Total Tayangan Halaman

Senin, 19 Mei 2014

ANTOLOGI ISLAM (BAB 11 SAHABAT YANG MEMBUNUH USMAN BIN AFFAN )


BAB 11: PARA SAHABAT YANG MEMBUNUH UTSMAN

Seseorang dari mazhab Wahabi menyebutkan, Muawiyah merasa bahwa pembunuh-pembunuh Amirul Mukminin Utsman bin Affan tidak boleh meneruskan perbuatan jahat mereka terhadap Islam. Muawiyah tidak berperang untuk kekuasaan pribadi. Ali tidak menyerahkan pembunuhnya kepada Muawiyah padahal terdapat bukti kuat dan konkret yang dimilikinya. Oleh karenanya, penduduk Syam bergabung dengan Muawiyah memerangi Ali.

Tidak mengherankan apabila saudara Wahabi ini melupakan perkataan Nabi Muhammad tentang takdir orang-orang yang akan memerangi Imam Ali yang dicatat dalam kitab-kitab yang mereka anggap shahih dan berpegang pada apa saja yang dipalsukan oleh pemimpin yang munafik, Amirul Munafiqin Muawiyah sendiri. Namun demikian, kami tidak perlu mengharapkan apapun dari Wahabi ini.

Pernyataan yang menyatakan bahwa Muawiyah bangkit memerangi khalifah yang sah pada zamannya dan menumpahkan darah ribuan kaum Muslim untuk menuntut balas kematian Utsman adalah kebohongan. Sekiranya Muawiyah berpikiran demikian, pertama-tama ia harus membunuh pemimpin pasukannya lebih dulu dan banyak pembantupembantunya karena sejarah Sunni membuktikan bahwa orang-orang yang membunuh Utsman adalah sahabat-sahabat dekat Muawiyah, dan juga musuh-musuh Imam Ali. Faktanya adalah pemimpin licik yang haus kekuasaan ini memerlukan dalih untuk perbuatan jahatnya, dan hal ini tidak aneh bagi Muawiyah. Sebagaimana yang akan dilihat dalam sumber hadis Sunni berikut ini, orang-orang yang memberontak menentang Utsman adalah orang-orang yang maju ke depan pertama kali untuk menuntut balas dengan satu niat dalam benaknya, yaitu menjatuhkan kekuasaan Imam Ali.

Para sejarahwan Sunni menegaskan bahwa pemberontakan menentang khalifah diawali oleh orang-orang berpengaruh di antara para sahabat. Kelemahan Utsman dalam mengatasi persoalan negara menyebabkan banyak sahabat yang menentangnya.

Tentu saja hal. ini menimbulkan perebutan kekuasaan di antara para sahabat yang berpengaruh di Madinah. Sejarahwan Sunni seperti Thabari, Ibnu Atsir, dan Baladzuri serta masih banyak lagi memberikan hadis yang menegaskan bahwa para sahabat ini adalah orang-orang pertama yang mengajak yang lainnya, tinggal di kota lain untuk bergabung melakukan pemberontakan kepada Utsman. Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika orang-orang melihat apa yang dilakukan Utsman, para sahabat Nabi di Madinah menulis surah kepada sahabat yang lain yang tersebar di sepanjang batas provinsi:

Kalian telah berjuang di jalanAllah, demi agama Muhammad. Ketika kalian tiada, agama Muhammad telah dirusak dan ditinggalkan. Maka kembalilah untuk menegakkan kembali agama Muhammad.

Kemudian mereka berdatangan dari segala penjuru hingga mereka membunuh Utsman.1

Sebenarnya, Thabari mengutip paragraf di atas dari Muhammad bin Ishaqbin Yasar Madani yang merupakan sejarahwan Sunni paling terkemuka dan penulis kitab - kitab Sirah Rasulullah. Sejarah mengungkapkan bahwa orang - orang berpengaruh ini merupakan kunci penggerak penentangan terhadap Utsman. Mereka di antaranya Thalhah, Zuhair, Aisyah binti Abu Bakar, Abdurrahman bin Auf, dan Amru bin Ash.


Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah bin Ubaidillah adalah satu penggerak utama menentang Utsman dan orang yang berkomplot dalam kematiannya. Kemudian ia menggunakan peristiwa itu membalas dendam kepada Ali dengan mengobarkan perang saudara yang pertama kali terjadi dalam sejarall Islam (Perang Unta). Berikut ini beberapa paragraf dari Thabari dan Ibnu Atsir untuk membuktikan pendapat di atas. Di bawah ini paragraf pertama yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas (di beberapa naskah, paragraf ini diriwayatkan oleh Ibnu Ayash).

Aku memasuki rumah Utsman (ketika pemberontakan terhadapnya terjadi) dan berbincang dengannya selama satu jam. la berkata, "Kemarilah Ibnu Abbas/Ayash!" la mengamit tanganku dan menyuruhku mendengar apa yang tengah diucapkan orang di depan pintunya. Kami mendengar beberapa orang berkata, "Apa yang engkau tunggu?" Sedang lainnya berkata, "Tunggu, mungkin ia akan bertobat!" Kami berdua berdiri di sana (di belakang pintu dan mendengar mereka). Thalhah bin Ubaidillah lewat dan berseru, "Mana Ibnu Udais?" Dijawab, "la ada disana." Ibnu Udais mendekati Thalhah dan membisikkan sesuatu padanya, lalu ia kembali kepada kawan-kawannya dan berkata, "Jangan biarkan seorangpun masuk (ke rumah Utsman) untuk melihat lelaki ini atau meninggalkan rumahnya!" Utsman berkata kepadaku, "ltu adalah perintah Thalhah." la melanjutkan, "Ya Allah, lindungilah aku dari Thalhah karena ia telah membangkitkan umat untuk menentangku! Ya Allah, aku berharap tidak terjadi sesuatu, dan darahnya sendiri akan tertumpah. Thalhah telah menganiayaku secara tidak hak. Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Darah seorang Muslim halal menurut tiga perkara; kekafiran, perzinaan dan orang young membunuh tanpa hak halal menuntut balas kepada orang Lain.

Lalu atas alasan apa aku harus dibunuh?"

lbnu Abbas/Ayash melanjutkan, "Aku ingin meninggalkan rumah itu, tetapi mereka menghalangi jalanku hingga Muhammad bin Abu Bakar yang lewat meminta untuk melepaskan aku, dan mereka pun melepaskanku.2

Riwayat berikut juga mendukung bahwa pembunuhan Utsman dimotori oleh Thalhah, dan para pembunuhnya keluar untuk memberitahukan pemimpin mereka bahwa mereka telah membereskan Utsman.

Abzay berkata, 'Aku menyaksikan hari ketika mereka pergi untuk memberontak pada Utsman. Mereka masuk rumah lewat pintu dari kediaman Amru bin Hazm. Terdengar pertempuran kecil dan mereka masuk. Demi Allah, aku tidak pernah lupa bahwa Sudan bin Humran keluar dan aku mendengar ia berkata,''Mana Thalhah bin Ubaidillah? Kami telah membunuh Ibnu Affan!"3

Utsman dikepung di Madinah ketika Imam Ali sedang berada di Khaibar. Imam Ali datang ke Madinah dan melihat orang - orang terus berkumpul di kediaman Thalhah. Kemudian Imam Ali pergi menemui Utsman. Ibnu Atsir menuliskan,

Utsman berkata kepada Ali, "Engkau berhutang kepadaku hak keislamanku dan persaudaraan serta kekerabatan. Jika aku tidak memiliki hak ini dan jika aku berada pada masa-masa sebelum Islam, tetap akan memalukan bagi keturunan Abdu Manaf (keturunan Ali dan Utsman) untuk membiarkan seorang lelaki dari keturunan Tyme (Thalhah) merampas hak kami." Ali berkata kepada Utsman, "Engkau harus tahu apa yang aku lakukan." Kemudian Ali pergi ke rumah Thalhah.

Orang banyak berkumpul di sana. Ali berkata kepada Thalhah, 'Apa yang menyebabkanmu sehingga engkau terjerumus?" Thalhah menjawab, "Wahai Abu Hasan! Semua sudah terlambat!"4

Thabari juga meriwayatkan percakapan berikut antara Imam Ali dengan Thalhah ketika rumah Utsman dikepung. Ali berkata kepada Thalhah, "Aku meminta engkau agar orang-orang berhenti untuk menyerang Utsman." Thalhah menjawab, "Tidak, demi Allah! Tidak, hingga Umayah secara sukarela menyerahkan yang hak!" (Utsman adalah pemimpin Umayah)5

Thalhah bahkan tidak memberi air kepada Utsman. Abdurrahman bin Asawd berkata bahwa dia terus menerus melihat Ali menghindar dari Utsman dan bertindak seperti sebelumnya. Tetapi Abdurrahman tahu bahwa ia berkata - kata dengan Thalhah ketika Utsman dikepung hingga Utsman tidak diberi air. Ali sangat kecewa tentang hal itu hingga akhirnya air minum diberikan kepada Utsman.6

Kita perhatikan riwayat dari Perang Unta yang telah disebutkan dibanyak kitab - kitab sejarah dan hadis Sunni. Riwayat berikut membuktikan bahwa bahkan pemimpin Umayah seperti Marwan (yang bersama Thalhah) memerangi Imam Ali mengetahui bahwa Thalhah dan Zubair adalah pembunuh Utsman. Ulama Sunni mencatat bahwa Yahya bin Sa'id meriwayatkan :

Marwan bin Hakam yang berada di kelompok Thalhah, melihat Thalhah mundur (ketika pasukannya dikalahkan di medan perang). Karena ia dan semua Bani Umayah mengetahui bahwa ia dan Zubair adalah pembunuh Utsman, dia melepaskan panah kepadanya dan membuatnya terluka parah. la kemudian berkata pada Aban, putra Utsman, "Aku telah menyelamatkanmu dari salah satu pembunuh ayahmu." Thalhah dibawa ke sebuah reruntuhan rumah di Bashrah di mana ia wafat.7


Zubair

Zuhri, perawi Sunni terkemuka lainnya yang sangat terkenal karena kebenciannya kepada Ahlulbait, meriwayatkan percakapan antara Imam Ali dengan Zubair serta Thalhah sebelum dimulainya perang unta.

Ali berkata, "Zubair, apakah engkau memerangiku karena darah Utsman setelah engkau membunuhnya? Semoga Allah memberikan balasan setimpal kepada Utsman di antara kita akibat yang tidak disukai orang itu." Ali berkata kepada Thalhah, "Thalhah, engkau telah mumbawa keluar istri Rasul (Aisyah), memanfaatkannya untuk berperang sedangkan kau tinggalkan istrimu di rumah (di Madinah)! Bukankah engkau telah membaiatku ?" Thalhah berkata, "Aku membaiatmu saat pedang masih disarungkan di punggungku."

Pada saat itu Ali mengajak berdamai dan memaafkan mereka. Ali berkata pada pasukannya, "Siapa di antara kalian yang akan membawa Quran ini kepada pasukan musuh, apabila ia kehilangan satu tangannya, ia akan memegangnya dengan tangan yang lain...?" Seorang pemuda Kufah bangkit dan berkata, "Aku akan melakukannya." Ali berkeliling kepada pasukannya menawarkan tugas itu. Hanya pemuda Kufah itu yang menerimanya. Kemudian Ali berkata, "Tunjukkan Quran ini kepada mereka dan katakan kepada mereka. Kitab ini adalah perantara di antara kalian dan kami dari awal hingga akhir. Ingatlah Allah, dan selamatkanlah jiwa kami dan jiwa kalian!"

Usai pemuda itu menyerahkan kepada mereka untuk kembali pada Quran dan menyerahkan diri kepada kebenarannya, pasukan Basrit menyerang dan membunuhnya. Pada saat itu Ali berkata pada pasukannya " Sekaranglah saatnya peperangan diperbolehkan !" Lalu pecahlah perang tersebut.8

Sebagaimana yang terlihat hadis di atas, Imam Ali dengan jelas-jelas menyatakan bahwa Zubair adalah salah satu dari orang yang membunuh Utsman.

Sekiranya para pemberontak itu mengangkat Thalhah atau Zubair, bukan Imam Ali, menjadi khalifah, mereka akan memberikan hadiah yang besar kepada pembunuh Utsman. Tentunya para pemimpin itu tidak menuntut balas atas darah Utsman, karena mereka sendiri yang ada di balik persekongkolan itu. Mereka berpura-pura melakukan hal itu sebagai cara menjatuhkan kekhalifahan Imam Ali.


Aisyah

Thalhah dan Zubair bukan hanya orang-orang yang berkomplot memerangi Utsman. Sejarah Sunni mengungkapkan bahwa sepupu Thalhah, Aisyah, berkomplot dan berkampanye memerangi Utsman. Paragraf berikut yang juga berasal dari Tarikh at-Thabari, juga menunjukkan persekongkolan Aisyah dengan Thalhah dalam menjatuhkan Utsman.

Ketika Ibnu Abbas sedang pergi ke Mekkah, ia melihat Aisyah berada di as-Sulsul (7 mil di utara Madinah). Aisyah berkata, "Wahai Abu Abbas, aku mengajak engkau demi Allah untuk menjatuhkan lelaki ini (Ustman) dan menabur benih keraguan di antara orang-orang mengenai dirinya, karena engkau memiliki lidah tajam. Orang-orang telah menunjukan kebersetujuan mereka, dan pelita menunjuki mereka. Aku melihat Thalhah mengambil kunci harta umat dan Baitul Mal. Jika ia menjadi khalifah (setelah Utsman), ia akan menapaki jejak sepupu dari ayahnya, Abu Bakar."

Ibnu Abbas berkata,"Wahai Ummul Mukminin, jika terjadi sesuatu terhadapnya (Ustman), orang-orang akan mencari perlindungan hanya kepada sahabat kami (Ali). "Aisyah berteriak,"Diamlah! Aku tidak berminat berdebat denganmu atau menetangmu."9

Banyak sejarahwan Sunni meriwayatkan bahwa Aisyah suatu kali pernah menemui Utsman dan meminta bagian dari warisan Nabi Muhammad (setelah bertahun-tahun lamanya sejak kematian Nabi Muhammad). Utsman tidak memberi Aisyah uang tersebut dengun mengingatkannya bahwa ia adalah salah satu orang yang memberi kesaksian dengan mendorong Abu Bakar untuk tidak memberi warisan kepada Fathimah. Maka, apabila Fathimah tidak mendapatkan warisan, maka mengapa ia mendapatkannya? Aisyah menjadi sangat murka kepada Utsman dan ia keluar sambil berkata, "Bunuh Na'thal ini, karena ia telah menjadi kafir!"'10

Sejarahwan Sunni lain, Baladzuri, dalam kitab sejarahnya (Ansab al-Asyraf) berkata bahwa ketika situasi semakin memburuk, Utsman memerintahkan Marwan bin Hakam dan Abdurrahman bin Attab bin Usaid untuk membujuk Aisyah agar ia berhenti berkampanye menentangnya. Mereka menemuinya ketika ia tengah siap-siap pergi berhaji, mereka berkata kepadanya, "Kami berdoa semoga engkau berada di Madinah dan Allah akan menyelamatkan lelaki ini melalui engkau."

Aisyah berkata, "Aku telah mempersiapkan perbekalan dan perjalanan dan berjanji akan melaksanakan ibadah haji. Demi Allah, aku tidak akan mengabulkan permohonanmu. Aku berharap ia (Utsman) berada di salah satu tasku sehingga aku dapat membawanya. Lalu aku melemparkan ia ke laut."11


Amr bin Ash

Amr bin Ash (orang nomor dua di pemerintahan Muawiyah) adalnh salah satu penggerak yang berbahaya dalam menentang Utsman dan memiliki banyak alasan untuk bersekongkol melawannya. la adalah Gubernur Mesir pada masa khalifah Umar. Tetapi, khalifah ketiga, Utsman, menurunkannya dari jabatan dan menggantikannya dengan saudara tertuanya, Abdullah bin Sa'd bin Abu Syarh. Akibatnya, Amru sangat membenci Utsman. la kembali ke Madinah dan mulai berkampanye menentang Utsman, dengan menuduhnya banyak berbuat kesalahan. Utsman menyalahkan Amru dan ia berkata kepadanya dengan kasar. Hal ini bahkan membuat Amru semakin membencinya. la sering bertemu Zubair dan Thalhah lalu bersekongkol menentang Utsman. la sering menemui jemaah haji dan memberitahu penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Utsman. Menurut Thabari, ketika Utsman dikepung, Amru tinggal di istana Ajlan dan bertanya kepada orang-orang tentang keadaan Utsman.

Amru tidak meninggalkan tempat duduknya sebelum penunggang kuda kedua lewat. Amru memanggilnya, "Bagaimana keadaan Utsman?" Lelaki itu berkata, "la telah dibunuh." Kemudian Amru berkata, "Aku adalah Abu Abdillah. Bila aku ingin menggaruk luka, aku akan merobeknya (artinya bila aku menginginkan sesuatu, aku akan mendapatkannya). Aku telah menyulut umat untuk melawannya, bahkan para penggembala di puncak gunung." Lalu Salamah bin Raun berkata kepadanya, "Engkau, suku Quraisy, telah memutuskan ikatan yang kuat antara dirimu dengan orang-orang Arab. Mengapa kau lakukan hal itu?" Amru menjawab, "Kami ingin mengambil kebenaran dari tangan kejahatan, dan membuat orang-orang memiliki pijakan yang sama mengenai kebenaran."12

Para pemecah belah kaum Muslimin melupakan sesuatu yang terkenal dalam sejarah Islam yang diriwayatkan oleh perawi-perawi Sunni. Pemberontakan terhadap Utsman diakibatkan oleh usaha sahabat-sahabat yang berpengaruh di Madinah seperti Aisyah, Thalhah, Zuhair, Abdurrahman bin Auf, dan Amru bin Ash. Pembunuhan Utsman memberikan kambing hitam yang pantas bagi orang-orang telah memperebutkan banyak lagi kekuasaan, disaat mereka pun mengabdi kepada pemerintahan Utsman. Sebagian besar mereka adalah kerabatnya, Bani Umayah, seperti Muawiyah, Marwan yang memanfaatkan Utsman sebelum ia wafat dan sesudahnya.

Imam Ali berkata pada Perang Unta, "Kebenaran dan kebatilan tidakldapat dikenali dari kebaikan orang. Pahamilah kebenaran terlebih dahulu, engkau akan mengetahui siapa yang taat mengikutinya!"


Perubahan-perubahan yang Dilakukan Khalifah-khalifah Sebelumnya

Kepribadian Utsman (1): Tiadakah orang-orang yang lebih baik?' ` Di kalangan kaum Sunni terdapat sebuah ahman bahwa orang yang ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah akan selamat selamanya. Merekn tidak akan mendustai Nabi Muhammad dan tidak akan melakukan dosa besar. Hal yang samapun kadang-kadang dinyatakan kepada orang-orang yang ikut serta dalam perang Badar. Mari kita terima saja dua aturan ini selama anda membaca artikel ini. (Hal ini sangat mengejutkan seolah-olah mereka adalah orang-orang suci).

Utsman Ibnu Affan, khalifah ketiga setelah Nabi Muhammad SAW wafat, ternyata; 1) tidak ikut dalam perang Badar; 2) Melarikan diri di perang Uhud; 3) Tidak mengikuti perjanjian Hudaibiyah dan tidak menyaksikannya.

Kami ingin bertanya kepada anda;

1) Jika anda berpikir bahwa orang yang dimaksudkan hadis ini tidak benar, atau diputarbalikkan, atau sengaja disalahartikan, kemukanlah versi hadis yang anda miliki, beserta orang yang dimaksud pada hadis tersebut.

2) Bacalah hadis berikut! Bacalah secara teliti, apakah anda puas dengan jawaban Ibnu Umar dalam hadis ini! Bagaimanapun, jika 'ya' atau 'tidak', kajilah posisi utama di antara para sahabat Nabi. Contohnya, bagaimana anda membandingkan Utsman dengan para sahabat lain yang benar-benar ikut dalam perang Badar, yang tidak melarikan diri di perang Uhud, dan ikut serta dalam perjanjian Hudaibiyah. Jelaskanlah pendapat anda sehingga kami memahami pendapat anda mengenai Utsman!

3) Siapa saja yang melakukan hal-hal sebagai berikut pada saat yang sama? Turut serta dalam perang Badar, tidak melarikan diri dari perang Uhud, turut serta dalam perjanjian Hudaibiyah? Kami mengetahui berapa orang yang ikut serta dalam masing-masing perintah tersebut, tetapi hanya sedikit sekali yang ikut serta dalam ketiganya. Sebutkanlah nama-nama para sahabat tersebut, dan sumber rujukan anda.

4) Apakah orang-orang yang turut serta dalam ketiga hal tadi masih hidup ketika Umar wafat? Jika ya, mana yang menurut anda patut menjadi khalifah anda?
Dalam Shahih al-Bukhari hadis 48,14 diriwayatkan bahwa Utsman bin Muhim, orang Mesir yang datang dan berhaji ke Kabah melihat beberapa orang tengah duduk.

la bertanya, "Siapakah orang-orang ini?" Seseorang menjawab, "Mereka dari suku Quraisy." la bertanya lagi, "Siapa orang tua di antara mereka?" Mereka menjawab, "Dia Abdullah bin Umar." "Oh, Ibnu Umar! Saya ingin bertanya kepada anda tentang sesuatu, tolong beritahu saya! Apakah anda tahu bahwa Utsman melarikan diri pada perang Uhud? Apakah anda tahu juga bahwa Utsman tidak pula ikut perang Badar dan ia tidak ada di sana?" Ibnu Umar menjawab, "Ya."

Laki-laki itu bertanya, "Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut perjanjian ar-Ridwan dan tidak menyaksikannya?" Ibnu Umar menjawab, "Ya." Laki-laki itu berseru, "Allahu Akbar!" Ibnu Umar berkata, "Akan aku ceritakan semuanya (ketiga hal itu). Ketika ia melarikan diri pada perang Uhud aku bersaksi bahwa Allah telah mengampuninya, dan ketika ia tidak berperang pada perang Badar, itu karena putri Rasulullah, yang merupakan istrinya, tengah sakit. Nabi Muhammad berkata padanya,'Engkau akan menerima balasan yang setimpal dan Mendapat harta rampasan yang sama dengan orang-orang yang berperang (bila tinggal bersamanya).' Sedangkan ketika ia tidak hadir dalam perjanjian ar-Ridwan untuk berbaiat, disana telah ada orang yang lebih dipercaya dari pada Utsman (sebagai wakil) Nabi Muhammad pasti telah mengutus Utsman dan bukan orang itu. tidak diragukan, Nabi Muhammad telah mengutusnya dan peristiwa perjanjian ar-Ridwan terjadi setelah Utsman pergi ke Mekkah. Nabi Muhammad mengangkat tangan kanannya bahwa 'lni adalah tangan Utsman'. la mengangkat tangan kanan lainnya, "Perjanjian ini karena Utsman." Kemudian Ibnu Umar berkata kepada lelaki itu, "Ingatlah alasan ini olehmu!"

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 4359, diriwayatkan Ibnu Umar, "Utsman tidak bergabung dalam perang Badar karena ia menikah dengan salah satu putri Nabi Muhammad." Lalu, Nabi berkata kepadanya, "Engkau akan mendapatkan balasan dan menerima bagian (rampasan perang) yang sama dengan pahala dan bagian harta orang yang berperang di perang Badar."

Pertanyaan kami adalah bahwa alasan apapun yang dikemukakan Utsman untuk tidak bergabung dalam perang Badar bagaimana Sunni menilainya di antara sahabat lain yang bergabung dalam perang Badar? Berikut ini kami sajikan lagi referensi lain.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5290, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Orang-orang beriman yang berperang dalam Perang Badar dan orang-orang yang tidak bergabung mendapatkan balasan yang tidak sama."

Ada ayat yang di turunkan berkaitan dengan Ali bin Abi Tllalib dan io diberi kedudukan khusus. Bacalah hadis berikut dan bandingkan dengan Utsman, di mana tidak ada ayat (berkenaan dengan perang Badar) yang turun untuknya, dengan ayat yang turun bagi Ali bin Abi T'halib.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5304, diriwayatkan oleh Abu Mujlar. dari Qais bin Ubaid bahwa Ali bin Abi Thalib berkata, "Aku adalah orang pertama yang bersujud kepada Allah, Yang Maha Pengasih untuk mendapat keputusan Allah pada hari kebangkitan."

Qais bin baid juga berkata, "Ayat berikut turun berkenaan denganya, " Dua orang mukmin dan orang kafir bermusuhan ini mempertengkarkan Tuhan mereka " (QS.al-Hajj : 19)".

Qais berkata bahwa mereka adalah orang-orong yang berpurong di perang Badar, yaitu Hamzah, Ubaidah/Abu Ubaidah bin Harits, Syaibah bin Rabi'ah, Utbah dan Walid bin Utbah.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5305, diriwayatkan oleh Abu Dzar bahwa ayat 'Dua orang yang bermusuhan ini (mukmin dan kafir) berdebat satu sama lain mempertentangkan Tuhan mereka' (QS. 22:19), turun berkenaan dengan enam orang dari suku Quraisy, yaitu Ali, Hamzah, Ubaidah bin Harits, Syaibah bin Rabi'ah, Utbah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5306, diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa ayat '...Dua orang yang saling bermusuhan ini (orang mukmin dan orang kafir) berdebat mengenai Tuhan mereka' (QS. 22.19), turun berkenaan dengan mereka.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5307, diriwayatkan oleh Qais bin Ubaid bahwa dia mendengar Abu Dzar bersumpah bahwa ayat ini turun bagi enam orang pada peristiwa perang Badar.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5308, diriwayatkan oleh Qais bahwa dia mendengar bahwa Abu Dzar bersumpah bahwa ayat `... dua orang yang saling bermusuhan (orang mukmin dan orang kafir) mempertengkarkan Tuhan mereka' (22.19), turun berkenaan dengan orang-orang yang berperang pada perang Badar. Mereka adalah Hamzah, Ali, Ubaidah bin Harits, Utbah dan Syaibah, dua putra Rabi'ah dan Walid bin Utbah.


Melarikan Diri dari Perang Uhud

Untuk mengingatkan anda (tidak memberitahu anda), ada ayat dalam Surah Ali Imran yang menyatakan, "Orang-orang yang berpaling di antara kalian ketika dua kelompok bertemu hanya karena diperintahkan oleh apa yang telah mereka lakukan dan Allah mengarnpuni mereka."

Anda bahkan tidak bersusah-susah untuk melihat kitab suci Allah. Mungkin anda tengah membicarakan surah Ali Imran ayat 152 dan 155. Anda perlu membaca ayat 152-156. Kami berharap wafat bukan menjadi salah satu dari mereka. Allah mengampuni umat. Hal itu adalah karuniaNya. Allah telah mengampuni banyak sahabat ketika Nabi masih hidup.

Allah mengampuni tiga orang yang telah melarikan diri dari perang Tabuk. Apakah anda berangan - angan menjadi salah satu dari orang - orang yang tidak melaksanakan perintah Nabi Muhammad dan akhirnya Allah mengampuni mereka?

Akan tetapi pertanyaan kami bukan ini. Kami meminta anda untuk membandingkan orang-orang yang melarikan diri (bercerai berai) di perang Uhud dengan orang-orang yang tidak melarikan diri. Bagaimann anda menilai mereka?

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 4706, diriwayatkan oleh Jubair bin Mut'im:

Utsman Ibnu Affan pergi menemui Nabi Muhammad dan berkata, "Wahai Rasulullah! Engkau telah memberi harta kepada Bani Muthalib dan tidak memberi kami meskipun kami dan mereka memiliki hubungan yang sama denganmu!" Nabi berkata, "Hanya Bani Hasyim dan Bani Muthalib yang merupakan satu keluarga."Kami harap anda dapat melihat dan memahami bahwa Nabi Muhammad memperlakukan Bani Hasyim dan Bani Muthalib berbeda dengan Utsman dan keluarganya. Sehingga, hubungan pernikahan antara Utsman dengan putri Nabi Muhammad sama sekali tidak berkaitan sedikitpun dengan maqam spiritual.


Membuat Hukum Islam Baru; Aturan Shalat dalam Perjalanan15

Setelah membaca hadis berikut anda akan mengetahui bahwa shalat Safar sebenarnya diperpendek dan Nabi Muhammad tidak shalat secara penuh ketika ia sedang dalam perjalanan singkat.

Abu Bakar dan Utsman melakukan hal yang sama;

Utsman melakukan hal yang sama di masa awal kekhalifahannya; Kemudian Utsman mengubah aturan shalat dalam perjalanan dan shalat secara penuh ketika dalam perjalanan;

Aisyah mengikuti aturan Utsman ini.

Pertanyaan kami: Atas perintah siapa, Utsman melakukan shalat Ketika dalam perjalanan secara penuh? Mengapa Aissyah mengikuti Ustman dalam hal ini?
Catatan penting: Jika anda ingin membaca buku Eiqih, lakukanlah secara bebas. Kami ingin anda mengajikan semua alasan mazhab Sunni dan menunjukkan bagaimana mereka memahami beberapa hukum Islam selain hadis ini dan kami ingin anda menegaskan hasilnya dengan hadis ini, kata demi kata.

Kami mengetengahkan beberapa hadis yang tidak memiliki kekecualian. Bahkan kami tidak memberi satupun kata kunci sehingga dapat menerapkan aturan ini dan itu hanya pada beberapa orang tertentu. Itulah sebenarnya yang anda lihat dalam hadis. Apabila anda membaca buku para ulama, anda akan menemukan bahwa mereka berkata hal ini dan hal itu untuk beberapa kasus dan mereka tidak menerapkannya pada siapapun. Kami ingin anda menunjukkan pada kami bagaimana anda tidak dapat memberlakukan hadis tersebut kepada seseorang. Kami ingin anda, memisah-misahkan hadis sepotong demi sepotong dan membuktikan apa yang telah anda dengar atau anda baca dari kitab-kitab para ulama. Kami telah memberikan hadis yang ash dan tidak menyebutkan nama ulama manapun, dan kami tidak peduli orang ini atau itu adalah ulama atau bukan. Kami hanya ingin anda menyebutkan bagaimana orang yang berilmu ini meramu kesimpulan di luar hadis-hadis mi.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2206, diriwayatkan oleh Ibnu Umar:

Aku menemui Rasulullah dan ia tidak pernah melakukan shalat lebih dari dua rakaat ketika dalam perjalanan. Abu Bakar, Umar dan Utsman dulu biasa melakukan hal yang sama.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2717, diriwayatkan oleh Aisyah:

"Ketika shalat pertama kali diperintahkan, jumlah inasing-masing shalat adalah dua rakaat. Kemudian, shalat dalam perjalanan ditetapkan sebagaimana sebelumnya tetapi bagi orang yang tidak dalam perjalanan jumlah rakaat shalatnya tetap penuh." Zuhri berkata, "Aku bertanya kepada Urwah apa yang membuat Aisyah shalat secara penuh (ketika dalam perjalanan)." la menjawab, "la melakukan hal yang dilakukan Utsman."

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2188, diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar :

Saya melakukan shalat bersama Rasulullah, Abu Bakar, Umar di Mina dan jumlahnya dua rakaat. Utsman di masa awal kekhalifahannya melakukan hal yang sama, tetapi kemudian ia shalat dalam jumlah yang penuh.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2189, diriwayatkan oleh Haritsah bin Wahab, "Nabi Muhammad mengimami kami shalat di Mina pada masa perdamaian sebanyak dua rakaat."

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2190, diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Yazid:

Kami melakukan shalat 4 rakaat di Mina yang diimami oleh Ibnu Affan. Abdullah bin Mas'ud diberitahu tentang hal itu. la berkata dengan sedih, "Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali." la menambahkan, 'Aku shalat dua rakaat di Mina bersama Rasulullah dan hal yang sama juga dilakukan Abu Bakar dan Umar (semasa kekhalifahan mereka). Semoga aku beruntung melaksanakan dua rakaat shalat dan la (Allah) menerimanya.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2195, diriwayatkan oleh Anas bin Malik, "Melaksanakan shalat empat rakaat bersama Nabi Muhammad di Madinah dan dua rakaat di Dzul Hulaifah (mengqashar shalat Ashar).



Mengubah Aturan Haji Umrah 16

Setelah membaca hadis tersebut anda akan menemukan bahwa:

Di haji terakhir Nabi Muhammad SAW, beberapa orang melaksanaknn ibadah umrah dan haji bersamaan;
Utsman melarang orang-orang melaksanakan umrah dan haji bersamaan pada masa kekhalifahannya;

Ali dengan tegas tidak sependapat dengan Utsman, dan memberi tahunya bahwa perintahnya bukan berasal dari sunnah Nabi.
Kami memiliki satu pertanyaan: Atas perintah siapa Utsman melarang orang-orang melaksanakan haji dan umrah bersamaan? Mengapa Utsman tidak menaati Nabi dalam hal ini? Seperti yang anda lihat, Utsman tidak menaati hadis Nabi. Menurut anda, apakah keputusannya benar?

Satu catatan penting: Cobalah baca buku fiqih anda, dan berikanlah alasan-alasan ulama Sunni! Telitilah hadis berikut satu demi satu dan rujukkanlah bagaimana anda memperoleh hasilnya! Karena kami telah mengetengahkan hadis yang asli, kami ingin anda mengemukakan semua pemahaman anda dari awal. Kami sangat mengutamakan pendapat perawi hadis-hadis ini dan tidak begitu mengutamakan pendapat para ulama. (Kami harus menambahkan bahwa anda sebaiknya meneliti secara cermat apa yang dikatakan para ulama karena kami mengetahui jenis hadis.yang akan anda berikan).

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2633, diriwayatkan oleh Aisyah:

Kami berangkat bersama Rasulullah (ke Mekkah) pada tahun haji Rasulullah yang terakhir. Beberapa orang dari kami menganggap ihram hanya untuk umrah, sedang beberapa orang lainnya menganggap ihram untuk umrah dan juga haji. Sedangkan yang lain menganggap ihram untuk haji. Maka, barangsiapa yang menganggap ihram untuk haji atau untuk haji dan umrah, ia belum menyelesaikan ihram hingga hari berkurban."

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2364, diriwayatkan oleh Marwan bin Hakam:

Saya melihat Utsman dan Ali. Utsman sering melarang orang-orang melakukan Haji Tamattu dan Haji Qiran (melaksanakan haji dan umrah bersam-aan) dan ketika Ali melihat (perbuatan Utsman) ia melakukan ihram untuk haji dan umrah secara bersamaan. la berkata, "Labaik, untuk umrah dan haji," dan berkata, "Aku tidak akan meninggalkan hadis Nabi karena ucapan seseorang."

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2640, Ali dan Utsman memiliki pendapat berbeda mengenai haji tamattu ketika mereka berada di Uafah (satu tempat di mekkah) Ali berkata, " Aku melihat engkau berniat melarang orang - orang untuk melakukan hal yang Nabi Muhammad lakukan?" Ketika Ali melihat hal itu, ia menganggap ihram bagi haji dan umarah.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2.642, diriwayatkan oleh Imran:

Kami melakukan haji tamattu ketika Rasulullah masih hidup. Kemudian, ayat Quran turun berkenaan haji tamattu. Seseorang (baca: UtsmanbinAffan) berkata bahwa yang ia inginkan (berkenaan dengan Hajj at-Tamattu) berasal dari pendapatnya sendiri.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2747, diriwayatkan Abu Jamrah:

Aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang haji tamattu. la memerintahkanku untuk melakukannya. Aku bertanya tentang kurban. la berkata, "Engkau harus menyembelih unta, sapi atau domba, atau engkau akan membaginya dengan yang lain!" Nampaknya ada beberapa orang yang tidak menyukai haji tamattu. Aku tertidur dan bermimpi seolah-olah seseorang berkata, "Allah Maha Besar...(itulah) hadis Abu Qasim (Nabi Muhammad)." Diriwayatkan oleh Syu'bah bahwa seruan dalam mimpi itu adalah "Umrah yang diterima dan haji yang mabrur."

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 2638, diriwayatkan oleh Syu'bah, bahwa Abu Jamrah Nasr bin Imran Duba'i berkata:

Aku berniat melakukan haji tamattu dan orang-orang menganjurkan aku untuk tidak melakukannya. Aku bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai hal itu dan ia memerintahkanku untuk melakukan haji tamattu. Kemudian aku mendengar dalam mimpi seseorang berkata kepadaku, "Haji mabrur dan umrah diterima." Lalu aku bercerita kepada Ibnu Abbas tentang mimpi itu. la berkata, "Itulah hadis Abu Qasim." Kemudian ia berkata kepadaku, "Tunggulah sebentar, aku akan memberimu sebagian hartaku." Aku (Syu'bah) bertanya, "Mengapa (ia mengajakmu)?" la (Abu jamrah) berkata, "Karena mimpi yang aku lihat tadi malam."


Mengubah Hukum Zakat 18

Hadis berikut dengan jelas menunjukkan bahwa Utsman membuat beberapa aturan baru dalam pembayaran zakat. Ali tidak sependapat dengannya dan memberitahu Utsman apa yang Rasulullah tetap dalam aturan zakat. Utsman dengan jelas menyatakan bahwa ia tidak memerlukan hadis Nabi. Kami ingin meminta anda untuk menjelaskan mengapa Utsman melakukan hal yang bertentangan dengan hadis Nabi?

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 4343, diriwayatkan oleh Ibnu Hanafiyah:

Jika Ali berkata sesuatu yang buruk tentang Utsman, ia akan menyebutkan hari ketika beberapa orang menemuinya dan mengeluh tentang aturan zakat yang dibuat Utsman. Ali berkata padaku, "Pergilah, temui Utsman dan katakan padanya, 'Surah ini berisi aturan mengeluarkan sedekah menurut Rasulullah!' Oleh karenanya, sesuaikanlah aturan zakatmu dengannya!" Aku membawa surah itu kepada Utsman. Utsman berkata, "Ambillah, kami tidak memerlukannya!" Aku kembali kepada Ali dengan membawa surah itu dan memberitahu kejadian itu padanya. Ali berkata, "Letakkanlah di mana kamu mengambilnya!"

Diriwayatkan oleh Muhammad Ibnu Suqah:

Aku mendengar Mundzir Thusi menceritakan Ibnu Hanafiyah yang berkata, "Ayahku mengutusku." la berkata, "Bawalah surah ini kepada Utsman karena surah ini berisi perintah Nabi Muhammad mengenai aturan sedekah."

Sebagaimana kami nyatakan di artikel lain, surah ini menjadi terkenal sebagai kitab Ali bin Abi Thalib. Hadis lain dalam Shahih al-Bukhari juga menegaskan adanya surah tersebut.


Kepribadian Umar

Ketika Umar membuat aturan-aturan Islam yang baru menurut pendapatnya sendiri seperti yang anda lihat di referensi, ia berkata, "Ni'mah al-Bid'ah Hadza. "
Tahukah anda apa yang dilakukan Allah SWT terhadap orang-orang yang menciptakan aturan Islam yang baru, mengumumkannya kepada umat dan merasa bangga dengan hasil ciptaannya?

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 3227, diriwayatkan olch Abu Hurairah:

Rasululah bersabda " Barang siapa yang shalat di malam hari sebulan penuh di bulan Ramadhan dengan sungguh-sungguh dan mengharapkan balasan Allah, semua dosa di masa lalunya akan diampuni."

Ibnu Syihab (perawi kedua) berkata, "Rasulullah telah wafat dan umat melihat shalat itu tetap demikian (nawafil sendiri, dan tidak berjamaah), dan hal itu tetap demikian semasa kekhalifahan Abu Bakar sampai awal kekhalifahan Umar."

Abdurrahman bin Abdul Qari berkata, 'Aku pergi menemani Umar bin Khattab di suatu malam Ramadhan ke Masjid. Di sana kami melihat orang-orang shalat dalam kelompok yang berbeda-beda. Seorang lelaki shalat sendirian atau yang lainnya shalat dengan sekelompok orang di belakangnya. Kemudian Umar berkata, "Aku lebih menyukai menyatukan orang-orang ini shalat dipimpin oleh seorang imam." Lalu, ia memutuskan untuk menyatukan mereka dalam shalat dengan imam Ubay bin Ka'ab.

Kemudian pada suatu malam lain, aku bersama lagi dengan Umar dan orang-orang tengah shalat berjamaah. Melihat hal itu, Umar berkomentar, "Betapa indah bid 'ah ini, shalat yang tidak mereka lakukan, tetapi tidur saat itu lebih baik daripada shalat yang mereka lakukan."


Kepribadian Umar: Aturan Mengenai Shalat lainnya

Hal ini berkenaan dengan mengacungkan jari telunjuk ketika shalat. Setelah mendengar persoalan ini, pertanyaan muncul di benak kami; 1) Siapa yang memulai dilakukannya praktik ini?; 2) Apakah hal ini dipraktikkan Rasulullah SAW?; 3) Jika dilakukan Rasulullah SAW, tolong sebutkan referensinya?; 4) Jika tidak, lalu bagaimana hal ini bisa terjadi?

Berikut ini jawaban kami: Umar adalah orang pertama yang memulai praktik ini. Sepanjang pengetahuan kami, tidak ditemukan hadis yang menegaskan kebenarannya. Berikut adalah referensinya. Ia (Umar) sedang shalat, dan ketika mengucapkan ayat 'Maka sembahlah Tuhan pemilik Kabah!' la mengacungkan jari telunjuknya ke Kabah. Syah Waliyullah berkomentar bahwa gerakan seperti itu diperbolehkan dalam shalat.19

Di samping itu, kitab The Reliance of Traveller, tidak menyebutkan hadis ini dalam konteks ini (sejauh yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Jika memang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad, buktikanlah!


Apakah Terdapat Orang-orang Munafik di Antara Para Sahabat?

Kami memiliki beberapa pertanyaan sederhana dari saudara Sunni. Sebagian besar kalian menyatakan bahwa semua sahabat bukan orang munafik, tidak seorang pun dari mereka munafik. Mari kita terima dulu pendapat ini. Pertanyaan kami adalah; apakah terdapat orang-orang munafik di antara para sahabat?
Dengan kata lain, definisikanlah kata 'sahabat' dengan jelas dan secara terperinci?

Jelaskan bahwa sahabat seperti Abdullah bin Ubay, yang merupakan orang munafik yang paling terkenal, disebut sahabat atau bukan? Jelaskanlah apakah orang-orang munafik yang ada ketika Nabi masih hidup di antaranya adalah sahabat atau bukan?
Jika jawaban pertanyaan no. 3 adalah 'tidak', sebutkanlah semua orang munafik yang bukan sahabat! Dengan kata lain, anda harus dapat membedakan antara sahabat dan orang munafik. Anda harus dapat mengkategorikan dan menyebutkan orang-orang munafik itu, semuanya. Jika tidak semuanya, sebutkanlah sekitar 100 orang dari mereka! Jika anda tidak dapat membedakan antara sahabat dan munafik bagaimana kami tahu mana orang yang munafik dan mana orang yang merupakan salah satu sahabat Nabi?

Dan jika jawaban no. 3 adalah'ya' yang artinya bahwa orang munafik adalah sahabat nabi, setujikah anda apabila kami menampilkan seseorang yang merupakan sahabat Nabi dan juga orang munafik, yang bernama Abdullah bin Ubay? Lalu, apakah anda sepakat bila kami mengetengahkan beberapa sahabat lain yang juga munafik atau tidak?

Kebenarannya adalah (kami tidak peduli apakah mazhab Syi'ah/Sunni menyukainya atau tidak) bahwa anda tidak dapat menycbut seseorang itu bukan Islam ketika ia mengucapkan, 'Tiada Tuhan selain Allah dan Muhamad adalah Rasulullah". Jika anda menyebut orang itu non muslim dengan begitu mudah dari mulut anda, maka anda harus bersiap - siap mengahadapi api neraka Allah.

Seseorang akan tetap menjadi Muslim sepanjang ia mengucap dua kalimat syahadat di atas, tidak peduli apakah ia menyatakan; sebuah hadis benar atau tidak, seorang sahabat berdusta kepada Nabi atau tidak, seorang sahabat telah mencuri sesuatu (ia adalah pencuri), seorang sahabat telah membunuh secara sengaja dan tidak memiliki hak untuk melakukannya, dan seorang sahabat telah berperang di jalan yang sesat demi setan.
Gantikanlah kata sahabat dengan 'ulama terhormat' dan bacalah sekali lagi.

Persoalan masyarakat Islam saat ini adalah mereka membiarkan diri mereka saling menyerang (Sunni atau Syi'ah) dan menuduh satu sama lainnya sebagai kafir. Jika orang-orang ini berkuasa, mereka akan membunuh siapa saja yang tidak sependapat dengan mereka, seperti yang dilakukan ratusan tahun lalu. Kebiasaan buruk yang menyenangkan setan dan membuat Allah murka sekarang ini menyebar di masyarakat Islam.

Kami menantang anda berulang kali dan anda tidak dapat berbuat apa-apa. Jika anda memahami bahwa tidak ada sumber rujukan bagi kebiasaan buruk anda, maka setidaknya anda berusaha menyembunyikan hal tersebut. Kebiasaan tersebut bukan kepribadian Muslim sejati.

Seseorang berkata: Jika seseorang berkata bahwa salah satu sahabat X telah berdusta atas nama Nabi, artinya bahwa sahabat ini kafir? Karena ia telah menuduh seorang Muslim X sebagai orang kafir, ia sendiri, Mali menjadi kafir.

Kami tidak keberatan dengan pernyataan kedua karena kami sendiri telah menampilkannya. Persoalan kami secara spesifik dimaksudkan bagi pertanyaan pertama. Kami meminta anda membawa kamus Jepang atau Arab dan menunjukkan kata baru tersebut kepada kami.

Jika anda tidak dapat membuktikannya, bersikap manusiawilah dan tinggalkan kebiasaan buruk anda.

Seseorang yang menggunakan kata di atas kepada mukmin lainnya, ia dianggap sebagai orang kafir. Bukan kami yang mengatakan hal ini. Karena kami bukan seorang ulama (kata 'kafir' ini bukan kata yang ringan, kata ini adalah kata yang berat yang besertanya api neraka, dan kata ini harus diucapkan oleh Allah dan Rasul-Nya). Inilah yang dicatat dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim. Jika anda peduli dengan kedua buku ini dan anda mendengar serta menaati kedua kitab ini, sedikitnya'menaati' hadis dalam kedua buku ini, kami memperingatkan anda dengan jelas bahwa orang ini dianggap kafir dengan aturan berikut, "Jika seseorang X menyatakan Muslim lainnya Y sebagai kafir, sedang ia tahu bahwa Y adalah Muslim, maka X menjadi kafir. Orang seperti ini dianggap sebagai orang murtad, karena ia meninggalkan Islam dengan menyebut saudaranya seiman sebagai kafir secara sengaja.[]


Catatan Kaki :

1. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 15, hal. 184.
2. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 15, ha1.199-200. -
3. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 15, hal. 200.
4. Referensi hadis Sunni: al-Kamil, Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 84.
5. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 15, hal. 235.
6. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 15, hal. 180-181.
7. Referensi hadis Sunni: Tabaqat, Ibnu Sa'd, jilid 3, bag. 1, hal. 159; al-Ishabah, Ibnu Hajar Asqalani, jilid 3, hal. 532-533; Tarikh, Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 244; Usd al-Ghabah, jilid 3, hal. 87-88; al-Istiab, Ibnu Abdul Barr, jilid 2, hal. 766; Tarikh, Ibnu Katsir, jilid 7, hal. 248; Riwayat serupa diceritakan juga di al-Mustadrak, Hakim, jilid 3, hal. 169, 371.
8. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Arab, peristiwa tahun 36 H, jilid 4, hal. 905.
9. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 15, hal. 238-239.
10. Referensi hadis Sunni: Tarikh, Ibnu Atsir, jilid 3, hal. 206; Lisanul Arab, jilid 14, ha1.141; al-Iqd al-Farid, jilid 4, hal. 290; Syarh, Ibnu Abi Hadid, jilid 16, hal. 220-223.
11. Referensi hadis Sunni: Ansab al-Asyraf, Baladzuri, bagian 1, jilid 4, hal. 75.
12. Referensi hadis Sunni: Tarikh at-Thabari, versi bahasa Inggris, jilid 15, hal. 171-172.
13. Hadis dalam artikel ini diambil dari terjemahan Shahih a1-Bukhari, versi bahasa Arab-Inggris, Dr. Mohammad Muhsin Khan, Universitas Islam, Madinah Munawwarah, Terbitan Kaje, 1529 North Wells Street, Chicago. 11160610 (USA), (Revisi ke-3, 1977) (Edisi revisi ke-4, Maret 1979), No.Telp. (di perpustakaan Waterloo University): BP 135. A124E54.
14. Hadis yang sama pun diriwayatkan di jilid 5, no. 395.
15. Hadis berikut diambil dari terjemahan Shahih al-Bukhari, versi bahasa Arab-Inggris, Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islamic University, Madinah Munawwarah, Kaze, 1529 North Wells Street, Chicago, ILL. 60610 (USA), (revisi ke-3,1977) (edisi revisi ke-4, Maret 1979), No. Telp. ( di perpustakaan Waterloo University): BP 135.A124E54.
16. Hadis berikut diambil dari terjemahan Shahih al-Bukhari, Arab-Inggris, Dr. Mohammad Mushin Khan, Islamic University, Madinah Munawwarah, Kaze, 1529 North Wells Street, Chicago ILL.60610 (USA), (revisi ke-3,1977), (edisi revisi ke-4, Maret 1979), No. Telp. (di perpustakaan Waterloo University): BP135.A124E54.
17. Lihat hadis No. 631, 636, dan 639.
18. Hadis berikut diambil dari terjemahan Shahih al-Bukhari, versi ArabInggris, Dr. Muhammad Mushin Khan, Islamic University, Madinah Munawarah, Kaze, 1529 North Wells Street, Chicago, Ialah.6061 (USA), (revisi ke-3, 1977) (Edisi revisi ke-4, Maret 1979), No. Telp. (di perpustakaan Waterloo University): Bpk.A12E54.
19. Referensi hadis Sunni: al-Faruq, vol. II & III, hal. 314, Syilbi Numani, penerbit Sh. Muhammad Asyraf Lahore, Pakistan; Izlatul Khifa, jilid III, hal. 346, Syah Waliyullah Muhadis Dehlavi, Qadeemi kitab Khala, Karachi Pakistan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar