'Ala' bin Hadhrami r.a.
Kisah
1
Abu Hurairah r.a. bercerita, 'Aku
melakukan perjalanan bersama `Ala' bin Hadhrami dalam suatu rombongan, lalu aku
melihatnya berperilaku aneh yang tidak masuk akal. Kami berhenti di tepi
pantai, lalu 'Ala' berkata, `Sebutlah nama Allah dan terjunlah ke laut!' Kami
menyebut nama Allah lalu menceburkan diri ke laut. Kami menyeberangi laut itu,
tetapi airnya hanya setinggi kaki unta kami. Dalam perjalanan pulang, kami
sampai di padang sahara padahal kami sama sekali tidak memiliki air, maka kami
mengadu kepada `Ala'. la melakukan shalat dua rakaat, lalu berdoa. Tiba-tiba
langit gelap, kemudian hujan turun menyirami kami, sehingga kami bisa meminum
airnya. Kemudian `Ala' meninggal dunia, kami menguburkannya di hamparan tanah
berpasir. Beln jauh kami melanjutkan perjalanan, kami khawatir ada binatang
buas yang akan memangsa jenazahnya. Maka kami kembali, namun pusaranya sudah
tidak ada." (Riwayat Abu Na'im)
Dalam riwayat lain, Abu Hurairah
menceritakan bahwa dalam suatu perjalanan, Ala' menyeberangi laut dengan
mengendarai kudanya. Ketika pulang, mereka sampai di sebuah padang sahara
padahal mereka tidak memiliki air. `Ala lalu berdoa kepada Allah, tiba-tiba
memancar sumber air dari bawah tanah berpasir. Mereka minum dan merasa segar
kembali, lalu melanjutkan perjalanan. Salah seorang dari mereka ketinggalan
barang bawaannya, maka ia kembali lagi, tetapi tidak menemukan sumber air itu.
Kemudian `Ala' meninggal dunia, padahal mereka tidak memiliki air. Tiba-tiba
muncul mendung, lalu hujan turun. Mereka memandikan dan memakamkannya. Ketika
mereka kembali ke tempat Ala dimakamkan, pusaranya sudah tidak ada. (Riwayat
Ibnu Sa'ad)
Kisah
2
Alias r.a. bertutur, "Aku
menemukan tiga keajaiban yang dimiliki umat Islam ini. Seandainya Bani Isra'il
yang memiliki keajaiban itu, niscaya umat-umat lain tidak akan mengadakan
perjanjian dengan mereka." Salah satu keajaiban yang diceritakan Anas:
'Umar bin Khattab mempersiapkan pasukan perang termasuk Anas dan mengangkat
`Ala' bin Hadhrami sebagai pemimpinnya. Selanjutnya mereka mendatangi medan
peperangan, dan melihat musuh telah mempersiapkan strateginya dengan menutup
saluran-saluran air. Hari teramat panas, mereka dan binatang-binatang mereka
merasa kehausan. Menjelang matahari terbenam, mereka shalat dua rakaat.
Kemudian 'Ala' bin Hadhrami mengangkat tangannya, padahal di langit tidak ada
apa-apa. Sebelum ia menurunkan tangannya, Allah mengirimkan angin dan
memunculkan mendung. Lalu turunlah hujan, sehingga tempat berbatu yang sulit
dilewati juga celah di antara dua bukit penuh dengan air. Mereka minum dan
membawa bekal minuman.
Kemudian mereka mendatangi musuh,
tetapi musuh telah melintasi teluk menuju daratan di seberang laut. 'Ala'
berhenti di atas teluk itu, lalu berdoa, "Wahai Zat Yang Maha Tinggi, Maha
Agung, dan Maha Mulia." Lalu berkata, "Seberangilah dengan menyebut
asma Allah." Mereka menyeberangi laut itu, airnya hanya setinggi kuku kaki
binatang. Ala' kemudian meninggal dunia, dan dimakamkan. Selesai dimakamkan,
ada seorang laki-laki datang dan bertanya, "Siapa dia?" Mereka
menjawab, "Manusia yang paling baik, putra Hadhrami." Laki-laki itu
berkata, "Daerah ini tidak bisa digunakan untuk mengubur jenazah, karena sering
ada binatang buas yang menggali tanah untuk mencari makan. Sebaiknya kalian
memindahkan jenazahnya ke daerah yang aman, satu atau dua mil dari sini."
Mereka khawatir ada binatang buas yang memangsa jenazah Ala, maka mereka
sepakat untuk menggali makamnya, tetapi jenazahnya sudah tidak ada di sana
lagi, dan mendadak liang lahatnya terlihat memanjang dan mengeluarkan cahaya
berkilauan. Mereka mengurug makamnya kembali, lalu melanjutkan
perjalanan." (Riwayat Al-Baihaqi)
Kisah
3
Dalam kitab Al Aghani li Abi
al-Faraj al-Ashbahani, kisah Ala' bin Hadhrami diceritakan secara panjang lebar
berdasarkan riwayat Muhammad bin Jarir. Munjab bin Rasyid (sahabat Rasulullah
Saw) menuturkan kisah tersebut sebagai berikut, Abu Bakar mengutus Ala' bin
Hadhrami dan pasukannya unruk mcmerangi orang-orang murtad di Bahrain.
Orang-orang muslim yang tidak murtad menyusul pasukan Ala' sewaktu mereka,
berjalan di padang terbuka. Ketika sampai di tengah-tengah padang itu, Allah
memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada mereka. Ala' turun dari kendaraannya dan menyuruh
pasukannya untuk turun.
Di tengah malam, unta-unta mereka
lari ketakutan sampai tak tersisa satu pun, dengan membawa semua perbekalan dan
tenda yang belum sempat mereka turunkan dari punggung unta-unta itu. Mereka
tidak mengerti sekelompok hewan apa yang menyerang unta-unta itu, tetapi tidak
menyerang diri mereka. Mereka saling memperingatkan untuk tetap waspada, lalu
pemberi aba-aba menyuruh mereka berkumpul. Ala' kemudian berkata, "Apa
yang telah menyerang dan mengalahkan kalian?" Orang-orang mengadu
kepadanya, "Kita terjebak di tengah-tengah padang pasir tanpa air. Jika
kita di sini sampai besok meskipun matahari tidak menyengat, maka kita hanya
pulang tinggal nama." Ala' berkata, "Jangan takut! Bukankah kalian
orang-orang muslim? Bukankah kalian berjuang di jalan Allah! Bukankah kalian
penolong-penolong agama Allah?" Mereka menjawab, "Ya." Ala'
berkata lagi, "Bergembiralah! Demi Allah, Allah Yang Maha Suci dan Maha
Luhur tidak akan menelantarkan kalian dalam kondisi seperti ini."
Seorang muazin kemudian
mengumandangkan azan shalat subuh ketika fajar terbit. Ala' shalat bersama
pasukannya. Sebagian dari mereka bersuci dengan tayammum, dan sebagian lagi
masih dalam keadaan suci. Selesai shalat, Ala' berlutut diikuti oleh
pasukannya.Aa berdoa dengan sungguh-sungguh begitu juga pasukannya. Kemudian
mereka melihat fatamorgana. Belum selesai Ala berdoa, mereka melihat
fatamorgana lagi. Komandan perang berseru, 'Air." Ala' berdiri dikuti oleh
pasukannya. Mereka mendekati air itu, lalu minum dan mandi. Matahari belum
begitu tinggi, ketika unta-unta datang dari berbagai arah mendekati mereka.
Setiap orang menunggang satu unta, sehingga tak satu pun yang berjalan. Setelah
minum, mereka merasa puas dan segar kembali, lalu melanjutkan perjalanan.
Pada waktu itu, Munjab bin Rasyid
berjalan bersisian dengan Abu Hurairah. Setelah jauh dari tempat itu, Abu
Hurairah bertanya kepada Munjab, "Menurutmu, di mana sumber air yang tadi
kita pakai?" Munjab menjawab, "Aku orang yang paling mengetahui
daerah ini." Abu Hurairah berkata, "Kalau begitu, mari kita kembali
sampai kau bisa menunjukkan kepadaku sumber air tersebut." Munjab dan Abu
Hurairah kembali ke tempat itu, tetapi keduanya tidak menemukan kolam dan jejak
air itu. Munjab berkata kepada Abu Hurairah, "Demi Allah, meski aku tidak
melihat kolam air, aku yakin ini tempat kita tadi, dan aku tidak pernah melihat
air di tempat ini sebelumnya." Kemudian Abu Hurairah melihat sekeliling,
tiba-tiba ada kantong kulit penuh dengan air. Abu Hurairah berkata, "Hai
Sahm, demi Allah, inilah tempat itu. Mari kita isi kembali kantong kulit kita,
lalu letakkan di tepi lembah." Munjab menimpah, "Ini adalah anugerah
dan tanda kekuasaan Allah." Munjab meyakini hal itu, lalu memuji Allah.
Kemudian Ala dan pasukannya
melanjutkan perjalanan, hingga tiba di tempat bernama Hijr. Pasukan muslimin
berperang dengan orangorang kafir dan berhasil mengalahkan mereka di sana.
Orang-orang kafir melarikan diri ke daratan di seberang laut. Mereka
menyeberangi laut dengan menggunakan kapal. Allah mengumpulkan mereka di
daratan tersebut. Ala' memerintahkan pasukannya mengejar mereka, dan
berkhutbah, 'Allah Yang Maha Agung dan Perkasa telah membuat kalian nenghadapi
pasukan setan dan perang yang berat pada hari ini. Dia telah memperlihatkan
tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kalian di daratan, agar kalian bisa mengambil
pelajaran darinya untuk bisa menyeberangi laut ini. Bangkitlah untuk melawan
musuh kalian, perlihatkan kepada mereka bahwa kalian bisa menyeberangi laut
meski tanpa kapal, karena Allah juga telah mengumpulkan mereka di daratan
tersebut." Pasukannya menjawab, "Kami akan melakukannya, kami tidak
akan takut. Demi Allah, kami telah berhasil menaklukkan padang sahara tadi maka
kami yakin Allah akan menolong kami untuk menaklukkan lautan itu."
Ala' dan pasukannya melanjutkan
perjalanan, sampai tiba di tepi laut. Mereka melintasi laut itu dengan naik
kuda, beserta binatang angkutan, sekawanan unta, bagal, dan ada pula yang
berjalan kaki. Ala membaca doa, "Wahai Zat Yang Maha Pengasih di antara
Yang Pengasih, Yang Maha Mulia, Yang Maha Bijaksana, tempat berlindung, Yang
Maha Hidup, Yang menghidupkan yang mati, Yang Maha hidup lagi Maha menegakkan,
dada tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami."
Mereka melintasi laut itu dengan
izin Allah seperti berjalan di atas pasir, dan airnya hanya setinggi tapak kaki
kuda. Laut itu biasanya ditempuh selama sehari semalam dengan naik kapal.
Pasukan muslimin sampai ke daratan. Mereka tidak membiarkan satu orang musyrik
pun lolos, menawan anak-anak, dan mengambil harta rampasan perang. Saat itu,
pasukan berkuda kaum muslimin berjumlah 6000 orang dan yang berjalan kaki 2000
orang. Selesai perang, mereka pulang dengan menyeberangi laut seperti
sebelumnya.
'Atiq menyenandungkan syair tentang
peristiwa ini:
Tidakkah engkau lihat Allah telah
menundukkan laut-Nya
Dan menyerang orang-orang kafir dengan kekuasaan-Nya
Orang yang membelah lautan kembali datang kepada kami
Dengan keajaiban yang lebih mengagumkan daripada membelah lautan
Dan menyerang orang-orang kafir dengan kekuasaan-Nya
Orang yang membelah lautan kembali datang kepada kami
Dengan keajaiban yang lebih mengagumkan daripada membelah lautan
Ala' dan pasukannya pulang dari
daratan itu kecuali orang-orang yang ingin tinggal di sana. Di Hijr, ada
seorang rahib yang masuk Islam. Rahib itu ditanya, "Apa yang mendorongmu
untuk masuk Islam?" Ia menjawab, 'Ada tiga keajaiban pasukan muslimin yang
telah aku saksikan, yakni munculnya banyak air di padang yang gersang,
terbukanya jalan di lautan, dan doa mereka yang kudengar di udara seperti
sihir. Setelah menyaksikannya, aku takut Allah akan memperburuk keadaanku bila
aku tidak masuk Islam." Orang-orang bertanya, "Doa apa itu?" Ia
menjawab, "Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Pcngasih dan Penyayang,
tiddatuhan selain Engkau, Yang Menciptakan scgala sesuatu yang sebelumnya tidak
ada, Yang Maha Kekal dan tidak pernah lengah, Yang Maha Hidup dan tidak akan
mati, Yang menciptakan sesuatu yang terlihat dan tak terlihat. Setiap hari ada
karena kehendak-Mu. Ya Allah yang mengetahui segala sesuatu tanpa belajar. Aku
yakin kekalahan kaum kafir adalah kehendak dan perintah Allah."
Sahabat-sahabat Rasulullah Saw mendengarkan doa yang diungkapkan seorang rahib
dari Hijr itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar