa yattaghi fa ul?'ika humul-fa'izun (Dan barang-siapa yang taal kepada Allah dan bertakwa kepuda-Nya, maka mereka itu adalah orang-nrang vang mendapM kemenangan) (QS. 24:52), takwa berarti kejernihan jiwa dan kebersihan hati.

Dalam hadis-hadis, takwa dibagi atas tiga tingkat. Tingkat pertama, ialah bahwa seseorang harus menurut perintah-perintah dan menghindari larangan. Tingkat kedua adalah menuruti hal-hal yang sunah (dianjurkan) dan menghindari hal-hal yang makruh atau tidak disukai. Tingkat ketiga, seseorang harus juga menghindari hal-hal yang dibolehkan bila ragu. Tingkat pertama adalah untuk orang biasa, yang kedua bagi orang yang mulia dan yang ketiga bagi orang yang berkemuliaan tinggi.

Tidak ada dosa bagi orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan vang rnereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) berlakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuak kebajikan. (QS. 5:93)

Amirul Mukminm mengatakan bahwa hanya amal yang didasarkan pada takwa yang dapal bcrtahan dan bahwa amal akan berkembang serta berbuah bila diairi takwa, karena ibadat hanya bermakna bila dilakukan dengan penyerahan diri. Allah berfirman:

"Apakah orang-orang yung mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepadu Allah, dan keridaan(-Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yung mendirikan bangunannva di tepi jurang yang runtuh, lulu bangunannya itu jaluh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka jahanam?" (QS. 9:109)

Dengan kata lain, tiap kepercayaan yang tidak berdasarkan pengctahuan dan keyakinan adalah seperti bangunan yang didirikan tanpa fondasi, tak akan kokoh, sedang amal tanpa takwa, adalah seperti tanaman yang layu karena kekurangan air.



KHOTBAH 17

Tentang orang-orang yang metninta dispensasi keadilan di kalangan penduduk, tetapi tak pantas untuk itu


Di antara semua manusia, yang paling nista di hadapan Allah ada dua orang.[1] Yang satu ialah yang mengabdi pada hawa nafsunya. la menyimpang dari jalan Allah dan senang berbicara tentang bidah dan mengundang ke jalan salah. Karena itu ia merupakan gangguan bagi orang-orang yang terpikat padanya, ia sendiri tersesat dari petunjuk orang-orang yang mendahuluinya, menyesatkan orang-orang yang mengikutinya dalam hidupnya atau setelah matinya, membawa beratnya dosa-dosa orang lain dan terjaring dalam amal buruknya sendiri.

Yang lainnya adalah orang yang memungut kejahilan. la bergerak di kalangan orang jahil, tidak merasakan tebalnya bencana, dan buta akan maslahat kedamaian. Orang-orang yang menyerupai manusia menamakannya orang berilmu, tetapi tidaklah ia berilmu. la keluar di pagi dini untuk mengumpulkan hal-hal yang tidak adanya lebih baik ketimbang kelimpahannya, sampai saat ia telah memuaskan hausnya dari air tercemar dan mendapatkan hal-hal yang tak bermakna.

la duduk di antara manusia sebagai hakim yang bertanggung jawab atas segala yang membingungkan orang lain. Apabila suatu masalah yang bermakna ganda diajukan kepadanya, ia memberikan argumen-argumen gombal tentang itu menurut kehendaknya sendiri dan membuat keputusan berdasarkannya. Dengan demikian ia terjaring dalam bingungnya keraguan seperti dalam jaringan laba-laba, dengan tidak mengetahui apakah ia benar atau salah. Apabila ia benar ia takut kalau-kalau ia keliru, sedang apabila ia salah ia berharap bahwa ia benar. la jahil, mengembara dalam keadaan tersesat dalam kejahilan dan menunggang kendaraan tanpa tujuan sambil bergerak dalam kegelapan. la tidak berusaha untuk mendapatkan hakikat pengetahuan. la menyebarkan hadis-hadis seperti angin menebarkan daunan kering.

Demi Allah, ia tak mampu menyelesaikan masalah yang datang kepadanya dan tak patut untuk jabatan yang ditugaskan kepadanya. Apa saja yang tidak diketahuinya dipandangnya tak patut diketahui. la tak menyadari bahwa apa yang di luar jangkauannya berada dalam jangkauan orang lain. Apabila sesuatu tidak jelas padanya, ia berdiam diri atasnya, karena ia tahu akan ketidaktahuannya sendiri. Nyawa-nyawa yang melayang menangisi keputusan-keputusannya yang tak adil, dan harta (yang telah dibagikan) menggerutu terhadapnya.

Saya mengeluh kepada Allah tentang orang-orang yang hidup jahil dan mati tersesat. Bagi mereka tak ada yang lebih tak berharga daripada Al-Qur'an apabila ia dibaca sebagaimana mestinya, dan tak ada yang lebih berharga daripada Al-Qur'an apabila ayat-ayatnya dipindahkan dari tem-patnya; tak ada yang lebih keji daripada kebajikan dan tak ada yang lebih bajik daripada kemungkaran. •

--------------------------------------------------------------------------------

[1] Amirul Mukminin menganggap dua golongan orang sebagai orang-orang yang paling dibenci Allah dan yang terburuk di antara manusia. Yang pertama adalah orang-orang yang salah jalan bahkan dalam ajaran-ajaran mendasar dan sibuk menyiarkan kemungkaran. Yang kedua, orang-orang yang meninggalkan Al-Qur'an dan sunah dan menetapkan keputusan melalui khayalan mereka. Mercka menciptakan lingkaran penganut dan mempopulerkan hukum keagamaan yang mercka ada-adakan sendiri. Kesesatan dan kesalahan dari orang-orang semacam itu tidak hanya terbatas pada diri mereka sendiri; benih kesesatan yang mereka taburkan berbuah dan tumbuh menjadi pohon besar yang memberikan tempat perlindungan kepada orang-orang sesat, dan kesesatan ini terus berlipat ganda. Dan karena justru orang-orang inilah sumber yang sesungguhnya maka beratnya dosa-dosa orang lain juga tertumpuk di pundak mereka scbagaimana dikatakan Al-Qur'an, "Dan sesungguhnya mereku akan mernikul beban (dosa) mereku, dan bebun-baban (dosa \ang lain) di samping beban-beban mereka sendiri.... " (QS. 29:13)



KHOTBAH 18

Amirul Mukminin berkata dalam melecehkan perbedaan pendapat di kalangan ulama


Bilamana suatu masalah diajukan kepada seseorang di antara mereka,[i] ia menyampaikan penilaian atasnya dari khayalannya. Bilamana masalah yang tepat seperti itu diajukan kepada orang lain, ia menyampaikan keputusan yang berlawanan. Kemudian hakim-hakim ini pergi kepada kepala yang telah mengangkat mereka, dan ia mengukuhkan semua keputusan itu, walaupun Tuhan mereka Satu (dan sama), Nabi mereka satu (dan samaj, Kitab mereka (Al-Qur'an) satu (dan sama). Apakah karena Allah memerintahkan mereka untuk berbeda dan mereka menaati-Nya, ataukah la melarang mereka tetapi mereka melanggar-Nya? Atau (apakah) Allah mengirimkan agama yang tak sempurna dan meminta mereka menolong menyempurnakannya? Atau mereka mitra-Nya dalam urusan itu sehingga merupakan bagian kewajiban mereka untuk menetapkannya dan la harus menyetujuinya? Atau, apakah Allah Yang Mahasuci mengirimkan agama yang sempurna tetapi Nabi tak mampu menyampaikannya dan menyerahkannya (kepada manusia)? Nyatanya, Allah Yang Mahasuci berkata, "Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab" (QS. 6:38), dan mengatakan bahwa satu bagian Al-Qur'an membenarkan bagian yang lainnya, dan bahwa tak ada pertentangan di dalamnya, sebagaimana dikatakan-Nya, "Kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. " (QS. 4:82)

Sesungguhnya bagian luar Al-Qur'an menakjubkan dan bagian dalamnya mendalam (makna-maknanya). Keajaiban-keajaibannya tak akan pernah lenyap, halnya yang menakjubkan tak akan pernah habis, dan kerumitan-kerumitannya tak dapat diterangkan kecuali melaluinya (Al-Qur'an) sendiri. •

--------------------------------------------------------------------------------

[i] Ada perbedaan pendapat, di mana tak ada argumen yang jelas tentang suatu hal dalam hukum agama, apakah sesungguhnya ada perintah tentang itu atau tidak. Pandangan yang dianut Abul Hasan al-Asy'ari dan gurunya Abu Ali al-Jubba'i ialah bahwa dalam kasus semacam itu Allah tidak menetapkan suatu jalan tindakan tertentu, melainkan la memberikan tugas untuk menemukannya dan menetapkan suatu keputusan (fatwa) kepada para ahli hukum, sehingga apa saja yang mereka pandang haram akan ditentukan sebagai haram dan apa saja yang mereka anggap halal akan dihalalkan. Dan apabila seseorang mempunyai satu pandangan dan yang lainnya mempunyai pandangan lain maka akan ada keputusan sebanyak pandangan yang ada, dan masing-masing darinya akan merupakan yang final. Misalnya, apabila seorang ulama berpendapat bahwa tape gandum haram dan pandangan ahli hukum lain menganggapnya halal, maka sesungguhnya itu haram dan sekaligus halal. Ini berarti bahwa bagi seseorang yang menganggapnya haram, penggunaannya akan haram, sedang bagi yang lain penggunaannya halal. Tentang hal (teori ketepatan) ini, Muhammad ibn 'Abdil Karim asy-Syahristani menulis:

"Sekelompok teoritisi berpendapat bahwa dalam urusan-urusan di mana ijtihad diterapkan, tak ada pandangan yang tertentu tentang boleh atau tidaknya, dan yang dihalalkan serta yang diharamkan darinya, melainkan apa saja yang dipegangi mujtahid adalah perintah Allah, karena penegasan pandangan Allah tergantung pada keputusan mujtahid. Apabila tidak demikian maka tak akan ada keputusan sema sekali. Dan menurut pandangan ini, setiap mujtahid benar dalam pandangannya. (al-Milal wa an-Nihal, h. 98)

Dalam hal ini si mujtahid dianggap kebal dari kesalahan, karena suatu kesalahan dapat dianggap terjadi bilamana suatu langkah yang diambil bertentangan dengan realitas; tetapi, di mana tidak ada realitas keputusan, kesalahan tak akan ada maknanya. Selain ini, si mujtahid dapat dipandang sebagai bebas dari kesalahan apabila dipandang bahwa Allah, yang menyadari akan segala pandangan yang nampaknya mungkin akan diambil, telah menetapkan ketentuan final sebanyak itu yang sebagai akibatnya setiap pandangan yang bertalian dengan suatu ketetapan semacam itu, atau bahwa Allah telah menjamin bahwa pandangan-pandangan yang diambil oleh mutjahid tidak akan melewati apa yang telah ditetapkan-Nya, atau bahwa secara kebetulan pandangan setiap orang dari mereka, pada kesudahannya, berhubungan dengan suatu ketentuan yang telah ditetapkan.

Namun, mazhab Imamiah mempunyai teori lain, yakni bahwa Allah tidak memberikan hak kepada siapa pun untuk menetapkan hukum, tidak pula membawahkan suatu urusan kepada pandangan si mujtahid, juga tidak berpendapat bahwa, dalam hal perbedaan pendapat, la telah menetapkan banyak ketetapan yang sesungguhnya. Tentu saja, apabila si mujtahid tak dapat sampai pada suatu ketetapan yang riil maka pandangan yang diambilnya setelah penelitian dan penyelidikan, cukup baginya dan para pengikutnya untuk berbuat sesuai dengan itu. Perintah semacam itu adalah perintah yang terlihat, yang merupakan suatu substitusi bagi perintah yang sesungguhnya, karena ia berusaha sedapat-dapatnya untuk menyelami lautan dalam dan meneliti dasarnya, tetapi ketimbang muatiara ia hanya mendapatkan kerang. la tidak mengatakan bahwa para pelaksana harus menerimanya sebagai mutiara atau harus dihargai sebagai mutiara. Adalah urusan lain bila Allah yang memperhatikan usaha-usaha itu menghargainya separuh dari itu sehingga usaha itu tidak menjadi sia-sia dan semangatnya tidak padam.

Apabila teori ketetapan diambil, maka setiap keputusan (fatwa) tentang hukum dan setiap pandangan harus dianggap benar seperti telah dituliskan MaibudzT dalam Faw?tih,

Dalam hal ini pandangan yang diambil oleh al-Asy'ari benar. Dari itu, pendapat-pendapat yang berlainan harus semuanya benar. Hati-hatilah, jangan berpendapat buruk tentang para faqih, dan jangan membuka lidah Anda untuk menyalahkan mereka.

Bilamana teori-teori yang saling bertentangan dan berselisih dianggap bernar, adalah aneh mengapa perbuatan beberapa orang individu yang mencolok di-terangkan sebagai kekeliruan keputusan, karena kekeliruan keputusan oleh si mujtahid sama sekali tak dapat dibayangkan. Apabila teori ketepatan itu benar maka tindakan Mu'awiah dan 'A'isyah harus dianggap benar; tetapi, apabila perbuatan mereka dapat dipandang salah maka kita harus sepakat bahwa ijtihad pun dapat salah, dan bahwa teori ketepatan adalah salah. Maka masih harus diputuskan dalam konteksnya sendiri apakah ciri kewanitaan tidak mengganggu keputusan 'A'isyah, atau apakah itu adalah temuan (yang salah) dari Mu'awiah atau sesuatu yang lain. Bagaimanapun, teori ketepatan ini dikemukakan untuk menutupi kesalahan-kesalahan dan memberikan padanya jubah ketetapan Allah, supaya tidak akan ada halangan untuk mencapai tujuan-tujuan dan tidak pula seseorang akan mampu berbicara menentang setiap kebatilan.

Dalam khotbah ini Amirul Mukminin mengacu kepada orang-orang yang menyeleweng dari jalan Allah, yang dengan menutup mata dari cahaya, meraba-raba dalam kegelapan khayalan, membuat agama menjadi korban pandangan dan pen-dapat mereka, memaklumkan pendapat-pendapat baru mereka, mengeluarkan keputusan-keputusan dengan khayalan mereka sendiri, dan menimbulkan akibat-akibat yang menyesatkan. Atas dasar teori ketepatan, mereka memandang semua keputusan yang menyeleweng dan saling bertentangan ini sebagai dari Allah, seakan-akan masing-masing dari ketentuan mereka mewakili wahyu Ilahi sehingga ketetapan mereka tak mungkin salah dan mustahil mereka tersandung.

Maka Amirul Mukminin menyalahkan pandangan ini dengan mengatakan bahwa:

(1) Bilamana Allah Esa, Kitab (Al-Qur'an) satu, dan Nabi satu dan sama, maka agama (yang diikuti) harus satu pula. Dan bila agama satu, betapa mungkin ada ketetapan yang saling selisih tentang suatu urusan, karena hanya mungkin ada perbedaan dalam suatu keputusan bila si penetap keputusan itu telah
melupakannya, atau lalai, atau tidak sadar, atau ia dengan sengaja berhasrat terlibat dalam kemelut itu, padahal Allah dan Nabi-Nya suci dari semua itu.
Oleh karena itu maka perbedaan-perbedaan itu tak dapat diatributkan pada Allah dan Rasul-Nya, melainkan hasil pemikiran dan pendapat-pendapat orang
yang cenderung untuk membengkokkan gari-garis agama dengan perbuatan-perbuatan khayali mereka.

(2)Apakah Allah melarang penyelewengan-penyelewengan ini atau memerintahkannya. Apabila la telah memerintahkannya, di mana perintah itu? Tentang
hal larangannya, Al-Qur'an mengatakan:

"... Katakanlah, 'ApakahAllah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakannya saja terhadap Allah?'" (QS. 10:59)

Yakni, segala sesuatu yang tak sesuai dengan perintah Ilahi adalah buat-buatan, yang dilarang dan diharamkan. Bagi para pengada-ada, di akhirat, tak akan ada keberuntungan atau keberhasilan, tidak pula kemakmuran dan kebaikan. Firman Allah,

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengadakan ke-bohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS. 16:116)

(3) Sekiranya Allah telah meninggalkan agama sebelum sempurna, setengah jalan, karena la menginginkan supaya manusia membantu-Nya dalam menyempuraakan tatanan agama dan turut beserta-Nya dalam tugas penepatan hukum, maka kepercayaan ini jelas syirik. Apabila la mengirimkan agama-Nya dalam bentuk sempurna, tentulah Nabi telah gagal menyampaikannya sehingga ruangan itu ditinggalkan kepada orang lain untuk menerapkan khayalan dan pendapat. Ini, semoga dijaukan Allah, akan berarti kelemahan Nabi dan kekeliruan pilihan Allah.

(4) Allah telah mengatakan dalam Al-Qur'an bahwa la tidak meninggalkan apa pun dalam Kitab itu dan telah menjelaskan semua dan setiap urusan. Sekarang, apabila suatu ketetapan diukir berlentangan dengan Al-Qur'an maka itu di luar tatanan keagamaan, dan dasarnya tidak bertumpu pada pengetahuan dan persepsi, atau Al-Qur'an dan sunah. tetapi merupakan pendapat dan penilaian pribadi seseorang, yang tak dapat disarnakan dengan agama dan keimanan.

(5)Al-Qur'an adalah basis dan sumber agama, dan sumber hukum syariat. Apabila hukum syariat bcrbeda-beda maka akan ada pcrbcdaan pada sumbernya; dan apabila ada perbedaannya maka la tak dapat dianggap sebagai sabda Ilahi.
Bilamana iiu sabda Ilahi, hukum syariat tak mungkin berbeda-beda; tak mungkin menerima semua keputusan yang berbeda-beda dan saling bertentangan, yang benar dan khayali. dan menganggapnya sebagai ketelapan Al-Qur'an.



KHOTBAH 19

Amirul Mukminin sedang menyampaikan ceramah di mimbar ketika Asy'ats ibn Qais[i] menyatakan keberatan seraya berkata, "Hai Amirul Mukminin, hal ini tidak bagi Anda melainkan terhadap Anda."[ii] Amirul Mukminin melihat kepadanya seraya berkata:


Bagaimana Anda mengetahui apa yang bagi saya dan apa yang terhadap saya? Kutukan Allah dan yang lain-lainnya atas Anda. Anda penenun dan anak dari penenun. Anda anak seorang kafir dan Anda sendiri seorang munafik. Anda pernah ditawan oleh kaum kafir dan sekali oleh kaum Muslim, tetapi kekayaan dan asal-usul Anda tak dapat menyelamatkan Anda dari keduanya. Orang yang berusaha agar kaumnya menjadi umpan pedang, dan mengundang maut dan kehancuran bagi mereka, pantas dibenci kerabat dekat, dan kerabat yang jauh tidak akan mempercayainya.

Sayid Radhi mencatatbahwa orang ini pernah ditawan ketika dia masih kafir dan juga ketika dia sudah masuk Islam. Tentang kata-kata Amirul Mukminin bahwa orang itu menjerumuskan kaumnya sendiri untuk dipancung, itu berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada Asy'ats ibn Qais dalam pertarungan dengan Khalid ibn Watid di Yamamah, di mana ia menipu kaumnya dan membuat siasat licik sampai Khalid menyerang mereka. Setelah kejadian itu kaumnya menjulukinya Urfun-Na?r dalam dialek mereka berarti pengkhianat. •

--------------------------------------------------------------------------------

[i] Nama aslinya Ma'di Karib, laqab-nya Abu Muhammad. Tetapi, karena rambutnya yang acak-acakan, ia lebih dikenal sebagai al-Asy'ats (si rambut acak). Setelah pengutusan Nabi, ketika ia ke Makkah bersama sukunya, Nabi meng-undang dia dan sukunya untuk menerima Islam. Namun, mereka semua berpaling tanpa seorang pun masuk Islam. Setelah Hijrah, ketika Islam telah mapan dan jaya, dan wakil-wakil mulai berdatangan ke Madinah dalam jumlah besar, ia pun datang menghadap Nabi bersama Bani Kindah, dan menerima Islam. Penulis Al-lsti'ab mengatakan bahwa setelah wafatnya Nabi, orang ini berpaling lagi jadi kafir; tetapi, di masa Khalifah Abu Bakar, ketika Abu Bakar ia dibawa kembali ke Madinah sebagai tawanan, ia menerima Islam lagi, walau kini pun Islamnya hanya pura-pura. Demikianlah, Syekh Muhammad 'Abduh menulis dalam syarahnya tentang Nahjul Balaghah,

"Sebagaimana 'Abdullah ibn 'Ubay ibn Salul adalah sahabat Nabi, al-Asy'ats adalah sahabat 'Ali, dan keduanya adalah orang munafik kelas tinggi."

la kehilangan sebelah matanya dalam perang Yarmuk. Ibn Qutaibah memasukkannya ke dalam daftar orang yang bermata satu. Saudara perempuan Abu Bakar, Umm Farwah binti Abi Quhafah, janda al-Azdi dan kemudian istri Tarrum ad-Darimi, kawin ketiga kalinya dengan al-Ays'ats ini. Tiga putra lahir darinya, yakni Muhammad, Isma'il dan Ishaq. Menurut buku-buku biografi, istrinya itu pun bermata satu. Ibn Abil Hadid mengutip pernyataan berikut ini dari Abul Faraj di mana orang ini nampak terlibat dalam pembunuhan Ali a.s.,

"Pada malam pembunuhan itu Ibn Muljam datang kepada Asy'ats ibn Qais dan keduanya menyendiri ke sudut mesjid lalu duduk di situ. Ketika Hujr ibn 'Adi lewat pada sisi itu ia mendengar Asy'ats berkata kepada Ibn Muljam, "Cepatlah sekarang, atau cahaya fajar akan menggaibkan Anda." Ketika men-dengar ini Hujr berkata kepada Asy'ats, "Hai Mata Satu, engkau bersiap-siap membunuh 'Ali," dan bersegera kepada 'Ali ibn Abi Thalib. Tetapi, Ibn Muljam telah mendahuluinya dan menyerang 'Ali dengan pedang. Ketika Hujr berpaling, orang berteriak, 'Ali telah dibunuh'."

Putrinyalah yang membunuh Imam Hasan a.s. dengan meracuninya. Mas'udi menulis bahwa,

"Istrinya (istri Hasan), Ja'dah binti Asy'ats, meracuninya sementara Mu'awiah bersekongkol dengannya bahwa apabila ia (Ja'dah) dapat meracuni Hasan, maka ia (Mu'awiah) akan membayarnya seratus ribu dirham dan akan mengawinkannya dengan putranya Yazid." (Muruj adz-Dzahab, jilid II, h. 450)

Putranya Muhammad ibn al-Asy'ats aktif dalam mencurangi Muslim ibn 'Aqil di Kufah dan dalam penumpahan darah Imam Husain di Karbala'. Namun, ia termasuk di antara perawi hadis dari Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan ibn Majah.

[ii] Setelah pertempuran Nahrawan, ketika Amirul Mukminin sedang berbicara di mesjid Kufah tentang akibat-akibat buruk "Arbitrasi" (Tahkim) di Shiffin, seorang laki-laki berdiri seraya berkata, "Wahai Amirul Mukminin, pertama Anda menentang kami mengenai Tahkim itu, tetapi kemudian Anda mengizinkannya. Kami tak dapat mengerti mana di antara kedua ini yang lebih benar dan patut." Ketika mendengar ini, Amirul Mukminin menepuk tangan seraya berkata, "Inilah ganjaran bagi orang yang melepaskan pandangan yang kukuh," yakni, inilah hasil perbuatan Anda sendiri karena Anda telah meninggalkan keteguhan dan kecermatan dan mendesakkan Tahkim." Tetapi, Asy'ats salah paham. la mengira Amirul Mukminin menyiratkan bahwa "kecemasan saya adalah karena menerima arbitrasi itu". Maka ia pun berkata, "Wahai Amirul Mukminin, ini tidak akan menguntungkan Anda, melainkan merugikan Anda sendiri." Atasnya Amirul Mukminin berkata dengan kasar,

"Apa yang Anda ketahui tentang yang akan saya katakan, dan apa yang kamu mengerti tentang apa yang menguntungkan saya atau merugikan saya? Engkau "penenun" (hayik) dan anak si "penenun" yang dibesarkan oleh orang-orang kafir dan seorang munafik. Kutuk Allah dan segala yang ada di dunia ini menimpamu."

Para pensyarah telah menulis beberapa sebab mengapa Amirul Mukminin menyebut Asy'ats si "penenun". Sebab yang pertama ialah karena ia dan ayahnya, sebagaimana kebanyakan penduduk di tempat kelahirannya, melakukan kerajinan menenun kain. Maka untuk mengacu kerendahan pekerjaannya ia disebut "penenun". Orang Yaman mempunyai mata pencarian lain pula, namun terutama profesi ini yang mereka lakukan. Dalam menggambarkan pekerjaan tnereka, Khalid ibn Shafwan telah menyebutkannya,

"Apa yang dapat saya katakan tentang suatu kaum yang di antara mereka hanya ada penenun, penyamak kulit, pemelihara dan penunggang keledai .... Tikus membanjiri mereka, dan seorang wanita memerintah mereka." (Al-Bayan wa at-Tabyin, I, h. 130)

Sebab yang kedua, "hiy?kah" berarti berjalan dengan miring ke kiri atau ke kanan. Karena kesombongan dan tipu daya, orang ini biasa berjalan sambil meng-hentakkan bahunya dan memiringkan badannya, maka ia disebut "h?yik".

Sebab yang ketiga—dan ini yang lebih nyata dan jelas—bahwa ia disebut "penenun" untuk menunjukkan ketololannya dan kerendahannya, karena setiap orang yang rendah dipribahasakan sebagai "penenun". Ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa ketololan mereka telah menjadi peribahasa, dan tak ada yang sampai mendapatkan status peribahasa tanpa ciri khas. Nah, Amirul Mukminin menggunakannya; tak perlu lagi argumen atau penalaran selanjutnya.

Sebab yang keempat adalah bahwa dengan ini dimaksud orang yang bersekongkol melawan Allah dan Nabi-Nya dan menyiapkan jaringan rekayasa, ciri khas penghianatan. Maka, dalam Was?'il asy-Syi'ah, XII, h. 101, dinyatakan,

"Disebutkan di hadapan Imam Ja'far ash-Shadiq a.s. bahwa si "penenun" terkutuk, ketika ia menerangkan bahwa "penenun" bermakna orang yang mengada-ada terhadap Allah dan Nabi."

Setelah kata "penenun", Amirul Mukminin menggunakan kata munafik, dan tak perlu penjelasan lagi untuk menekankan kedekatan artinya. Maka, atas basis kemunafikan dan penyembunyian kebenaran ini ia memaklumkannya sebagai patut mendapat kutukan Allah dan semua lainnya, karena Allah SWT bersabda,

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turun-kan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitdb, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat." (QS. 2:159)

Setelah Amirul Mukminin mengatakan bahwa "Engkau tak dapat mengelakkan keaiban sebagai tawanan ketika engkau kafir, tidak pula aib ini terbebas darimu setelah engkau menerima Islam, dan engkau tertawan." Waktu masih kafir, peristiwa tertawannya terjadi sebagai berikut. Ketika suku Bani Murad membunuh ayahnya, Qais, ia (Asy'ats) mengumpulkan para prajurit Banl Kindah dan membagi mereka dalam tiga kelompok. Satu kelompok ia pimpin sendiri, sedang yang lainnya ia serahkan kepada pimpinan Kabs ibn Hani' dan al-Qasy'am ibn Yazid al-Arqam, lalu berangkat untuk mengahadapi Bani Murad. Tetapi celakanya, ketimbang Bani Murad, ia menyerang Bani Harits ibn Ka'b. Akibatnya, Kabs ibn Hani' serta Qasy'am ibn Yazid tewas, dan Asy'ats tertawan hidup-hidup. Akhirnya ia dibebaskan dengan membayar tebusan tiga ribu unta. Dalam kata-kata Amirul Mukminin, "Kekayaan atau kelahiranmu tak dapat menyelamatkanmu dari kedua-duanya," acuan bukan kepada fidyah (uang pembebasan) yang sesungguhnya, karena sebenarnya ia telah dibebaskan dengan pembayaran uang tebusan; maksud-nya ialah bahwa kelimpahan kekayaan, kedudukan dan martabat dalam sukunya, tak dapat menyelamatkan dia dari aib, dan ia tak dapat melindungi dirinya dari tertawan.

Peristiwa tertawannya yang kedua ialah setelah wafatnya Nabi Muhammad (saw), ketika timbul pemberontakan di kawasan Hadhramaut. Untuk melawannya, Khalifah Abu Bakar menulis surat kepada gebernur di tempat itu, Ziyad ibn Labid al-Bayadi al-Anshari bahwa ia harus mendapatkan baiat dan menerima zakat dan sedekah dari rakyat. Keika Ziyad ibn Labid mendatangi suku Bani 'Amr ibn Mu'awiah untuk mengumpulkan zakat, ia sangat tertarik pada seekor unta betina milik Syaithan ibn Hujr yang amat bagus dan besar. la melompat ke atas punggungnya dan mengambilnya. Syaithan ibn Hujr tidak mau melepaskannya dan mengatakan kepadanya untuk mengambil unta lainnya sebagai gantinya, tetapi Ziyad tak mau. Syaithan menyuruh panggil saudara lelakinya al-'Abda' ibn Hujr untuk mendukungnya. Ketika tiba, ia pun berbicara, tetapi Ziyad bersikeras pada pendiriannya dan sama sekali tak mau melepaskan unta betina itu. Akhirnya kedua bersaudara itu menghadap kepada Masruq ibn Ma'di Karib untuk meminta bantuan. Masruq pun menggunakan pengaruhnya supaya Ziyad meninggalkan unta betina itu, tetapi ia menolak dengan tegas. Masruq menjadi galak dan melepaskan ikatan unta betina itu lalu menyerahkannya pada Syaithan. Ziyad menjadi berang lalu mengumpulkan orang-orangnya, bersiap untuk berperang. Di sisi lain, Bani Wali'ah pun berkumpul untuk menghadapi mereka, tetapi tak dapat me-ngalahkan Ziyad, dan terpukul dengan parahnya. Kaum wanita mereka dibawa dan harta mereka dijarah. Akhiraya orang-orang yang selamat terpaksa meminta perlindungan Asy'ats. Asy'ats menjanjikan bantuan, dengan syarat bahwa ia harus diakui sebagai pemimpin di daerah itu. Orang-orang itu setuju atas syarat ini dan penobatannya pun dilakukan dengan khimat dan resmi. Setelah wewenangnya diakui, ia menyiapkan pasukan lalu berangkat untuk memerangi Ziyad.

Sementara itu Abu Bakar telah menulis surat kepada pemimpin Yaman, Muhajir ibn Abl Umayyah, untuk pergi membantu Ziyad dengan pasukan. Muhajir datang dengan kontingennya lalu mereka berhadap-hadapan. Mereka menghunus pedang lalu mulai bertempur di az-Zurqan. Pada akhirnya Asy'ats melarikan diri dari pertempuran dengan membawa orangnya yang tersisa ke benteng an-Nujair. Pasukan Ziyad dan Muhajir mengepung benteng itu. Asy'ats berpikir, berapa lama ia dapat tinggal terkurung dalam benteng dengan perlengkapan dan orangnya yang kurang itu; ia lalu memikirkan suatu jalan untuk meluputkan diri. Pada suatu malam, secara sembunyi-sembunyi, ia keluar dari benteng itu lalu menemui Ziyad dan Muhajir dan bersekongkol dengan mereka bahwa apabila mereka memberikan perlindungan kepada sembilan anggota keluarganya maka ia akan membukakan pintu benteng itu. Mereka menerima ketentuan itu dan memintanya menuliskan nama kesembilan orang termaksud. la menulis nama kesembilan orang itu lalu menyerahkannya kepada mereka, tetapi dalam kepandiran tradisionalnya ia lupa menuliskan namanya sendiri pada daftar itu.

Setelah membereskan ini, ia mengatakan kepada orang-orangnya bahwa ia telah mendapatkan perlindungan bagi mereka dan supaya pintu benteng dibuka. Ketika pintu gerbang terbuka, pasukan Ziyad menyerbunya. Mereka mengatakan bahwa kepada mereka telah dijanjikan perlindungan, yang dijawab tentara Ziyad bahwa itu salah, dan bahwa Asy'ats hanya meminta perlindungan atas sembilan orang anggota keluarganya, yang nama-namanya ada pada mereka. Singkatnya, delapan ratus orang terbunuh dan tangan beberapa orang perempuan terpotong putus, sedang, sesuai pembicaraan, sembilan orang dibebaskan. Tetapi, kasus Asy'ats sendiri menjadi rumit. Akhirnya diputuskan bahwa ia harus dikirimkan dengan terbelenggu kepada Abu Bakar, yang akan memutuskan kasusnya.

la dikirimkan ke Madinah dalam belenggu bersama seribu orang perempuan tawanan. Dalam perjalanan, para kerabat dan lain-lainnya, lelaki dan perempuan, melimpahkan kutukan kepadanya. Perempuan-perempuan itu menamakannya penghianat dan orang yang menjerumuskan kaumnya sendiri kepada tebasan pedang. Siapa lagi penghianat yang lebih besar? Namun, ketika tiba di Madinah, Abu Bakar membebaskannya, dan pada kesempatan itu ia dikawinkan dengan Umm Farwah.



KHOTBAH 20

Tentang Kematian dan Mengambil Pelajaran darinya


Andaikan Anda dapat melihat apa yang telah dilihat oleh orang-orang di kalangan Anda yang telah mati, Anda akan bingung dan susah. Pada waktu itu Anda akan mendengarkan dan menaati; tetapi apa yang telah mereka lihat masih ditabiri dari Anda. Tak lama lagi tabir akan dirobek-robek. Kepada Anda telah diperlihatkan, asal Anda melihat, dan kepada Anda telah diperdengarkan, asalkan Anda mendengarkan; dan Anda telah diberi petunjuk, asalkan Anda menerima petunjuk. Saya berkata kepada Anda dengan benar. Anda telah dipanggil dengan nyaring oleh contoh-contoh (yang mangandung pelajaran) dan diperingatkan melalui pokok yang penuh peringatan. Setelah para rasul Ilahi (malaikat), hanya manusia yang dapat menyampaikan risalah dari Allah. (Maka apa yang akan saya sampaikan adalah dari Allah). •



KHOTBAH 21

Nasihat Supaya Tetap Ringan di Dunia ini


Tujuan Anda berada di depan Anda. Di belakang Anda adalah saat (kematian Anda) yang mendorong Anda terus maju. Ringankan diri Anda dan susullah (yang di depan). Akhir Anda sedang ditunggu oleh awal Anda.

Sayid Radhi berkata: Apabila ucapan 'Ati ditimbang dengan ucapan mana pun, kecuali kata-kata Allah dan Nabi SAWW, ucapan itu akan terbukti lebih berat dan lebih unggul dalam segala segi. Misalnya, kata-kata Ali, "ringankan diri dan susullah" adalah ungkapan yang paling ringkas yang pernah terdengar dengan makna paling besar yang terkandung di dalamnya. Betapa luas artinya dan betapa jernih sumber kearifannya! Kami telah menunjukkan kebesaran dan padat maknanya frasa ini dalam buku kami Khasha'ish



KHOTBAH 22

Tentang Orang-orang yang Menuduhnya Membunuh 'Utsman


Hati-hatilah! Iblis telah mulai menghasut pasukannya dan telah mengumpulkan tentaranya agar kelaliman mencapai puncaknya dan kebatilan kembali kepada kedudukannya. Demi Allah, mereka tidak menyalahkan saya dengan sebenarnya, tidak pula mereka berlaku adil antara saya dan diri mereka sendiri. Mereka menuntut pada saya suatu hak yang mereka sendiri tinggalkan, dan darah yang mereka sendiri tumpahkan.[i] Sekiranya saya bersekutu dengan mereka dalam hal itu, maka mereka pun bersaham di dalamnya. Tetapi, apabila mereka melakukan itu tanpa saya, mereka harus menghadapi akibatnya. Hujah mereka yang terbesar (terhadap saya) adalah (sesungguhnya) terhadap mereka sendiri. Mereka menyusu dari ibu yang telah kering, dan menghidupkan bidah yang telah mati. Alangkah mengecewakan si penantang (ke pertempuran). Siapakah penantangnya dan untuk apa ia dijawabi? Saya gembira bahwa hujah Allah telah disempurnakan di hadapan mereka dan la tahu (semua) tentang mereka. Apabila mereka menolak (untuk menaati), saya akan menawarkan kepada mereka mata pedang yang cukup sebagai penyembuh kebatilan dan pendukung kebenaran. Aneh, mereka mengirimkan pesan kepada saya supaya maju kepada mereka untuk bertarung dengan lembing dan bersiap untuk bertarung dengan pedang. Semoga perempuan-perempuan berkabung atas mereka. Saya tak pernah takut untuk bertarung atau diancam dengan per-tempuran. Saya berkeyakinan penuh iman pada Tuhan saya dan saya tak ragu dalam agama saya. •
--------------------------------------------------------------------------------

[i] Ketika Amirul Mukminin dituduh terlibat dalam pembunuhan 'Utsman, ia menyampaikan khotbah ini untuk menolak tuduhan itu. la mengatakan tentang orang-orang yang menuduhnya, "Para pembalas dendam ini tak dapat mengatakan bahwa saya adalah pembunuhnya dan bahwa orang lain tidak turut serta di dalam-nya. Tak dapat pula mereka memalsukan peristiwa-peristiwa yang telah disaksikan dengan mengatakan bahwa mereka tak ada urusannya dengan itu. Maka mengapa mereka menaruh saya sebagai yang lerdepan dalam pembalasan dendam ini? (Bila demikian) dengan saya pun mereka harus memasukkan diri mereka sendiri juga. Bagaimana mereka dapat melepaskan diri dari hukuman ini? Persoalannya yang sebenarnya ialah bahwa mereka menuduh saya dengan tujuan agar saya berlaku sama dengan mereka menurut kebiasaan mereka. Tetapi, tidak seharusnya mereka mengharapkan saya menghidupkan kembali bidah para pemerintahan sebelumnya. Tentang pertarungan, tak pernah saya takut bertempur, tidak juga sekarang. Allah mengetahui niat saya dan la pun tahu bahwa orang-orang yang bangkit dengan dalih untuk membalas dendam itu sendirilah pembunuhnya."

Maka, sejarah sependapat bahwa orang-orang yang melakukan pembunuhannya ('Utsman) dengan hasutan dan bahkan mencegah penguburannya di pekuburan Muslim dengan melempari peti jenazahnya dengan batu, adalah juga orang-orang yang menuntut pembalasan dendam atas darahnya. Sehubungan dengan ini, nama-nama Thalhah ibn 'Ubaidillah, Zubair ibn 'Awwam dan 'A'isyah adalah di puncak daftarnya, karena pada kedua kesempatan itu usaha mereka terlihat dengan jclas. Ibn Abil Hadid menulis bahwa, "Orang-orang yang telah menulis tentang pembunuhan 'Utsman menyatakan bahwa pada hari pembunuhannya, Thalhah memakai tabir di wajahnya untuk menyamarkan dirinya dari mata kaumnya dan menembak-nembakkan panah ke rumah 'Utsman."

Dan sehubungan dengan ini, ia menulis tentang gagasan-gagasan Zubair,

"Para sejarawan telah menyatakan pula bahwa Zubair mengatakan, 'Bunuhlah 'Utsman. la telah mengubah agama Anda.' Kata orang, 'Putra Anda sedang berdiri di pintu dan menjaganya,' dan ia menjawab, 'Walaupun anak saya hilang, tetapi 'Utsman harus dibunuh. 'Utsman akan terbaring sebagai bangkai di Shirath besok.'" (Syarh Nahjul Balaghah, h. 35-36).

Tentang 'A'isyah, Ibn 'Abdi Rabbih menulis,

"Ketika Mughirah ibn Syu'bah datang kepada 'A'isyah, lalu ia ('A'isyah) berkata, "Hai, Abu Abdillah. Saya ingin kiranya Anda telah bersama saya pada Hari Jamal; betapa panah-panah menembus haudaj (tandu di punggung unta) saya sehingga sebagiannya mengenai tubuh saya." Mughirah mengatakan, "Saya berhasrat kiranya salah satu darinya telah membunuh Anda." 'A'isyah berkata, 'Semoga Allah menaruh kasihan kepada Anda; mengapa demikian?' la (Mughirah) menjawab, 'Supaya itu merupakan suatu tebusan atas apa yang Anda lakukan terhadap 'Utsman."' (Al- 'lqd al-Farid, jilid 4, h. 294).



KHOTBAH 23

Tentang Menjauhi Iri Hati dan Berlaku Buruk terhadap Karib Kerabat


'Amma ba 'du, sesungguhnya perintah Ilahi turun dari langit seperti tetesan hujan, membawa kepada setiap orang apa yang ditentukan baginya, baik berlimpah atau sedikit. Maka apabila seseorang di antara Anda sekalian melihat pada saudaranya banyak keturunan atau kekayaan, hal itu tak boleh menyebabkan fitnah padanya. Selama seorang Muslim tidak melakukan perbuatan yang apabila terbuka ia harus menundukkan matanya (karena malu) dan yang dengan itu orang rendah diberanikan, ia seperti penjudi yang mengharapkan bahwa tarikan pertama panahnya akan memberikan keuntungan kepadanya dan juga menutupi kerugiannya sebelumnya.

Demikian pula, seorang Muslim yang bebas dari kedurhakaan mengharapkan satu dari dua hal yang baik: panggilan Allah, dan dalam hal itu apa saja yang diberikan Allah adalah baik baginya; atau rezeki Allah. la telah mempunyai anak dan harta, sedang iman dan kehormatannya ada bersamanya. Sesungguhnya harta dan anak-anak adalah kebun dunia ini, sedang amal kebajikan adalah kebun untuk dunia yang akan datang. Kadang-kadang Allah menggabungkan semua itu pada satu orang.

Ingatlah kepada Allah terhadap apa yang telah diperingatkan-Nya kepada Anda, karena la telah menyuruh Anda untuk bertakwa kepada-Nya dan terus takut kepada-Nya sampai tak ada dalih yang diperlukan untuk itu. Beramallah tanpa pamer atau niat untuk didengar, karena apabila seseorang beramal demi seseorang selain Allah maka Allah akan mengalihkan dia kepada orang itu. Kami memohon kepada Allah (untuk mengaruniakan kepada kita) kedudukan para syahid, sahabat orang berke-bajikan dan persahabatan dengan para nabi.

Wahai manusia, sesungguhnya tak seorang pun (meski ia kaya) dapat berbuat tanpa kerabatnya dan bantuan tangan dan lidahnya. Hanya merekalah dukungannya dari belakang yang dapat menjauhkan kesukaran darinya, dan merekalah yang paling baik kepadanya apabila kesengsaraan menimpanya. Kenangan yang baik yang Allah pelihara di antara manusia lebih baik daripada harta yang diwarisi orang lain dari dia.

Dari Khotbah yang Sama


Lihatlah! Apabila seseorang di antara Anda sekalian mendapatkan kerabat Anda dalam keadaan perlu atau dalam kelaparan, ia tak boleh menolak untuk menolongnya dengan apa yang tidak akan menambah apabila pertolongan ini tidak diberikan, dan tidak akan berkurang dengan menafkahkannya sedemikian itu. Barangsiapa menahan tangannya dari (menolong) kerabatnya, ia hanya menahan satu tangan, tetapi pada saat ia memerlukan, banyak tangan tertahan dari menolong dia. Orang yang berperangai manis dapat mempertahankan cinta kaumnya untuk selamanya.

Sayid Radhi mencatat: Dalam Khotbah ini ghafirah berarti banyak, berlimpah-limpah; kata ini berasal dari ungkapan Arab Jammul-ghafir atau Jama'ul ghafir yang berarti kerumunan padat. Dalam beberapa versi sebagai ganti ghaffrah muncul 'afwatan. 'Afwah berarti bagian yang baik atau pilihan dari sesuatu. Dikatakan Akaltu afwatath-tha'am, yang berarti Saya telah memakan makanan pilihan. Man yaqbidh yadahu 'an 'asyfratihi (Barangsiapa menahan tangannya dari kerabatnya) dan seterusnya, menunjukkan betapa indahnya makna kalimat ini. Amirul Mukminin memaksudkan bahwa orang yang tidak menolong kerabatnya sendiri hanya menahan tangannya; tetapi, bilamana ia memerlukan bantuan, simpati dan dukungan mereka maka ia tidak akan mendapatkan simpati dan pertolongan dari sekian banyak tangan mereka. •

Tidak ada komentar:

Posting Komentar