Total Tayangan Halaman

Senin, 19 Mei 2014

ANTOLOGI ISLAM (BAB 13 TAUHID MENURUT SUNNAH DAN SYIAH )


BAB 13 : TAUHID MENURUT SYI'AH DAN SUNNAH

Tidak ada perbedaan pendapat di antara mazhab-mazhab Muslim bahwa agama (disisi) adalah Islam. Satu-satunya cara untuk mengetahui Islam. Satu-satunya cara cara untuk mengetahui Islam adalah Kitabullah dan Sunnah Nabi. Dan bahwa Kitabullah itu apa yang dikenal dengan nama Quran, tanpa ada 'penambahan' atau 'pengurangan. Perbedaan terletak pada masalah penafsiran sejumlah ayat Quran dan dalam meyakini atau tidak meyakini sejumlah sunnah sebagai shahih, atau dalam penafsirannya. Perbedaaan pendekatan ini telah mengantarkan kepada perbedaan dalam sejumlah prinsip dasar dan jumlah hukum agama. Karena prinsip-prinsip dasar Islam sudah masyhur, maka kami tidak perlu lagi menyebutkan satu demi satu semua prinsip tadi. Kiranya memadai apabila sebagian dari perbedaan-perbedaan penting diandarkan disini untuk memberikan kepada pembaca ide komprehensif secara jujur dari karakteristik utama yang membedakan kaum Syi'ah dan Sunni.

Seluruh muslim sepakat bahwa Allah SWT adalah satu, Muhammad SAW adalah Nabi-Nya yang terakhir, dan pada suatu hari Allah membangkitkan kembali semua umat manusia, dan semuanya akan ditanyai perihal keimanan dan amal perbuatan mereka. Mereka semua sepakat bahwa semua orang yang mengimani pada salah satu tiga prinsip dasar tersebut bukanlah seorang muslim. Juga, mereka sepakat bahwa siapapun yang mengingkari ajaran-ajaran Islam yang terkenal seperti shalat, puasa, haji, zakat, dan seterusnya atau percaya bahwa dosa-dosa masyhur seperti meminum minuman keras, berzina, mencuri, berdusta, berjudi, membunuh dan seterusnya bukan (perbuatan) dosa, bukanlah seorang muslim, sekalipun ia pasti telah mengimani Allah dan Nabi-Nya, Muhammad SAW. Hal itu disebabkan mengingkari perkara-perkara tersebut sama halnya menolak kenabian Muhammad dan syariahnya.

Ketika kita melangkah lebih jauh, kita temukan subjek-subjek tersebut yang tidak disepakati kaum Muslim dan perbedaan-perbedaan antara berbagai mazhab Islam mulai di sini. Kebanyakan orang beranggapan bahwa perbedaan antara Syia'ah dan Sunni terletak pada masalah kepemimpinan pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ini benar adanya, namun sesugguhnya para pemimpin yang berbeda memerintahkan cara-cara pendekatan yang berbeda terhadap setiap isu. Barang kali menghasilkan banyak perbedaan seiring dengan berlalunya waktu. Kami menguraikan secara ringkas perbedaan-perbedaan dasar ini di sini.


Gambaran Tuhan

Sejumlah ulama Sunni berkeyakinan bahwa Allah memiliki tubuh, namun tidak seperti tubuh-tubuh yang kita tahu, tentunya. Terdapat banyak hadis dalam Shahih al-Bukhari yang menggambarkan bahwa Allah mempunyai sebuah tanda kaki-Nya, dan Dia meletakkan kaki-Nya kedalam neraka dan seterusnya. Misalnya, lihat Shahih al-Bukhari, versi Arab - Inggris, 9532 dalamnya menggambarkan Allah mempunyai tanda di betis-Nya dan ketika Dia menyingkap betis-Nya manusia akan mengenali-Nya.atau dalam jilid yang sama lihat hadis 9604 dan 9510 dimana dikatakan bahwa Allah mempunayi jari jemari! Silakan juga lihat artikel-artikel yang terkait diberikan oleh Kamran yang dirujuk oleh Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Golongan Wahabi yang mengikuti Ibnu Taimiyah (a.728/1328) membenarkan bahwa organ-organ tubuh Allah merupakan entisitas fisik dan Allah duduk disinggasana. Akan tetapi golongan Asy'ariyyah (para pengikut Abu Hasan Asy'ari) yang meliputi sejumlah besar Sunni, tidak menafsirkan wajah, tangan, dan kaki-Nya sebagai organ-organ fisik, tetapi mereka mengatakan," kita tidak tahu bagaimana (bi la kaif)."

Syi'ah meyakini kuat bahwa Allah tidak memiliki tubuh, wajah, tanga, jari jemari, ataupun kaki. Syekh Shaduq, salah seorang ulama Syi'ah terkemuka, dalam kitabnya al-I'tiqadat al-Imamiyyah (Shi'ite Creed) mengatakan :

Sesungguhnya Allah itu Maha Satu, Maha Unik, tidak sesuatupun menyerupai-Nya, Dia Maha Abadi, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berilmu, Maha Hidup, Maha Kuasa, jauh dari segala kebutuhan. Dia tidak bisa digambarkan dalam kerangka subtansi, tubuh, bentuk, akside, garis, permukaan, berat, ringan, warna, gerakan, istirahat, waktu ataupun ruang. Dia di atas segala gambaran yang bisa diterapkan kepada makhluk-makhluknya-Nya. Dia jauh dari kutub. Dia tidak sekedar non entisitas (sebagaimana golongan ateis dan, dalam tingkatan yang lebih rendah, Mu'tazilah lakukan) ataupun Dia sama seperti benda-benda lainnya. Dia Maujud, tidak seperti benda-benda lainnya.

Tentu saja, ada sejumlah ayat Quran yang menganggap kata-kata yang digunakan bagi anggota-anggota tubuh dari tubuh Tuhan. Namun menurut penafsiran para Imam Syi'ah, kata-kata tersebut digunakan dalam makna metaforis dan simbolis, bukan makna literal. Umpamanya ayat 88 surah al-Qashash yang berbunyi, Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah-Nya, artinya 'kecuali Diri-Nya.' Sesungguhnya para Ulama Sunni sekalipun tidak bisa mengatakan bahwa hanya wajah Allah yang akan abadi, sementara apa yang dinamakan anggota-anggota tubuh lainnya (baik fisik maupun bukan) akan binasa! Demikian pula Allah telah menggunakan kata 'tangan' (yad) di beberapa tempat dalam Quran. Namun itu artinya 'kekuasaan dan rahmat-Nya', sebagaimana surah al-Maidah ayat 54, … tetapi kedua tangan Allah Terbuka.

Sebenarnya dalam Quran dan hadis Nabawi makna-makna metaforis itu banyak digunakan. Misalnya, Allah menggambarkan para nabi-Nya sebagai ulil aydi wal abshar (yang mempunyai perbuatan-pebuatan besar dan ilmu-ilmu yang tinggi; QS. Shad : 45)
Bahkan semua ulama Sunni setuju bahwa kata 'tangan' (aydi) disini artinya kekuasaan dan kekuatan. Kami harus menyebutkan bahwa pandapat Syi'ah juga bebeda dengan golongan Mu'tazilah yang membawa Tuhan kepada batasan-batasan nirwujud (non-existence).


Bisakah Allah Dilihat?

Sebagai dampak langsung dari perbedaan tersebut di atas, para ulama Sunni percaya bahwa Allah SWT bisa dilihat. Sebagian dari mereka, nampaknya Imam Ahmadi bin Hanbal, mengatakan bahwa Dia bisa dilihat di dunia ini juga di akhirat kelak. Yang lain mengatakan bahwa Dia hanya bisa dilihat di akhirat.1

Di sisi lain, Syi'ah berpendapat bahwa Dia tidak bisa dilihat secara fisik di manapun, karena Dia tidak memiliki tubuh dan karena Allah berfirman dalam kitab-Nya, Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan.(QS. Al-An'am :103)

Para ulama Sunni menggunakan ayat berikut sebagai hujah mereka, Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu (hari pengadilan) tampak segar berseri, kepada Tuhannya lah mereka memandang. (QS. Al-Qiyamah :22-23)

Akan tetapi dalam bahasa Arab kata nazhar (memandang) tidak berarti 'melihat'. Acap dikatakan bahwa nazhartu ilal hilal falam arahu yang artinya 'saya memandang bulan baru (sabit) namun saya tidak melihatnya.' Karena itu, ayat tersebut tidak berarti mereka akan menanti-nanti rahmat Allah.


Sifat-sifat Allah

Menurut keyakinan Syi'ah, sifat-sifat Allah bisa dimasukkan kedalam dua kelompok yang berbeda; pertama, sifat-sifat yang mewakili Diri-Nya (sifat Zat); dan kedua, sifat-sifat yang melambangkan perbuatan-perbuatan-Nya (sifat perbuatan). Syekh Shaduq berkata :

Umpanya kita katakan bahwa Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berilmu, Maha Bijaksana, Maha Kuasa, Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, Maha Satu dan Maha Abadi. Dan ini merupakan kualitas-kualitas pribadi-Nya. Dan kita tidak mengatakan bahwa Dia sejak dulu menciptakan, melakukan, berniat, puas, tidak puas, memberi rezeki, berfirman, karena kualitas-kualitas ini melukiskan perbuatan-Nya, dan mereka itu tidaklah abadi, tidak perlulah Allah melakukan perbuatan-perbuatan ini sejak azali. Alasan perbedaan ini adalah jelas. Perbuatan-perbuatan membutuhkan objek. Misalnya, bila kita katakan Allah memberi rezeki sejak awal, maka kita harus mengetahui eksistensi objek yang diberi rezeki sejak awal. Dalam madah lain, kita harus mengkaui bahwa dunia itu ada sejak azali (sebagaiman Tuhan - pen). Padahal itu semua bertolak belakang dengan keyakinan bahwa tidak ada sesuatupun selain Tuhan yang Abadi."2

Nyatalah bahwa para ulama Sunni tidak punya pandangan bening ihwal perbedaan ini sehingga mereka mengatakan bahwa semua sifat-sifat-Nya itu abadi. Ini lah alasan sesungguhnya dari kayakinan mereka bahwa Quran, sebagai kalam (firman) Allah, adalah abadi dan tidak tercipta (makhluk). Karena mereka mengatakan bahwa Dia Mutakallim (berbicara) sejak azali.

Golongan Hanbaliyyah (dinisbatkan kepada Ahmad bin Hanbal) sedemikian jauh mengatakan bahwa, " Bukan kata-kata dan makna-makna dari Quran itu abadi, sehingga bacaan sekalipun tidak tercipta, namun kertas dan jilidnyapun memiliki kualitas-kualitas yang sama." Dalam Naskah Abu Hanifah suatu pandangan yang lebih moderat diungkapkan, "Kita mengetahui Quran adalah kalam Allah, tidak tercipta, ilham-Nya, dan wahyu, bukan Dia, melainkan kualitas nyata-Nya, tertulis dalam salinan-salinan, diucapkan dengan lidah. (sementara) tinta, kertas, tulisannya adalah diciptakan (makhluk), karena mereka adalah karya manusia."3

Akan tetapi karena Syi'ah membedakan antara kualitas-kualitas personnya dan perbuatan-perbuatan-Nya, mereka mengatakan,"Keyakinan kami tentang Quran adalah bahwa ia merupakan ucapan Tuhan, dan wahyu-Nya dikirimkan oleh-Nya, dan firman-Nya dan kitab-Nya… Dan bahwa Allah adalah Penciptanya, Pengirimnya, dan Penjaganya …"4

Di antara kaum Sunni, telah terjadi perdebatan hebat ihwal topik ini antara golongan Mu'tazilah dan Asu'ariyyah. Di sini hal tersebut tidak perlu dipaparkan lagi.
Sebagian mengklaim bahwa segala sesuatu yang diciptakan mempunyai kekurangan dalamnya dan karena itu Quran pastilah abadi karena ia tanpa kekurangan. Argumen tersebut tidak berdasarkan karena kita kaum Muslimin percaya bahwa malaikat, sekalipun diciptakan, adalah suci dari kekurangan. Jika tidak, bagaimana bisa mempercayai Jibril ketika ia membawa Quran kepada Nabi? Bagaimana bisa anda mempercayai Nabi sendiri? Apakah Allah tidak mempercayai makhluk yang suci? Karena itu, kita percaya bahwa Quran juga semua benda lainnya di alam semesta adalah diciptakan. Tidak ada sesuatu pun yang abadi kecuali Allah. Ada sebuah hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa,"(Zaman ketika) Allah ada, dan tidak ada sesuatu pun selain Dia."


Fungsi Akal dalam Agama

Ini merupakan salah satu perbedaan paling antara Sunni di satu sisi, dan kaum Syi'ah di lain pihak. Kami harus menggunakan kata 'Asy'ariyyah', sebagai ganti Sunni, karena sebagian besar Sunni dewasa ini adalah (berpahamkan teologi) Asy'ariyyah; Mu'tazillah telah lama musnah, meskipun sebagian dari para ulama besar di zaman ini, seperti Amir Ali, adalah Mu'tazilah.

Nah, kaum Syi'ah mengatakan bahwa terlepas dari perintah-perintah keagamaan (syariat), ada kebaikan ataupun keburukan nyata (rasional) dalam berbagai rangkaian tindakan. Sesuatu dikatakan baik karena Allah memrintahkannya dan disebut buruk karena Dia melarangnya. Para ulama Sunni mengingkari konsepsi ini. Mereka mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang baik dan buruk dalam dirinya sendiri. (Sementara Syi'ah berpendapat) apa yang Allah perintahkan kepada kita adalah baik dan apa yang telah larang Allah kepada kita adalah buruk. Jika sesuatu yang dilarang Allah itu buruk, maka jika Allah membatalkan perintah pertama, dan mebiarkannya, itu akan menjadi baik, setelah sebelumnya buruk. Dalam madah lain, Syi'ah berpandangan bahwa Allah telah melarang kita berkata dusta lantaran ia buruk, sementara Sunni berpendapat bahwa dusta telah menjadi buruk karena Allah melarangnya. Syi'ah mengkaui hubungan sebab-akibat, Sunni mengingkarinya. Mereka mengatakan bahwa tidak ada sebab kecuali Allah. Adalah hanya kebiasaan dari Allah bahwa setiap kali, misalnya, kita minum air Dia melepaskan rasa dahaga kita.

Berpijak pada perbedaan sikap di atas ihwal kedudukan akal dalam agama adalah perbedaan-perbedaan berikut; Syi'ah mengatakan bahwa Allah tidak pernah berbuat tanpa tujuan. Seluruh perbuatan-Nya didasarkan pada hikmah dan tujuan rasional (misalnya, karena tidak terpuji secara rasional bertindak tanpa suatu tujuan). Ulama Sunni di sisi lain, karena pencelaan pada keburukan dan kebaikan rasional, mengatakan bahwa sangatlah mungkin bagi Allah untuk bertindak tanpa tujuan. Itu artinya bahwa, menurut Syi'ah, Tuhan tidak berbuat sesuatu apa pun memiliki keburukan inheren dalamnya. Sunni menolaknya. Syi'ah menyatakan bahwa seluruh perbuatan Allah dimaksudkan demi kebaikan makhluk-makhluk-Nya. Pasalnya Dia sendiri tidak membutuhkan (kebaikan-kebaikan bagi makhluk-makhluk-Nya. Pasalnya Dia sendiri tidak membutuhkan (kebaikan itu), dan andaikata perbuatan-perbuatan-Nya hampa dari kebaikan-kebaikan bagi makhluk-Nya juga, niscaya perbuatan tersebut sia-sia belaka, yang secara rasional tercela. Sunni menyangkalnya lantaran pendirian mereka perihal kebaikan atau keburukan rasional.


Anugerah (Luthf atau Tafadhadhul)

Berdasarkan perbedaan-perbedaan di atas ada perbedaan perihal sikap mereka terhadap anugerah Allah. Syi'ah mengatakan bahwa anugerah secara moral diwajibkan kepada Allah. Mereka menyatakan bahwa anugerah Allah yang akan membantu membawa makhluk-makhluk-Nya lebih dekat kepada ketaatan dan pengabdian kepada-Nya dan memudahkan perbaikan moral mereka (yang) secara moral diwajibkan kepada-Nya. Allah telah memerintahkan kita untuk berlaku adil, sementara Dia sendiri memperlakukan kita dengan sesuatu yang lebih baik, yakni anugerah (grace, tafadhdhul). Di sisi lain para ulama Sunni berkata :
Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan tidak wajib bagi Allah Yang Maha Tinggi untuk melakukann sesuatu yang mungkin merupakan yang terbaik bagi makhluk.5


Janji-janji Allah

Berdasarkan kedudukan Syi'ah tentang Keadilan dan Anugerah, mereka mengatakan:

Apa saja yang telah Allah janjikan sebagai ganjaran bagi suatu kerja mulia, Dia akan memenuhinya. Namun apa saja yang telah Dia ancamkan sebagai siksa untuk pekerjaan buruk, hal itu dilambari keputusan-Nya. Apabila Dia melaksanakan siksaan tersebut, hal itu berdasarkan keadilan-Nya. Namun apabila Dia memaafkannya, hal itu menurut anugerah-Nya.

Syi'ah berlawanan dengan aliran Khawarij dan Mu'tazilah di satu sisi dan dengan Asy'ariyyah di sisi lainnya. Khawarij dan Mu'tazilah mengatakan bahwa wajib bagi Allah guna memenuhi ancaman-Nya juga. Dia tidak mempunyai kekuasaan untuk mengampuni.

Asy'ariyyah di pihak lain mengatakan bahwa tidaklah wajib bagi - Nya untuk memenuhi janji-janji ganjaran-Nya sekalipun. Mereka lebih jauh mengatakan,"Bahkan sekiranya Allah ingin memasukkan para nabi ke dalam neraka, dan setan masuk surga itu berlawanan dengan nilai kebajikan, karena tidak ada keburukan inheren dalam setiap perbuatan.


Mengapa Beriman Kepada Allah

Syi'ah berpendapat bahwa manusia diperintahkan oleh nalarnya untuk mengenal Allah dan menaati segala perintah-Nya. Dengan kata lain, kebutuhan akan agama dibuktikan, pertama-tama dengan akal. Ulama Sunni menyatakan, adalah penting mengimani Allah, namun tidak berdasarkan akal. Hal ini penting karena Allah telah memerintahkan kita untuk mengenali-Nya. Menurut persepektif Syi'ah, corak pembuktian ini menciptakan daur yang tidak berujung. Imanilah Allah! Mengapa? Karena Allah telah memerintahkanya. Padahal kita tidak tahu siapakah Allah itu. Mengapa kita harus menaati-Nya?


Batasan Hukum

Syi' mengatakan: Allah tidak bisa menurunkan kepada kita sebuah di luar kekuatan kita, karena itu secara rasional (la yukalliffullahu nafsan illa wus'aha). Sejumlah ulama Sunni tidak menyepakatinya.


Perbuatan-perbuatan Kita:Takdir

Apakah perbuatan-perbuatan kita benar-benar milik kita? Ataukah sekadar suatu alat di tangan Allah? Ulama Syi'ah berpendapat, "Takdir artinya bahwa Allah memiliki pengetahuan sebelumnya atas perbuatan manusia, namun Dia tidak memaksa siapapun untuk bertindak dalam cara tertentu."7

Kutipan diatas memberikan bukti atas fakta bahwa menurut Syi'ah, manusia mempunyai pilihan entah menaati peraturan-peraturan Allah, ataukah durhaka. Untuk menjabarkannya, disini harus menjelaskan bahawa kondisi atau perbuatan manusia ada dua jenis; 1) Perbuatan-perbuatan yang tentangnya ia bisa dinasehati, diperintah, dipuji atau dicela. Perbuatan-perbuatan tersebut dalam kekuasaannya dan tergantung pada kehendaknya; 2) Kondisi-kondisi yang tentangnya ia tidak bisa dipuji ataupun dicela, seperti kehidupan, lain-lain. Kondisi-kondisi tersebut berada diluar wilayah kehendak atau kekuasaannya.

Umpamanya, kita menasehati seorang pasien untuk berkonsultasi kedokter ini atau itu dan tetap berada di bawah perawatannya. Namun kita tidak dapat menasehatinya menjadi sembuh. Mengapa perbedaan ini? Karena mendapatkan perawatan di bawah kekuasaannya, namun mendapatkan kesembuhan bukanlah kekuasaannya. Ini merupakan sesuatu yang datang dari Allah.

Kebebasan bertindak merupakan karunia dari Allah. Dia telah memberi kita kekuatan, kebebasan, kekuasaan, anggota tubuh, hikmah, dan segala sesuatu yang denganya kita melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, kita tidak terlepas dari Allah, karena kebebasan kita tidak hanya diberikan melainkan disiapkan oleh-Nya.

Akan tetapin seluruh perbuatan kita tidak dipaksakan oleh Allah, karena Dia, setelah Dia menunjikan kepada kita jalan yang benar dan jalan yang salah, dan setelah dorongannya kepada kita untuk berbuat benar, telah membiarkan kita kepada karsa bebas kita sendiri. Jika kita tersesat, itu merupakan pilihan kita sendiri.

Syekh Shaduq menyatakan :

Keyakinan kita dalam hal ini adalah apa yang diajarkan oleh Imam Ja'far Shadiq, "Tidak ada paksaan (oleh Allah) dan tidak ada pelimpahan kekuasaan (dari Allah). Namun satu kondisi di antara dua kondisi." Kemudian Imam bertanya,"Apakah itu?" Beliau menjawab,"Anggaplah engakau melihat seseorang berniat untuk melakukan sebuah dosa, dan engkau melarangnya. Akan tetapi ia tidak mendengarkanmu. Lalu engkau meninggalkannya dan ia melakukan dosa tersebut. Kini ketika ia tidak memperhatikanmu dan engkau meninggalkannya, tak seorangpun bisa mengatakannya berbuat dosa."8

Dalam madah lain, kita percaya bahwa Allah telah memberikan kita kekuatan dan kehendak , lalu membiarkan kita bebas melakukan apa yang kita suka. Di saat yang sama, Dia telah mengajari kita melalui para nabi, apa yang benar dan apa yang salah. Sekarang, karena Dia Maha Berilmu, Dia mengetahui apakah yang akan menjadi perbuatan-perbuatan kita di masa-masa yang berbeda dari kehidupan kita. Namun pengetahuan ini tidak menjadikan Dia bertanggung jawab atas tindakan-tindakan kita lebih dari seorang meteorlog yang bisa bertanggung jawab atas topan dan badai, jika ramalannya terbukti benar. Ramalan yang benar adalah hasilnya, bukan sebab dari peristiwa yang menjelang. Para ulama Sunni di sisi lain mengatakan bahwa Allah adalah Pencipta semua perbuatan kita:

Tak satu perbuatan pun dari seorang individu, meskipun dilakukan secara murni demi kepentingannya terlepas dari kehendak Allah bagi keberadaannya, dan tidak terjadi baik dalam tataran dunia fisik ataupun ruhani kedipan mata, lintasan pikiran, ataupun pandangan tiba-tiba, kecuali karena perintah Allah … dari kekuasaan, kehendak, dan rasa-Nya. Ini mencakup baik dan buruk, manfaat dan mudarat, keberhasilan dan kegagalan, dosa dan kebajikan, ketaatan dan kedurhakaan, serta kemusyrikan dan keimanan.9


Melihat Allah

Syi'ah mengatakan bahwa Allah tidak punya tubuh. Maka tidak dapat dilihat. Jika Sunni mengatakan bahwa Dia bisa dilihat, mereka harus mengkaui bahwa Dia memiliki tubuh. Jika tidak, bagaimana bisa dilihat?

Seorang saudara Sunni menulis, jawabannya sangat sederhana; Quran membicarakan akhirat sebagai suatu jenis lain dari alam semesta yang berjalan dengan cara yang berbeda. Jika anda bisa memahami ayat di bawah ini, anda pun akan mampu memahami 'tangan' Allah (Maha Suci Allah dari apa yang mereka nisbatkan kepada-Nya). Karena sesungguhnya bukanlah mata yang menjadi buta, melainkan hatinya, yang berada dalam dada, yang menjadi buta (QS. Al-Hajj : 46).

Kami menjawab : Ayat-ayat Quran yang anda kutipan tidak berkaitan apapun dengan pertanyaan kami. Memang alam akhirat mempunyai hukum yang berbeda, namun hal itu tidak mengubah jati diri Allah. Jika anda ingin melihat Allah, anda akan melihat seluruh Allah (artinya mata anda akan menangkap Allah secara keseluruhan) yang artinya anda telah membatasi Allah, atau anda akan melihat sebagian Allah (yakni mata anda telah menangkap sebagian dari-Nya) yang artinya anda telah membagi-bagi Allah.

Kedua hal tadi berlawanan dengan akidah Islam bahwa Allah Yang Maha Mulia tidak terbatas dan tidak mempunyai bagian atau organ lain. Lagi pula keyakinan anda dalam melihat Allah bertolak belakang dengan teks Quran yang jelas yang dalamnya Allah berfirman, Pandangan tidak mampu menangkap-Nya.(QS. Al-An'am : 103). Ayat tersebut tidak mengecualikan akhirat dari aturan ini, oleh sebab itu berlaku di mana-mana.

Tak syak lagi bahwa Ulama Sunni percaya bahwa Allah bisa dilihat (setidaknya di akhirat). Guna membuktikan bahwa secara logika itu salah, kami menggunakan argumen sebaliknya (kontra argument). Yakni, jika Sunni percaya bahwa Allah bisa dilihat, maka mereka harus mengkaui bahwa Allah mempunyai tubuh. Mereka harus mengkaui bahwa Dia itu terbatas atau Dia memiliki bagian-bagian dan organ-organ tubuh.

Syi'ah percaya bahwa Allah tidak mempunyai tubuh. Demikian pula Dia tidak bisa dilihat di mana pun. Dia tidak mempunyai bagian, ataupun organ tubuh. Dia tidak terbatas.

Saudara kita Sunni mungkin bertanya: Apakah itu pilihan pribadi anda ataukah suatu bagian dari ajaran Syi'ah sehingga pertimbangan logika dikesampingkan? Sebagaimana anda lihat, ketika anda terlalu banyak menggunakan logika, anda mungkin menyesatkan manusia.

Kami menjawab: Tepatnya, anda tengah menunjuk pada salah satu perbedaan terpenting di antara mazhab Sunni dan Syi'ah. Seperti disebutkan dalam artikel 'Perbedaan Pokok …' posisi akal dalam agama merupakan salah satu masalah paling penting yang membedakan Syi'ah dari Sunni. Menurut ajaran kami, semua kepercayaan dasar (ushuluddin) harus dipahami dengan kemampuan rasional seseorang. Kita tidak mampu mengikuti apa perkataan para ulama kita seputar kepercayaan-kepercayaan dasar kecuali jika minta kita mengetahui mereka sebagai benar dan rasional. Kepercayaan dasar ini mencakup keimanan pada Allah, mengimani keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, mengimani keharusan pengutusan para nabi dan pengganti-pengganti mereka (iman), mengimani kemestian keadilan dan kasih sayang (Lutf) Allah dan seterusnya.

Untuk kepercayaan-kepercayaan dasar tersebut peniruan apapun (taklid) tidak diakui oleh Allah SWT. Artinya, seseorang dalam mengimani Tuhan tidak diperbolehkan bertaklid kepada siapapun. Ia harus mempelajarinya dan membuktikannya sendiri tentang eksistensi Tuhan meski dengan dalil sederhana. Bagi seseorang yang meniru ibu dan ayahnya dan para ulama tentang jenis masalah ini, identitasnya sebagai Muslim dipertanyakan. Sudah barang tentu, setiap orang bertanggung jawab terhadap masalah ini sejauh menurut kemampuan berpikir dan menalarnya. Bukti-bukti ini perlu lebih canggih bagi seseorang yang mempunyai kemampuan lebih dari berpikir logis.

Ketika kepercayaan-kepercayaan dasar dibuktikan oleh minda, maka orang itu bisa mengikuti perintah-perintah Allah lainnya tanpa mempersoalkannya, lantaran semua itu tidak termasuk kepercayaan-kepercayaan dasar tersebut. Kita tidak perlu bertanya tentang mengapa shalat fajar itu dua rakaat, mengapa kita harus melakukan wudhu sebelum shalat, mengapa kita harus puasa Ramadhan. Kita hanya mengikuti apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan kepada kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut tanpa bertanya mengapa.

Maka kami kira sekarang jelaslah mengapa kita perlu menggunakan logika untuk kepercayaan-kepercayaan dasar tersebut. Inilah perbedaan antara manusia dengan binatang, bahwa manusia dapat berpikir, dan kita harus menggunakan kemampuan ini. Jika tidak, kita tidak jauh beda dari binatang. Dalam ratusan tempat dalam ayat Quran, Allah mengajak kita untuk berpikir dan tidak meniru atau mengikuti orang lain karena kita bisa tersesat.

Dalam Quran Allah berfirman,Mereka menjawab,"Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakan."Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk.(QS. Al-Maidah : 104)

Allah juga berfirman,

Sesungguhnya binatang (mahkluk) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang-orang yang peka dan bisu yang tidak mengerti apa-apa. (QS. Al-Anfal : 22)

Juga,

Dan mereka berkata (dalam neraka,"Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Al-Mulk : 10)

Demikianlah, Allah mendorong kita untuk berpikir ketimbang mengikuti secara buta. Sekarang, tema melihat Allah juga merupakan salah satu perkara yang anda seharusnya tidak ragu-ragu untuk bertanya kepada para ulama anda mengapa.

Saudara Sunni bertanya: Adakah jenis pengajaran lain dimana umat manusia harus memiliki batasan-batasan yang sama diakhirat? Jawaban-jawaban anda dalam beberapa konteks menyarankan bahwa para penghuni surga berfungsi sebagaimana mereka digunakan di dunia ini.

Kami menjawab: Kami tidak pernah berkata demikian. Kami membenarkan bahwa ada hukum-hukum lanjutan yang mengatur akhirat. Namun pribadi Tuhan akan tetap sama. Hukum-hukum tersebut tidak akan berimpak pada Allah dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman,

.. bagi mereka berita gembira. Sebab itu,sampaikanlah berita kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya! . (QS. Az-Zumar : 17 - 18)


Apakah Allah Mempunyai Jari dan Kaki?

Syi'ah Dua Belas Imam percaya bahwa Allah tidak mempunyai bentuk, tangan fisik, kaki fisik, dan tampilan-tampilan yang bisa dilihat lainnya. Dia tidak berubah bersama dengan waktu, atau tidak menempati tempat fisik manapun. Allah tidak berubah dalam kondisi apapun. Tidak ada bingkai waktu yang mengungkungi-Nya. Dialah yang menciptakan waktu dan tempat-tempat fisik. Ini merupakan landasan-landasan keyakinan yang paling penting dalam mazhab Syi'ah. Bagaimanapun, ada sangat sedikit hadis-hadis shahih (khusunya Bukhari dan Muslim) yang dalamnya diasumsikan bahwa Allah telah memiliki sifat-sifat semacam itu. Karena Syi'ah tahu sesuatu yang keliru dalam hadis, Syi'ah sangat lembut untuk tidak menyatakan mazhab Sunni ini sebagai sesat (atau kafir) sedemikian jauh (lantaran hanya subjek ini, subjek-subjek ini mempunyai tempat tersendiri). Artikel ini relative panjang karena referensi yang kami berikan.

Hanya sejumlah pertanyaan telah menyertai dengan Rujukan-Rujukan ini dan diskusi bagi masa depan.

1) Apakah Allah mempunyai jari jemari? Dalam hadis pertama dan keempat, Nabi Muhammad SAW tersenyum dan membenarkannya (dari sumber-sumber Sunni). Sedangkan dalam hadis kedua dan ketiga, Nabi Muhammad SAW hanya tersenyum, yang dikenal sebagai pembenaran dari Nabi Muhammad SAW terhdap sebuah subjek.

Untuk informasi anda, semua hadis ini dideklarasikan sebagai Israiliyah (yang disusupkan oleh orang Yahudi dalam teologi Islam) dan tertolak karena satu alasan sederhana; semua itu tidak bersesuai logis dengan kitab Allah.10

Diriwayatkan oleh Abdullah:

Seorang Yahudi datang kepada Nabi Muhammad SAW dan berkata,"Wahai Muhammad! Allah akan memegang langit pada satu jari dan gunung pada satu jari, dan pohon-pohon pada satu jari, dan semua makhluk pada satu jari, dan Dia akan mengatakan 'Akulah Raja'!" Mendengar hal itu, Nabi Muhammad SAW tersenyum sampai gigi serinya terlihat dan kemudian membacakan, …' dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.' (QS. Az-Zumar : 67)

Abdullah menambahkan : Rasulullah SAW tersenyum (atas pernyataan Yahudi itu) mengungkapkan keheran dan keyakinannya pada apa yang dikatakan.

Diriwayatkan oleh Abdullah:

Seorang lelaki dari Ahlul Kitab datang kepada Nabi dan berkata, "Wahai Abul Qasim, Allah akan memegang langit dengan satu jari, dan bumi dengan satu jari, dan daratan dengan satu jari, dan semua makhluk dengan satu jari dan akan mengatakan ,'Akulah Raja!Akulah Raja!'" Aku melihat Nabi Muhammad SAW (setelah mendengar itu), tersenyum sampai gigi serinya terlihat. Kemudian beliau membacakan ayat,' Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.' (QS. Az-Zumar : 67)

Diriwayatkan oleh Abdullah:

Seorang Rabbi Yahudi datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Muhammad! Allah akan meletakan langit di atas sati jari dan bumi di atas satu jari, pohon-pohon pada satu jari, dan semua makhluk pada satu jari, dan kemudian berkata seraya menunjuk tangan-Nya,'Akulah Raja!'" Mendengar hal itu Rasulullah SAW tersenyum dan berkata,' Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.' (QS. Az-Zumar : 67)

Diriwayatkan oleh Abdullah:

Sekelompok pendeta Yahudi datang kepada Nabi dan berkata, "Pada hari kiamat, allah akan menempatkan seluruh langit pada satu jari dan bumi pada satu jari, air dan daratan padea satu jari, dan semua penciptaan pada satu jari dan Dia akan mengguncang mereka dan berkata,'Akulah Raja! Akulah Raja!" aku melihat Nabi Muhammad tersenyum sampai gigi serinya terlihat mengungkapkan ketakjuban dan keyakinannya pada apa yang telah dia katakan. Kemudian nabi Muhammad SAW membacakan ayat,' Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya… Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.' (QS. Az-Zumar : 67)

Sufisme hampir ada dalam setiap agama. Baik dalam agama Yahudi, Kristen, mazhab Sunni, ataupun mazhab Syi'ah. Akan tetapi, Syi'ah Dua Belas Imam tidak sepakat dengan teologi ini. Sekalipun sejumlah orang yang berilmu dari mazhab ini telah menerima teologi ini, ia sepenuhnya ditolak.

2 ) Dalam hadis berikut, Allah mengubah bentuk-Nya untuk mebiarkan orang-orang yang mengimani-Nya melihat-Nya dan menerima-Nya sebgai Tuhan yang sejati. Ada sejumlah pertanyaan yang muncul; a) Bagaimana anda mengetahui Tuhan di dunia ini (persis ketika anda tengah membaca artikel ini)? Anggaplah bahwa anda seorang yang beriman dan anda tentunya akan masuk surga. Pertanyaan kami didasarkan pada hadis ini, anda tahu bentuk Allah di dunia ini.

Anda tidak akan mengetahui Allah ketika anda melihat-Nya pertama kali dan anda akan mengatakan kepada kami bagaimana Tuhanmu?; b) Apakah Tuhan bisa dilihat sebagaimana bisa dilihatnya bulan dan matahari?; c) Apakah Allah mengubah bentuk-Nya agar sesuai dengan definisi anda di hari lain?; d) Mengapa Allah datang dan pergi dan kemudian kembali. Pertanyaan kami adalah mengapa waktu mengantarkan-Nya pada hari lain? (Cukuplah sampai di sini. Lihatlah komentar kami pada hadis kedua).

Shahih al-Bukhari, jilid 9, hal. 390, bagian (A): 9532A;11 diriwayatakan dari Atha bin Yazid Laitsi bahwa berdasarkan otoritas dari Abu Hurairah:

Orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah kami melihat Tuhan kami pada hari kebangkitan?" Nabi Muhammad SAW menjawab," Apakah kalian mempunyai kesulitan dalam melihat bulan di malam bulan purnama?" Mereka berkata,"Tidak, wahai Rasulullah."Beliau berkata."Apakah engkau mempunyai kesulitan melihat matahari ketika tidaki ada awan?" Mereka berkata,"Tidak, wahai Rasulullah." Beliau bersabda,"Maka kalian akan melihat-Nya, seperti itu. Allah akan mengumpulkan seluruh manusia pada hari kiamat dan berkata,'Barangsiapa menyembah sesuatu (di dunia) akan mengikuti (sesuatu itu), maka barangsiapa yang menyembah bulan akan mengikuti bulan, dan barangsiapa biasa menyembah tuhan-tuhan (tuhan palsu) tentu lainnya, ia akan mengikuti tuhan-tuhan palsu tersebut.' Dan hanya akan ada tersisa umat ini dengan manusia-manusia baiknya (atau kaum munafiknya)."

"Allah akan datang kepada mereka dan berkata.'Akulah Tuhanmu!' Mereka akan (menolak-Nya dan) berkata,"Kami akan tetap di sini sampai Tuhan kami datang, karena ketika Tuhan kami datang, kami akan mengenali-Nya."Maka Allah akan mendatangi mereka dengan tampilan-Nya yang mereka kenali, dan berkata, 'Akulah Tuhanmu!' Mereka akan berkata,'Engkaulah Tuhan kami.' Maka mereka akan mengikuti-Nya.

"Maka sebuah jembatan akan terletak melintang menuju neraka. Aku dan para pengikutku akan menjadi orang pertama yang melintasinya dan tak seorangpun akan berbicara pada hari itu selain para rasul. Dan doa para rasul pada hari itu adalah,'Wahai Allah, selmatkanlah! Selamatkanlah!' Di neraka (atau di atas jembatan) terdapat tonjolan seperti duri-duri as-Sa'dan (tanaman berduri). Sudahkah kalian melihat as-Sa'dan? (Mereka menjawab, "Sudah wahai Rasulullah!" Rasulullah bersabda). Begitulah, tonjolan-tonjolan seperti itu duri-duri as-Sa'dan. Namun tak seorangpun yang mengetahui betapa besarnya mereka kecuali Allah. Tonjolan-tonjolan itu akan mematahkan manusia sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka. Sejumlah orang akan tinggal di neraka (dihancurkan) karena perbuatan-perbuatan (buruk) mereka sendiri, dan sebagian akan dipotong dan dirobek-robek oleh tonjolan-tonjolan (dan masuk ke dalam neraka) dan sebagian akan dihukum dan dibebaskan. Ketika Allah telah menyelesaikan hukuman-Nya kepada manusia, Dia akan mengelurkan siapapun yang dia kehendaki melalui rahmat-Nya. Dia akan memerintahkan para malaikat untuk mengeluarkan semua orang dari neraka yang selalu beribadah kepada Allah bukan selain-Nya di antara orang-orang yang membenarkan (di dunia) bahwa tak seorangpun berhak disembah selain Allah. Para malaikat akan mengenali mereka di neraka dengan tanda bekas sujud, karena neraka akan melalap habis seluruh tubuh manusia kecuali tanda yang disebabkan oleh sujud karena Allah telah melarang neraka untuk melalap habis tanda bekas sujud. Mereka akan tampak keluar dari neraka, sepenuhnya terbakar, dan kemudian air kehidupan akan dicurahkan kepada mereka dan mereka akan tumbuh sebagai benih tumbuhan yang muncul dalam lumpur yang deras.

"Kemudian Allah akan menyelesaikan hukuman di tengah-tengah manusia dan tinggal satu orang yang menghadap neraka dan ia adalah terakhir di antara penghuni neraka yang masuk surga. Dia akan berkata,'Wahai Tuhanku, palingkan wajahku dari api karena udaranya telah menyakitiku dan panasnya yang sangat telah membakariku!' Maka dia akan memohon kepada Allah sebagaimana Allah kehendaki menginginkan berdoa, dan kemudian Allah akan berkata kepadanya,'Jika aku memberimu itu, akankah engkau meminta sesuatu yang lain?' Dia akan menjawab,'Tidak, demi kekuatan-Mu (kemuliaan-Mu) aku tidak akan meminta sesuatu yang lain kepada-Mu.'Dia akan memberikan kepada Tuhannya apapun janji dan kesepakatan yang Allah akan tawarkan. Maka Allah akan malingkan wajahnya dari api neraka. Ketika ia akan menghadap surga dan akan melihatnya, ia akan tetap diam selama Allah menghendakinya untuk tetap diam, maka ia akan berkata,'Wahai Tuhanku, dekatkanlah aku ke pintu surga.'Allah akan berkata kepadanya,'Tidakkah engkau memberikan janji-janjimu bahwasanya engkau tidak akan pernah meminta sesuatu yang telah lebih dari apa yang telah kau berikan? Celakalah engkau, wahai putra Adam, alangkah liciknya engkau!' Ia akan berkata,'Wahai Tuhanku,' dan akan terus memohon kepada Allah sampai Dia berkata kepadanya, 'Jika Aku memberimu apa yang kau minta, apakah engkau akan meminta sesuatu yang lain?'Dia akan menjawab, 'Tidak, demi kekuatan (kemualiaan)-Mu, aku tidak akan meminta sesuatu yang lain."

"Maka ia akan memberikan janjinya kepada Allah dan kemudian Allah akan mendekatkannya ke pintu surga. Ketika ia berdiri di depan pintu surga, surga akan terbuka lebar di depannya, dan dia akan menyaksikan keagungan dan kesenangan dimana ia akan tetap diam selama Allah akan menghendakinya untuk tetap diam, dan lalu ia akan berkata,'Wahai Tuhanku, izinkanlah aku kedalam surga!' Allah akan berkata,Bukankah engkau berjanji bahwa engkau tidak akan meminta sesuatu yang lain lebih dari apa yang engkau janjikan?'Allah akan berkata,'Celakalah engkau, wahai putra Adam! Betapa liciknya engkau!' Orang itu akan berkata,'Wahai Tuhanku, janganlah engkau jadikan aku sebagai sengsara-sengsaranya makhluk-Mu!' Dan ia akan terus memohon kepada Allah hingga Allah akan tertawa karenya, Dia akan berkata,'Masukilah surga!' Dan ketika ia akan memasukinya, Allah akan berkata kepadanya, 'Harapkanlah sesuatu!' Maka ia akan meminta kepada Tuhannya, dan ia akan meminta banyak hal, karena Allah sendiri akan mengingatkannya untuk meminta hal-hal tertentu dengan ucapan dengan mengatakan, '(Mintalah) wahai fulan!' Ketika tidak ada lagi yang diminta, Allah akan mengatakan, 'Ini untukmu, dan pasangannya (adalah untukmu) juga."'

Atha bin Yazid menambahkan: Abu Sa'id Khudri yang sedang bersama Abu Hurairah tidak menolak apapun yang dikatakan oleh yang ke dua, namun ketika Abu Hurairah mengatakan bahwa Allah telah mengatakan, "Ini untukmu dan pasangannya juga," Abu Sa'id Khudri berkata, "Dan sepuluh kali lipat, wahai Abu Hurairah!" Abu Hurairah berkata, 'Aku tidak ingat, selain dengan mengatakan, 'Itu untukmu dan pasangannya juga."' Abu Sa'id Khudri kemudian berkata, 'Aku bersaksi bahwa aku ingat akan perkataan Nabi, 'Itu untukmu, dan sebanyak sepuluh kali."' Abu Hurairah kemudian menambahkan, "Orang itu adalah orang terakhir penduduk surga yang masuk surga."

Dalam hadis berikut yang sangat mirip dengan hadis yang disebutkan di atas, Allah mempunyai suatu tanda khusus pada kaki (atau betisnya). Sudikah anda mengatakan kepada kami apabila anda telah melihal tanda seperti itu, apakah tanda ini dan bagaimana orang-orang Syi'ah sesat bisa melihal tanda ini sehingga mereka bisa mengenali Tuhan mereka juga? Diriwayatkan oleh Abu Sa'id Khudri:

Kami berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah kami akan melihal Tuhan kami di hari kebangkitan?" Beliau menjawab, "Apakah engkau punya kesulitan dalam melihal matahari dan bulan ketika langit cerah?" Kami menjawab, "Tidak." Beliau menjawab, "Engkau tidak akan memiliki kesulitan dalam melihal Tuhanmu pada hari itu sebagaimana engkau tak punya kesulitan dalam melihal matahari dan bulan (di langit yang cerah)." Nabi Muhammad SAW kemudian berkata, "Seseorang kemudian akan berkata, 'Hendaknya setiap kaum mengikuti apa yang mereka sembah."' Maka para sahabat berduyun-duyun akan bersama rombongan mereka, dan para penyembah berhala (akan pergi) bersama sembahan-sembahan mereka, dan para sahabat setiap Tuhan (tuhan-tuhan palsu) akan pergi bersama tuhan. mereka, sampai hanya tersisa mereka yang biasa menyembah Allah, baik mereka yang taat maupun durhaka, dan sebagian dari Ahlul Kitab.

Kemudian neraka akan dihadirkan kepada mereka seolah-olah ada sebuah bayangan. Kemudian akan dikatakan kepada kaum Yahudi, Apa yang biasa kau sembah?' Mereka berkata, 'Kami biasa menyembah Uzair, putra Allah.' Dikatakan kepada mereka, 'Kalian adalah para pendusta, karena Allah tidak punya seorang istri atau pun anak. Apa yang kalian inginkan (sekarang)?' Mereka akan menjawab, 'Kami ingin Engkau menyediakan kami dengan air.' Maka akan dikatakan kepada mereka, 'Minumlah!' Dan mereka akan dimasukkan ke dalam neraka sebagai gantinya.

Kemudian akan dikatakan kepada kaum Kristen, 'Apa yang biasa kalian sembah?' Mereka akan menjawab, 'Kami biasa menyembah al-Masih, putra Allah.' Dikatakan kepada mereka, 'Kalian adalah para pendusta, karena Allah tidak memiliki seorang istri atau pun anak. Apa yang kalian inginkan (sekarang)?' Mereka akan mengatakan, 'Kami ingin Engkau menyediakan kami air.' Dikatakan kepada mereka, `Minumlah!' Dan mereka akan masuk ke dalam neraka (sebagai gantinya). Ketika hanya tinggal orang-orang yang menyembah Allah (saja), baik mereka yang taat maupun yang durhaka, Apa yang menahan Anda di sini ketika semua orang telah pergi?' Mereka akan berkata, 'Kami berpisah dengan mereka (di dunia) ketika kami sangat membutuhkan mereka ketimbang kami hari ini, kami mendengar seruan dari orang yang menyatakan, 'Biarkanlah setiap kaum mengikuti apa yang biasa mereka sembah,' dan kini kami tengah menantikan Tuhan kami.' Maka Yang Mahakuasa akan datang kepada mereka dalam satu bentuk lain dari apa yang mereka lihal pertama kali, dan Dia akan berkata kepada mereka, Akulah Tuhanmu!' Dan mereka akan mengatakan, 'Engkaulah bukan Tuhan kami.' Dan tak seorang pun yang berbicara kepada-Nya, selain para nabi, dan kemudian akan dikatakan kepada mereka, 'Apakah kalian mengetahui tanda-tanda yang dengannya kalian bisa mengenali-Nya?'

Mereka akan berkata, 'Betis!' Dan kemudian Allah akan menyingkapkan betis-Nya dimana setiap orang yang bersujud kepada-Nya dan akan tersisa dari mereka orang-orang yang bersujud hanya untuk pamer dan untuk mendapatkan nama baik. Orang-orang ini akan mencoba untuk bersujud namun punggung mereka begitu kaku seperti sebatang kayu (dan mereka tidak akan mampu untuk bersujud). Kemudian jembatan akan melintasi neraka. (Kami para sahabat Nabi berkata, 'Wahai Rasulullah! Apakah jembatan itu?') Beliau menjawab, 'Itu adalah (jembatan) licin yang di atasnya ada penjepit dan, (tonjolan ) seperti biji yang berduri yang luas di satu sisi dan sempit di sisi lain dan mempunyai duri-duri dengan ujung-ujung bengkok. Biji berduri seperti itu ditemukan di Najd dan disebut as-Sa'dan. Sebagian orang beriman akan melintasi jembatan itu secepat kedipan mata, sebagian lain secepat kilat, angin yang kuat, kuda-kuda atau unta-unta betina yang kencang. Juga sebagian akan selamat tanpa gangguan apapun. Sebagian akan selamat setelah menerima sejumlah goresan, dan sebagian akan jatuh masuk ke dalam api neraka. Orang terakhir akan menyeberang dengan diseret (di atas jembatan). Kalian (Muslim) tidak bisa lebih menekan dalam mengklaim dariku suatu hak yang secara jelas telah dibuktikan sebagai milikmu ketimbang orang-orang beriman dalam memberikan syafaat Yang Maha Kuasa bagi saudara-saudara (Muslim) mereka pada hari itu, ketika mereka melihal diri mereka sendiri selamat.

Mereka akan mengatakan, 'Ya Allah, (selamatkanlah) saudara-saudara kami (karena mereka) biasa berdoa dengan kami, berpuasa dengan kami, dan berbuat kami dengan kami!' Allah akan berfirman,'Pergi dan keluarkanlah (dari neraka) siapa saja yang halinya engkau temukan keimanan yang setara bobotnya dengan satu koin (emas) dinar!' Allah akan melarang neraka membakar wajah-wajah para pendosa tersebut. Mereka akan pergi bersama para pendosa dan menemukan sebagian dari mereka di neraka sampai kaki mereka, dan sebagian dari mereka hingga ke pertengahan kaki-kaki mereka. Mereka akan mengeluarkan orang-orang yang mereka akan kenali dan kemudian mereka akan kembali, dan Allah akan berkata kepada mereka, 'Pergilah dan keluarkanlah (dari neraka) siapa saja yang di halinya engkau temukan keimanan yang bobotnya satu setengah dinar!' Mereka akan mengeluarkan orang-orang yang mereka kenali dan kembali lagi. Kemudian Allah akan berkata,'Pergi dan keluarkanlah (dari neraka) siapa saja yang di halinya engkau temukan keimanan yang setara dengan atom (atau seekor semut terkecil)! Dan mereka pun akan mengeluarkan orang-orang yang mereka kenali.' Abu Sa'id berkata, 'Jika engkau tidak mempercayaiku, maka bacalah ayat suci,

Sesungguhnya Allah tiada melakukan kezaliman walaupun sebesar atom dan jika ada perbuatan baik maka Dia melipatgandakannya dan memberikan pahala menurut yang dikehendakinya
(QS. an=Nisa : 40)!"

(Nabi Muhammad SAW menambahkan), "Maka para nabi dan malaikat dan orang-orang beriman akan memberi syafaat, dan (terakhir dari semuanya) Allah Yang Maha kuasa akan berkata,'Kini tinggal syafaat-Ku.' Kemudian Dia akan menahan segenggam api yang darinya Dia akan mengeluarkan sejumlah orang yang tubuh-tubuhnya telah terbakar, dan mereka akan dilemparkan ke dalam sungai di pintu masuk surga, yang bernama air kehidupan.

Mereka akan tumbuh pada tepi-tepinya, seperti sebulir benih yang dibawa oleh arus deras. Kalian telah melihal bagaimana ia tumbuh di samping batu karang atau di samping pohon, dan bagaimana sisi yang menghadap matahari biasanya berwarna hijau, sementara sisi yang menghadap bayangan berwarna putih. Orang-orang tersebut akan keluar (dari Sungai Kehidupan) seperti mutiara-mutiara, dan mereka akan menjadi kalung emas. Kemudian mereka akan memasuki surga sementara penghuni surga akan berkata, 'Inilah orang-orang yang dibebaskan dengan rahmat. Dia telah membiarkan mereka memasuki surga tanpa mereka melakukan perbuatan baik apapun dan tanpa mengirimkan kebaikan apapun (bagi diri mereka sendiri).' Maka akan dikatakan kepada mereka, 'Untuk kalian adalah apa yang telah kalian lihal dan sejenisnya juga."'

Hadis-hadis berikut juga diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, 9529, bahwa diriwayatkan oleh Jarir:

Kami tengah duduk-duduk bersama Nabi dan beliau memandang bulan di malam bulan pumama dan berkata, "Kalian, manusia, akan melihal Tuhan kalian sebagaimana kalian melihal bulan purnama ini, dan niscaya kalian tidak menemukan kesulitan dalam melihal-Nya, maka jika kalian bisa menghindari ketinggalan (melalui tidur atau bisnis dan seterusnya) shalat sebelum fajar dan shalat sebelum (Ashr) kalian harus berbuat demikian!"'12

Dalam Shahih al-Bukhari, hadis 9530, diriwayatkan dari Jarir bin Abdillah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata, "Kalian akan melihal Tuhanmu secara pasti dengan matamu sendiri!"

Dalam Shahih al-Bukhari, hadis 9531, diriwayatkan dari Jarir: Rasulullah SAW hadir di depan kami di malam bulan purnama dan berkata, "Kalian akan melihal Tuhanmu pada hari kiamat sebagaimana engkau melihal ini (bulan purnama) dan niscaya kalian tidak punya kesulitan dalam melihal-Nya!"'13

Dimanakah Tuhan? Dimanakah Manusia?

Jika anda ingat, kita menemukan bahwa Allah mempunyai sejumlah jari, dua betis, yakni betis kiri dan betis kanan, dan tanda khusus pada salah satu kaki-Nya yang hanya diketahui oleh saudara Sunni dan mereka akan mengetahui Allah di hari kiamat menggunakan tanda khusus ini pada betis Allah.

Ketika menyelidiki penciptaan Hawa (wanita) dan Adam (lelaki), kami akhirnya menemukan hal-hal yang lebih tentang Allah Yang Maha Kuasa. Dia lebih kecil daripada salah satu bangunan di kota New York atau malah sebatang pohon. Tinggi-Nya hanya sekitar tiga puluh meter. Menggabungkan tanda-tanda ini dari Yang Maha Kuasa, kami harap lebih dekat lagi dengan Allah Yang Maha Tinggi.

Kami juga mendorong para ilmuwan Islam dan non-Islam untuk meneliti manusia pertama di muka bumi, yakni Adam. Tinggi Adam adalah tiga puluh meter.

Demikian juga, apabila para ilmuwan secara cermat memeriksa tulang-belulang yang tersisa sepanjang sejarah, mereka harus mampu menemukan suatu pola linier bagi tinggi manusia hingga ke ayah mereka. Pasalnya, umat manusia menurun tinggi tubuhnya dari 30 meter hingga 1,7 meter dewasa ini. Kami jamin para ilmuwan bahwa hasil-hasil lain adalah salah, dan mereka harus lebih menyelidiki tentang ini sebelum menyelesaikan penelitian mereka. Umpamanya, apabila mereka menemukan manusia es hampir setinggi manusia sekarang, pasti mereka salah. Semakin tua, semakin tinggi tulang-belulangnya. Semoga Allah membimbing para ilmuwan kita ke jalan yang benar.

Sesungguhnya, kami heran mengapa mereka tidak melakukan riset apapun. Mereka harus menaati hadis-hadis ini dan menurunkan hukum-hukum ilmiah mereka segera. Sekalipun sebuah hadis tidak sama dengan sebuah ayat Quran, apakah kita tidak membayangkan untuk mendengarkan hadis-hadis dan menaati mereka?

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 8246, diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata:

Allah menciptakan Adam dalam citra-Nya, enam puluh cubit (ukuran panjang zaman dulu, kira-kira 30 cm - penerj.) Ketika Dia menciptakannya, Dia berkata (kepadanya),'Pergilah dan salamilah barisan malaikat yang duduk di sana, dan dengarkanlah apa yang mereka akan katakan sebagai jawaban kepadamu, karena itu merupakan salammu dan salam keturunanmu!" Adam (pergi dan berkata) berkata, 'Assalamu 'alaikum (kesejahteraan atas kalian)!' Mereka menjawab, 'Assaldmu 'alaika wa rahmatullahi (kesejahteraan dan rahmat Allah atasmu)!' Begitu mereka tambahkan, 'Wa rahmatullah.' Nabi Muhammad SAW mengimbuhkan, 'Maka barangsiapa yang akan masuk surga, termasuk dari bentuk dan gambaran Adam karena kemudian penciptaan keturunan Adam (yakni postur tinggi manusia berkurang secara tunak /terus menerus) hingga sekarang ini."'

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 4543, diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata:

Allah menciptakan Adam, dengan tinggi tubuhnya sekitar 60 cubit. Ketika Dia menciptakannya, Dia berfirman kepada Adam, 'Pergilah dan salamilah barisan malaikat dan simaklah jawaban mereka, karena ia merupakan salammu dan salam (dari keturunanmu)!' Maka, Adam berkata (kepada para malaikat), 'Assalamu 'alaikum.'Para malaikat menjawab, 'Assalamu 'alaika wa rahmatullahi.' Jadi para malaikat menambahkan ucapan salam Adam dengan ungkapan, 'Wa rahmatullahi: Setiap orang yang akan masuk surga akan menyerupai Adam (dalam penampilan dan postur). Manusia telah mengalami penurunan tinggi badan sejak penciptaan Adam.


Allah Tidak Menyerupai Makhluk-makhluk-Nya

Kemudian anda berkata berdasar riwayat dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata, "Allah menciptakan Adam menurut gambar-Nya, enam puluh cubit (sekitar 30 meter). Ketika Dia menciptakannya, Dia berkata (kepadanya).."

Artikel 'Nya' di sini maksudnya Adam, yang berarti bahwa Allah menciptakan Adam menurut gambar-Nya, yakni Adam bukanlah seorang anak kecil yang kemudian tumbuh menjadi dewasa seperti manusia lain. Ini artinya juga menolak teori Darwinisme: Adam diciptakan menurut gambarnya sendiri (60 cubit...) dan tidak bersumber dari makhluk binatang lainnya.

Dalam hadis, kata yang digunakan sebagai 'gambarnya' adalah 'ala shuratihi.

Kita mafhum bahwa Allah mengetahui rencana-Nya untuk seluruh alam sejak awal dimana umat manusia tidak menyadari rencana tersebut. Rencana tersebut adalah rencana, ia bukan gambaran sesuatu. Saat anda mengatakan bahwa anda memiliki sebuah gambar, itu artinya anda benar-benar ada. Dengan demikian, anda ada, anda punya sebuah gambar. Jadi, gambar merupakan sifat dari sesuatu atau manusia yang ada. Itulah sebabnya selembar foto disebut sebuah 'gambar'. Apabila anda melihat gambar seekor hewan, anda akan mengatakan bahwa hewan tersebut benar-benar ada (sekarang) atau ia benar-benar ada (dulunya). Ketika Allah hendak menciptakan Adam, (sebelumnya) tidak ada Adam. Tidak ada gambar Adam, karena (sebelumnya) tidak ada Adam. Akibat dari penalaran ini, 'Nya' dalam 'gambar-Nya' merujuk pada Allah, dan bukan merujuk pada Adam.

Sebaliknya, sebuah rencana yang tidak diterapkan bagaimanapun tetap sebuah rencana dan tidak pernah dirujuk sebagai gambar. Hadis yang telah dibicarakan sebagai berikut; "Dan Allah menciptakan Adam berdasarkan rencana-Nya," atau "Dan Allah menciptakan dengan ilmuNya," atau "Dan Allah menciptakan Adam dengan kekuasaan-Nya."

Anda tidak pernah bisa menemukan satu hadis pun (sekalipun hadis sampah) yang berbunyi, "Dan Allah menciptakan bumi menurut gambarnya.", atau "Dan Allah menciptakan seekor sapi menurut gambarnya."

Tidak ada satu ayat pun dalam apa yang disebut Injil atau buku hadis dimana Allah telah menciptakan seekor keledai menurut gambamya. Bagaimanapun ada sejumlah hadis di awal Perjanjian Lama seperti "Dan Tuhan menciptakan Adam menurut gambarannya."

Alasannya sederhana, ketika kita membincangkan rencana, ia adalah rencana dan bukan suatu gambar. Anda ragu, tanyalah lima milyar manusia normal dan mereka akan mengatakan kepada anda apa yang mereka pahami dari pernyataan ini!


Cara Allah Memenuhi Neraka

Sebagaimana telah anda ketahui sejak sekarang, Allah mempunyai sosok seperti manusia dengan tinggi 30 meter, dua betis dengan suatu tanda khusus pada salah satu betisnya. Betis ini sangatlah berguna. Suatu waktu ia bisa membungkam neraka. Kami pun penasaran ingin mengetahui berapa banyak anda akan menggunakan kaki anda untuk memadamkan api.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 6372, diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata:

Dikatakan kepada neraka, "Apakah engkau sudah penuh?" Neraka akan mengatakan, "Apakah ada tambahan?" Pada saat itu Allah akan meletakkan kaki-Nya ke dalam neraka, dan neraka akan berkata, "Cukup, cukup!"

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 6373, diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata:

Surga dan neraka saling berdebat. Neraka berkata, "Aku telah diberi hak istimewa untuk menerima orang-orang yang sombong dan para penguasa." Surga berkata, "Apa yang terjadi padaku? Mengapa hanya orang yang lemah dan rendah di antara manusia yang memasukiku?" Pada saat itu Allah berkata kepada surga, "Engkaulah rahmat-Ku yang Aku limpahkan pada siapapun yang Aku kehendaki dari hamba-hamba-Ku." Kemudian Allah berkata kepada neraka,
"Engkaulah (sarana) azab-Ku yang dengannya Aku menyiksa siapapun yang Aku kehendaki dari hamba-hambaKu. Dan masing-masing kalian akan terisi penuh." Adapun neraka ia tidak terisi penuh sampai Allah meletakkan kaki-Nya dalamnya dan kemudian neraka akan berkata, "Qath, qath! (cukup, cukup)." Pada saat itu, neraka akan terisi penuh dan bagian-bagiannya yang berbeda akan saling mendekati, dan Allah tidak akan menyalahkan salah satu makhluk-Nya. Berkaitan dengan surga, Allah menciptakan penciptaan baru untuk mengisi surga.

Demikian pula, neraka ini tidak bisa menahan lingkungan panasnya pada dirinya sendiri. Kami sungguh tidak memahami bagaimana lingkungan semacam itu bisa menciptakan udara dingin juga.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 4482, diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW berkata:

Neraka mengeluhkan kepada Tuhannya dengan mengatakan, "Wahai Tuhanku! bagian-bagianku yang berbeda saling memakan." Maka, Dia membiarkannya untuk menarik napas dua kali, satu di musim dingin, dan satu lagi di musim panas, dan ini merupakan alasan bagi panas yang menyengat dan dingin yang menggigit yang anda temukan (di musim-musim tersebut).' 14


Abu Hurairah atau Paul?

Barangkali anda telah mendengar nama Paulus. Ada seorang Paulus sebagai murid Yesus (Isa). Namun Paulus yang sohor ini bukanlah yang dimaksud. Dialah orang yang (sebagian mengatakan) tidak melihat Yesus sendiri kecuali dalam mimpinya. Dia menentang agama Kristen pada saat-saat tersebut, dan setelah turunnya wahyu dalam sebuah mimpi, ia menjadi seorang Kristen, dan ia menjadi bapaknya orang-orang Kristen sekarang ini. Tak seorang pun menanyakan kepadanya pada saat tersebut; Dimanakah anda putraku ketika Yesus berada di atas salib? Mengapa anda mengklaim bahwa anda bisa mengembangkan, menjelaskan, dan membela sekarang ini yang anda perjuangkan selama beberapa tahun?

Maksud kami adalah: Dia menjadi pilar agama Kristen dan sumber wahyu. Segala sesuatu, kemudian, muncul melaluinya. Beberapa peraturan dan teologi Kristen, semuanya muncul melalui ujaran-ujaran kalimatnya yang tidak termasuk pada agama asli di permulaan. Berapa banyak kalimat, anda pikir, yang menyebabkan orang-orang Kristen menyimpang dari akar-akar sejati mereka?

Ada seseorang yang bernama Abu Hurairah yang sejarahnya akan kami bawakan beberapa saat lagi. Orang ini menceritakan dirinya sendiri seperti ini:
Dalam Shahih al-Bukhari hadis 1113, diriwayatkan oleh Abu Hurairah; "Tidak ada seorang pun di antara para sahabat Nabi yang telah meriwayatkan lebih banyak hadis ketimbang aku kecuali Abdullah bin Amri (Ibnu Ash) yang biasa menuliskan hadis-hadis dan aku tidak pernah melakukan hal yang sama."

Dari keseluruhan Shahih al-Bukhari yang jumlahnya sembilan jilid memuat sekitar 7068 hadis. Dari hadis-hadis ini, sekitar 1100 hadis diriwayatkan dari orang ini. Dalam madah lain, 15.56% dari seluruh hadis dalam Shahih al-Bukhari (sekitar 1/6). (Kami akan memberikan kepada anda sejumlah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam Shahih Muslim).

Sebagaimana yang kami tunjukkan, Abu Hurairah sendiri menentang ilmu. Hadis berikut merupakan hadis lain dimana ia secara jelas meriwayatkan sebuah hadis yang tidak senafas dengan apa yang diriwayatkan oleh Aisyah dan Ummu Salamah. Jika kita menerima bahwa Aisyah dan Ummu Salamah berada dalam rumah Nabi lebih daripada istri-istri lainnya, dengan mudah kita bisa menyaksikan masalah di sini. Hadis ini diterjemahkan oleh penerjemah hanya sampai akhir dari paragraf pertama. Kemudian ia berhenti menerjemahkan. Akan tetapi teks Arabnya masih ada. Sisanya merupakan terjemahan kami sendiri. Apabila anda tidak percaya, kami sarankan anda untuk merujuk teks Arabnya. Sebagai tambahan, kami akan menyampaikan kepada anda sumber-sumber lain untuk penjelasan dan terjemahan yang kami buat.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 3148, diriwayatkan Aisyah dan Ummu Salamah:

Kadang-kadang Rasulullah SAW biasa bangun pagi hari masih dalam keadaan janabah setelah melakukan hubungan seksual dengan istriistrinya. Baru kemudian ia mandi dan berpuasa. Marwan berkata kepada Abdurrahman bin Harits, "Bersumpahlah kepada Allah bahwa dengan (mendengar) ini, Abu Hurairah akan berteriak!" Pada saat itu, Marwan berada di Madinah dan Abu Bakar berkata tidak menyukai hal ini. Kemudian kami berkumpul di Dzi Hulaifah dimana Abu Hurairah memiliki sepetak tanah. Abdurrahman berkata kepada Abu Hurairah, "Aku sedang mengatakan kepadamu hal ini, dan jika Marwan tidak menyuruhku (dengan bersumpah) untuk hal ini, niscaya aku tidak akan menyebutkan hal ini kepadamu." Kemudian ia mulai meriwayatkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah dan Ummu salamah. Ia (Abu Hurairah) berkata, "Fadhl bin Abbas meriwayatkan kepadaku demikian dan ia lebih berilmu." Hammam dan Abdullah bin Umar meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk berbuka puasa, (secara jelas) rantai pertama (dari Aisyah dan Ummu Salamah) lebih terpercaya.'15

Sekali lagi saudara Sunni menyampaikan miskonsepsinya. Dia berargumen bahwa Abu Hurairah tinggal sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW selama beberapa tahun, ia tidak pergi ke pasar (sebagaimana para sahabat lain).

Kami menjawab: Apakah anda tahu berapa lama Abu Hurairah tinggal bersama Nabi Muhammad SAW? Jawabannya didapatkan dalam referensi-referensi Sunni berikut: AI-Milal wa an-Nihal oleh Ibnu Jawziah, dan Sirahi ibn Hisyam. Dikatakan dalamnya, Abu Hurairah menjadi seorang Muslim hanya dua tahun sebelum Nabi Muhammad SAW wafat. Oleh karenanya, bagaimana bisa ia melaporkan sekitar 2000 hadis dalam Shahih al-Bukhari, sementara hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain, atau Fathimah Zahra jumlahnya sangat sedikit? Bagaimana anda menerangkan hal ini? Kami tertarik pada jawaban objektif dan ilmiah anda yang didukung oleh sejumlah Rujukan.'16

Di antara semua sahabat dan orang-orang yang mengunjungi Nabi, hanya sedikit hadis yang diriwayatkan di antara sebagian besar hadis-hadis dalam Shihah. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Sementara hadis-hadis lain menyebutkan bahwa setidaknya 1400 orang menyertai Nabi di Hudaibiyah. Madinah sendiri mempunyai lebih dari 3000 penduduk. Dalam peristiwa Penaklukan Mekkah (fath al-mubin), lebih dari 10.000 orang ikut mendukung. Dalam haji terakhir Nabi, lebih dari jumlah yang sama ada bersama Nabi. Dari semua orang ini, hanya sedikit orang yang telah disebutkan dalam Shihah. Sebagian dari orang ini, seperti Abu Hurairah -baru masuk Islam hanya dua sampai tiga tahun sebelum wafatnya Nabi. Contoh lain, misalnya, Ummul Mukminin Aisyah. Dia meriwayatkan banyak hadis juga. Mari kita lihat berapa umurnya saat itu.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5236, diriwayatkan oleh ayahnya Hisyam bahwa Khadijah meninggal tiga tahun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Beliau tinggal di sana selama lebih kurang dua tahun dan kemudian ia menikahi Aisyah sewaktu ia berusia 6 tahun dan beliau menjalankan pernikahan tersebut ketika Aisyah berusia sembilan tahun.

Sebagian perhitungan sederhana menyatakan bahwa: Pertama, Nabi berhubungan dengan Aisyah satu tahun sebelum hijrah ke Madinah. Pada saat itu, Aisyah berumur enam tahun. (Hadis lain diriwayatkan oleh Aisyah sendiri bahwa ia masih bermain-main dengan boneka pada usia-usia tersebut); Kedua, Nabi menikahinya pada tahun kedua hijrah, ketika Aisyah berusia sembilan tahun; Ketiga, anggaplah bahwa Nabi tinggal hanya sepuluh tahun setelah hijrah, berarti Aisyah hanya hidup selama delapan tahun bersama Nabi dalam usia dewasanya. Satu hal lagi yang harus dicatat bahwa sebagaimana kami akan memberikan referensi-referensi yang tepat, seorang perempuan mudah melupakan perkataan, atau kata-kata mereka sendiri. Ini hal yang alamiah pada diri perempuan. Di samping itu, Aisyah tidak mempunyai suatu watak kemanusiaan yang unggul. Adalah lumrah menduga bahwa ia mungkin telah mengalpakan sejumlah hadis dalam bentuk hakikinya.

Sekarang mari kita lihat beberapa di antaranya. Kami akan memberi anda sejumlah statistik berkenaan dengan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang yang berbeda. Kami tidak mendakwa bilangan-bilangan ini akurat, karena kami tidak menghitung mereka dengan jari.

Satu-satunya orang yang hadis-hadisnya dihitung oleh kami dan secara pribadi adalah Ali bin Abi Thalib dan putra-putranya. Sebagian hadis yang ditulis secara berulang-ulang oleh Bukhari juga dipertimbangkan dalam bilangan-bilangan berikut. Sebagai hasilnya, anda harus mengurangi 100 dari semua sejenak.
Jumlah hadis dalam 9 jilid kitab Bukhari sebanyak 7068 buah, dimana dari riwayat Aisyah sebanyak 1250 (17,68%), Abu Hurairah sebanyak 1100 (15,56%), Abdullah bin Umar sebanyak 1100 (15,56%), Anas bin Malik sebanyak 900 (12,73%), Abdullah bin Abbas sebanyak 700 (9,9%), Jabir bin Abdillah sebanyak 275 (3,89%), Abu Musa Asy'ari =165 (2,33%), Abu Said Khudri sebanyak 130 (1,84%), Ali bin Abi Thalib sebanyak 79 (1,11%), Umar bin Khathab sebanyak 50 (0,71%), Ummu Salamah sebanyak 48 (0,68%), Abdullah bin Mas'ud sebanyak 45 (0,64%), Muawiyah bin Abu Sufyan sebanyak 10 (0,14%), Hasan bin Ali sebanyak 8 (0,11%), Ali bin Husain sebanyak 6 (0,08%), Husain bin Ali sebanyak 2 (0.03%)

Sebagaimana yang bisa anda lihat, hanya sedikit hadis yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan, apalagi, dari putranya-putranya. Kami belum memberikan data lain dari para perawi lainnya. Penulis kitab ini, Bukhari hidup sezaman dengan Imam Muhammad Baqir bin Ali bin Husain, dan Imam Ja'far bin Muhammad. Dia tidak meriwayatkan satu hadis pun dari mereka berdua. Padahal, Imam Ja' far dan Imam Baqir tengah meriwayatkan hadis dari ayah-ayah mereka hingga Ali bin Abi Thalib, dan akhirnya dari Nabi sendiri. Dalam madah lain, Bukhari tidak mengkaui putra-putra Ali bin Abi Thalib ini yang pantas untuk meriwayatkan hadis, dan ia beranggapan bahwa mereka adalah para pendusta.

Apabila anda melihal sumber-sumber hadis Syi'ah, anda akan temukan bahwa orang-orang ini tidaklah diam. Mereka meriwayatkan banyak hadis dari datuk-datuk mereka hingga Ali bin Abi Thalib, dan akhirnya dari Nabi. Apakah itu tidak menarik?

Hadis berikut tidaklah asing sejauh kandungannya diperhatikan. Di awal, Abu Hurairah meriwayatkan hadis dari Nabi. Ketika orang-orang bertanya kepadanya apakah ia mendengar hadis ini dari Nabi ataukah tidak, ia menjawab bahwa ia tidak mendengar dan ia meriwayatkan dari dirinya sendiri.

Pertama, apa yang kami inginkan anda agar melakukan hal itu untuk kami adalah anda menggunakan papan tulis anda dan secara jelas memisahkan hadis pertama dalam dua bagian; bagian pertama adalah yang diucapkan oleh Nabi, dan bagian kedua yang dibicarakan hanya oleh Abu Hurairah.

Ke dua, kami ingin anda mengatakan kepada kami secara jelas mengapa orang-orang bertanya kepadanya mengenai apakah kata-kata tersebut dilontarkan oleh Nabi? Sejauh pengetahuan kami, orang-orang mengajikan pertanyaan ini hanya jika kandungan hadis tersebut benar-benar ganjil bagi mereka, seperti hadis-hadis yang membicarakan masa depan dan sejumlah peristiwa yang tidak dapat dipercayai oleh mereka dan terjadi pada masa-masa tersebut. Apakah yang ganjil dalam hadis ini dan mengapa orang-orang bertanya kepada Abu Hurairah tentang apakah yang ia katakan itu berasal dari Nabi ataukah tidak.

Ke tiga, kami ingin anda mengatakan kepada kami dengan jelas apakah yang akan terjadi apabila orang-orang tidak bertanya kepada Abu Hurairah apakah setiap bagian dari hadis itu benar-benar dikatakan oleh Nabi ataukah tidak.

Ke empat, jika orang-orang tidak bertanya kepada Abu Hurairah, apakah hadis itu dikatakan oleh Nabi ataukah tidak, tampaknya orang-orang akan menganggap seluruh hadis itu sebagai kata-kata Nabi. Nyatanya, di samping itu, bahwa Abu Hurairah mengatakan sesuatu tentang dirinya sendiri dan menyisipkan kata-kata tambahan ke dalam sebuah hadis yang diriwayatkan (barangkali) oleh Nabi. Kami ingin anda secara jelas mengatakan kepada kami mengapa anda mempercayai seseorang yang telah menambahkan sejumlah kata dari dirinya sendiri ke dalam kata-kata Nabi:

Ke lima, sudikah anda menukilkan semua hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang diterima oleh Bukhari dan Muslim dan secara jelas menggambarkan sebuah garis antara bagian-bagian yang dibicarakan oleh Nabi dan kata-kata yang diucapkan oleh Abu Hurairah?

Sesungguhnya kami tidak mengerti bagaimana seorang manusia membiarkan dirinya sesuatu yang belum mendengar dari hTabi dan menisbatkannya pada
Nabi kata-kata tanpa peringatan sekalipun sebelumnya. Atau, mengapa ia mengatakan sesuatu dari dirinya sendiri sebelum secara jelas menyatakan di permulaan tentang kata-katanya sendiri bahwa ini (kata-kata tambahan tersebut) adalah kata-katanya sendiri dan bukan kata-kata Nabi?

Contoh kedua secara gamblang menunjukkan bahwa Abu Hurairah telah menambahkan sesuatu pada perkataan Nabi. Bagaimana halnya atas kasus-kasus dimana tak seorang pun telah meriwayatkan sesuatu yang diberikan oleh Abu Hurairah?

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 7268, diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

Nabi bersabda, "Sebaik-baiknya sedekah adalah sedekah yang diberikan ketika seseorang sedang kaya, dan tangan yang terulur lebih baik dari tangan yang menerima dan anda harus memulai pertama-tama mendukung para pembelamu." Kemudian Abu Hurairah melanjutkan, 'Seorang istri berkata, 'Anda seharusnya menyediakanku makanan atau menceraikan aku." Seorang budak berkata, "Berilah saya makanan dan nikmatilah pelayananku!" Seorang anak berkata, "Berilah aku makanan! Kepada siapakah engkau meninggalkanku?" Orang-orang berkata, "Wahai Abu Hurairah, apakah engkau mendengar itu dari Rasulullah?" Dia berkata, "Tidak, itu dari diriku sendiri."'

Kami ingin anda mengetahui mengapa Abu Hurairah sering menambah-nambah di beberapa tempat lainnya juga?
Dalam Shahih al-Bukhari hadis 7492, dari Anas bin Malik yang berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Jangan minum di ad-Dubba' atau di al-Muzhaffaf!" Abu Hurairah biasa menambahkan kepada keduanya al-Hantam dan Naqir."


Asal-usul Abu Hurairah

Saudara-saudara Sunni biasanya menukil sejumlah ayat Quran guna memperlihatkan bahwa para sahabat yang turut andil dalam perjanjian Hudaibiyah telah mempunyai standar (kebaikan) tinggi dan dipandang sangat terhormat. Baiklah, kami tidak ingin mendiskusikan kebenaran interpretasi dan pemahaman di sini.
Apakah anda mengetahui bahwa Abu Hurairah bukanlah seorang Muslim pada saat-saat tersebut dan tentu saja tidak menyaksikan perjanjian Hudaibiyah?

Benar, Abu Hurairah tidak pernah menyaksikan perjanjian Hudaibiyah.

Abu Hurairah adalah seorang Yahudi, menjadi Muslim pada hari Khaibar yang terjadi satu tahun setelah perjanjian Hudaibiyah dan hanya tiga tahun hidup bersama Nabi.

Abu Hurairah menjadi Muslim pada hari Khaibar. Ini dibenarkan oleh Jabir bin Abdillah (hadis kedua). Abu Hurairah datang kepada Nabi selama perang Khaibar.

Kami tak perlu menekankan noktah ini bahwa perang Khaibar terjadi antara kaum Muslim dan Yahudi. Abu Hurairah adalah seorang Yahudi sebelum ia menjadi Muslim.

Abu Hurairah bersama Nabi hanya tiga tahun. Dia sendiri membenarkan dalam hadis pertama, "Saya menikmati persahabatan dengan Rasulullah selama tiga tahun."

Barangkali, anda mengetahui lebih baik bagaimana yang lainnya menyalaminya'ketika ia menjadi Muslim pada hari itu.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 4789, diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

Saya menikmati persahabatan dengan Rasulullah selama tiga tahun, dan selama tahun-tahun kehidupan lain dari kehidupan saya, tidak pernah saya sedemikian antusias untuk memahami hadis-hadis (Nabi) sebagaimana yang saya alami selama tiga tahun tersebut. Saya mendengarnya berkata, mengisyaratkan dengan tangannya dalam hal ini, "Sebelum kiamat anda akan berperang dengan orang-orang yang mempunyai sepatu berambut dan tinggal di Bariz." (Sufyan, periwayat lain suatu ketika berkata, 'Dan mereka adalah penduduk Bazir.')

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5458, diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah:

Bahwa ia berperang dalam sebuah ghazwah (ekspedisi perang bersama Nabi) menuju Najd bersama Rasulullah SAW dan ketika Rasulullah kembali, ia pun pulang bersama beliau. Saat tidur siang menimpa mereka ketika mereka berada dalam sebuah lembah yang penuh dengan pohon berduri. Rasulullah SAW turun dan orang menyebar di antara pohon-pohon berduri, mencari naungan di bawah pohon.

Rasulullah SAW berhenti di bawah sebuah pohon Samura dan mengayunkan pedangnya pada pohon tersebut. Kami tidur untuk beberapa saat ketika Rasulullah SAW tiba-tiba memanggil kami dan kami pun segera mendatanginya. Sesampainya kami di hadapan beliau, kami menemukan seorang Badui duduk bersamanya. Rasulullah SAW berkata, "Orang Badui ini mengeluarkan pedangku ketika aku tertidur. Saat aku bangun, pedang yang terhunus ada dalam genggamannya dan ia berkata kepadaku, 'Siapa yang bisa menyelamatkanmu dariku?' Aku jawab, 'Allah!' Kini di sini ia duduk." Rasulullah SAW tidak menghukumnya (karena itu).

Melalui para perawi lain, Jabir berkata:

Kami bersama Nabi (selama perang) Dzat ar-Riqa', dan kami menemukan sebatang pohon yang teduh dan kami meninggalkannya untuk Nabi (untuk beristirahat di bawah teduhnya). Seorang lelaki musyrik datang ketika pedang Nabi tergantung di atas pohon. Dia mengeluarkan pedang itu dari sarungnya secara diam-diam dan berkata (kepada Nabi), "Takutkah engkau kepadaku?" Nabi Muhammad SAW berkata, "Tidak." Dia berkata, "Siapa yang biasa menyelamatkanmu dariku?" Nabi Muhammad SAW menjawab, "Allah." Para sahabat Nabi Muhammad SAW mengancamnya, kemudian lantunan iqamah dikumandangkan dan Nabi Muhammad SAW pun mendirikan dua rakaat shalat khawf dengan salah satu dari dua shaf, dan shaf itu meluber dan ia mendirikan shalat dua rakaat dengan shaf lain. Maka Nabi Muhammad SAW mendirikan shalat empat rakaat namun orang-orang hanya melakukan dua rakaat.

Abu Basyir menambahkan, "Orang itu adalah Ghaurats bin Harits dan perang itu dijalankan untuk menghadapi Muharib Khasafah." Jabir menambahkan, "Kami bersama Nabi di Nakhl dan ia melakukan shalat khawf." Abu Hurairah berkata, "Saya mendirikan shalat khawf bersama Nabi selama ghazwah (yakni perang) Najd." Abu Hurairah datang kepada Nabi selama hari Khaibar.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 5544 diriwayatkan oleh Anbasa bin Sa'id:

Abu Hurairah datang kepada Nabi dan meminta kepadanya bagian dari perang Khaibar. Pada saat itu, salah seorang putra Said bin As berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah, jangan memberinya!" Abu Hurairah kemudian berkata (kepada Nabi), "Inilah pembunuh Ibnu Qauqal!" Putra Said berkata, "Alangkah anehnya! Seekor kelinci (guinea pig, yakni sejenis kelinci yang mempunyai kepala yang besar, telinga yang bundar kecil, tubuh yang gemuk dan bulu kaku yang pendek atau panjang, digunakan untuk penelitian biologi penerjemah datang dari Qadum ad-Dan!"

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

Rasulullah mengutusAban dari Madinah ke Najd sebagai pemimpin Suriah. Aban dan para sahabatnya datang kepada Nabi di Khaibar setelah Nabi menaklukannya dan tali kekang kuda-kuda mereka terbuat dari batang pohon kurma. Aku berkata, "Wahai Rasulullah, jangan memberi mereka bagian dari pampasan perang (ghanimah)!" Pada saat itu Aban berkata kepadaku,'Aneh, engkau menyarankan sesuatu meskipun engkau adalah apa yang engkau pikirkan, wahai kelinci, turunlah dari puncak adh-Dhal (pohon bunga teratai)!" Pada saat itu Nabi Muhammad SAW berkata, "Wahai Aban, duduklah!" dan beliau tidak memberi mereka bagian apapun.

Dalam Shallih al-Bukhari hadis 5545,diriwayatkan oleh Said:

Aban bin Said datang kepada Nabi dan menyalaminya. Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, orang ini (Aban) adalah pembunuh Ibnu Qauqal." (Mendengar itu), Aban berkata kepada Abu Hurairah, "Alangkah ganjilnya ucapanmu! Engkau, kelinci, turun dari Qadum Dan, menyalahkanku karena membunuh seseorang yang kepadanya Allah bantu (dengan kesyahidan) dengan tanganku, dan kepadanya ia larang untuk merendahkanku dengan tangannya!"


Kondisi Mental dan Fisik Abu Hurairah

Setelah Abu Hurairah masuk Islam, ia tidak punya apa-apa. Ia biasa meminta orang-orang untuk membaca ayat Quran, bukan karena ia ingin memperoleh kebaikan dari Quran. Ia ingin orang tersebut merasakan secara keagamaan dekat dan meminta Abu Hurairah untuk ikut makan malam atau makan siang dengannya. Ini merupakan fenomena terkenal sebagai 'menggabungkan perut dan agama' (menggabungkan agama dengan uang, perut, kekuatan,...atau dengan hal-hal yang remeh).

Bahkan orang-orang tidak percaya bahwa orang tersebut bisa meriwayatkan sedemikian banyak hadis. Telah diceritakan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan empat puluh ribu hadis selama masa hayatnya. Mengumpulkan hadis-hadis semacam itu selama tiga tahun persahabatannya (dengan Nabi) akan menghasilkan 36 hadis per hari.

Sebuah referensi yang kamiberikan beberapa waktu lalu membenarkan bahwa ia sendiri telah mengkaui bahwa tak seorang pun dari sahabat Nabi telah meriwayatkan hadis sebanyak yang ia lakukan. Mengetahui fakta ini bahwa ia adalah orang kedua dalam tingkatan periwayatan hadis dalam Bukhari dan Muslim, kita simpulkan bahwa ia pastinya telah meriwayatkan banyak hadis ketimbang yang tercatat dalam dua buku hadis ini.

Dalam salah satu hadis yang disebutkan, ia sendiri telah mengkaui bahwa orang-orang menuduhnya sebagai gila.

Hal menarik yang bisa dicatat di sini adalah tidak satu hadis pun yang diriwayatkan oleh orang lain sebagai prestasi Abu Hurairah. Jika anda teliti seluruh kitab Bukhari dan Muslim sebagai prestasi Abu Hurairah, apapun hadis yang anda lihat mengenai pertemanannya dengan Nabi, dan pengetahuannya, katakanlah begitu, diriwayatkan oleh dirinya sendiri. Di sisi lain, tatkala anda membaca prestasi Ali bin Abi Thalib, Salman, Umar, Zubair, maka anda bisa melihat bahwa banyak perawi menyebutkan satu hadis dari Ali bin Abi Thalib (atau yang lainnya). Hal ini tidak terjadi sama sekali pada Abu Hurairah. Semua hadis seperti;

"...saya seorang anak yang baik, ...saya melakukan ini dan itu...," hanya diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Kami meminta anda untuk mengatakan kepada kami apakah anda menerima kesaksian orang itu di pengadilan yang mengatakan bahwa ia seorang anak yang baik?

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 557, diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

Orang-orang biasa mengatakan, "Abu Hurairah meriwayatkan terlalu banyak hadis." Sesungguhnya, saya biasa mendekati Rasulullah dan dipuaskan dengan dengan apa yang memenuhi perutku. Saya tidak makan roti yang tersisa dan tidak berbusana pakaian-pakaian yang bercorak, dan tidak pemah seorang lelaki atau perempuan melayaniku, dan saya sering menekan perutku dengan batu kerikil karena lapar, dan saya biasa meminta orang untuk membacakan ayat Quran untukku sekalipun saya mengetahuinya, sehingga ia akan mengajakku ke rumahnya dan menjamuku. Dan orang yang paling pemurah kepada orang miskin di antara semuanya adalah Ja'far bin Abi Thalib. Dia biasa mengajak kami ke rumahnya dan memberi kami apa yang tersedia dalamnya. Dia bahkan memberi kami wadah (mentega) dari kulit yang kosong yang kami akan belah dan jilat apa yang ada dalamnya.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 7343, diriwayatkan oleh Abu Hurairah :

Aku biasa menemani Rasulullah untuk mengisi perutku, dan ketika itu aku tidak makan roti yang dipanggang, atau mengenakan sutra. Tidak ada pelayan lelaki ataupun perempuan yang melayaniku. Aku baisa mengikatkan batu-batu pada perutku dan meminta seseorang untuk membaca ayat-ayat Quran untukku sekalipun aku mengetahuinya, agar ia mengajakku ke rumahnya dan memberiku makan. Ja'far bin Abi Thalib sangat baik peada orang miskin, dan ia biasa mengajak kami dan memberi makan kami dengan apapun yang ada di dalam rumahnya (dan jika tidak ada sesuatu pun yang tersedia), ia biasa memberi kami wadah kosong (madu atau mentega) yang alan kami robek dan jilati apapun yang ada di dalamnya.

Dalam Shahih al-Bukhari 9425, diriwayatkan oleh Muhammad:

Kami bersama Abu Hurairah ketika ia mengenakan dua lembar pakaian dari linen yang dicelup dengan tanah liat merah. Ia membersihkan hidungnya dengan pakaiannya seraya berkata, "Selamat, selamat!" Abu Hurairah membersihkan hidungnya dengan linen. Kelak akan datang suatu zaman ketika aku akan jatuh sia-sia di antara mimbar Rasullullah dan rumah Aisyah di mana seorang penonton akan datang dan meletakkan kakinya di atas leherku, menganggapku seorang yang gila, namun sesungguhnya aku tidak majnun, aku tidak mengalami apa-apa kecuali lapar.

Dalam Shahih al-Bukhari hadis 7287, diriwayatkan oleh Abu Hurairah :

Suatu ketika aku berada dalam keletihan yang sangat (karena rasa lapar yang menggila). Aku bertemu Umar bin Khattab, maka aku meminta kepadanya untuk membacakan suatu ayat dari kitab Allah (Quran) untukku. Ia masuk ke rumahnya dan menafsirkannya untukku. (Lalu aku pergi dan) setelah berjalan beberapa saat, aku jatuh limbung lantaran kelelahan dan lapar yang sangat. Tiba-tiba aku melihat Rasulullah berdiri di samping kepalaku. Beliau berkata, "Wahai Abu Hurairah!" Aku menjawab, "Labbaik,ya Rasulullah!" Lantas beliau memegangku dengan tangannya dan membantuku bangun. Akhirnya beliau tahu apa yang aku derita. Beliau membawaku ke rumahnya dan membawakan semangkuk besar susu untukku. Segera aku minum dan beliau berkata, "Tambah lagi, wahai Abu Hirr!" Maka aku minum lagi dimana beliau berkata lagi, "Tambah lagi." Maka aku minum lagi hingga perutku menjadi penuh dan tampak seperti sebuah mangkuk.

Setelah itu aku menemui Umar dan menyebutkan kepadanya, "Seseorang yang lebih mempunyai hak daripada engkau, wahai Umar, telah mengatasiku. Demi Allah, aku memintamu untuk membacakan sebuah ayat untukku sementara aku mengetahuinya lebih baik daripada kalian!" Pada saat itu Umar berkata kepadaku, "Demi Allah, jika aku mengakui dan menghiburmu, niscaya itu lebih baik dariku ketimbang memiliki unta-unta merah yang bagus!"18


Tanggapan

Seorang saudara Muslim telah melayangkan suatu posting tentang Abu Hurairah yang menuntut tanggapan. Jika seorang mempunyai kemampuan adi insani (superhuman) secara tiba-tiba niscaya anda tidak akan percaya. Kita tidak mendengar bahwa Abu Hurairah adalah orang yang memiliki daya ingat yang super sebelum ia bertemu dengan Nabi. Tiba-tiba, ia mendatangi Nabi Muhammad SAW, menghabiskan hidup selama tiga tahun bersama beliau dan bisa mengingat segala sesuatu dengan sejumlah kekuatan magis.

Ia tidak berkaitan dengan seseorang yang mencoba menjadikan orang-orang sebagai Syi'ah atau Sunni dengan mempertanyakan omong kosong yang Abu Hurairah lontarkan. Orang ini memanfaatkan masa singkatnya bersama Nabi Muhammad SAW untuk kepentingan pribadi dan terus menerus mendapatkan pengaruh setiap kali sesuatu datang yang membutuhkan sebuah pendapat. Ia adalah orang yang datang dengan sejumlah hadis yang tiba-tiba ia ingat sepenuhnya.

Secara khusus ia membenci Aisyah dan hadis-hadis yang ia riwayatkan berlawanan dengan Aisyah secara langsung. Ingatan super orang ini terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, ketika pikirannya menjadi seperti komputer super dengan hard-disk seluruh ensiklopedia hadis. Setiap subjek, setiap saat, ia akan mengingat sesuatu yang tak seorang pun mengetahui atau mendengar sebelumnya.

Kemungkinan orang ini melakukannya demi keuntungan pribadi, pengaruh, dan motivasi politik / sosial sangatlah tinggi dan kita harus mengkhawatirkan hal itu alih-alih mempertanyakan motif seseorang yang memunculkan poin-poin.

Misalnya mereka bertanya: Bagaimana bisa seorang individu meriwayatkan banyak hadis?

Aisyah (dihormati sebagai Ummul Mukminin meriwayatkan lebih banyak hadis ketimbang Abu Hurairah dalam Shahih al-Bukhari. Ibnu Umar sama jumlah hadisnya dengan Abu Hurairah dalam Bukhari. Kami memberikan sebuah angka ini dalam sebuah artikel.

Kami tidak bertanya mengapa Aisyah meriwayatkan demikian banyak hadis dari para Nabi Muhammad SAW. Kami tidak bertanya mengapa Ibnu Umar meriwayatkan demikian banyak hadis atau Ibnu Abbas atau yang lainnya. Kami bertanya: Bagaimana seseorang yang tinggal bersama selama kurang dari tiga tahun lebih meriwayatkan banyak hadis? Separuhnya diabaikan karena anda salah satu memahami pertanyaan orisinal tersebut dari pokoknya.

Abu Hurairah hanya meriwayatkan 5374 hadis.

Mari kita asumsikan bahwa Abu Hurairah bersama Nabi selama tiga tahun penuh. Itu artinya 5374/3 = 1791,33 hadis per tahun, 1791,33/(365-11) = 5,06 hadis per harinya.

Katakan kepada kami, bagaimana bisa? Bagaimana seorang individu melakukan hal ini setiap harinya? Mengapa ia sedemikian mendedikasikan diri sementara masih banyak orang yang diri sementara masih banyak orang yang lebih baik dari dirinya seperti Umar, putranya, Ibnu Abbas, dan Abu Bakar tidak mengerjakan hal yang sama? (Dengan intensitas yang sama sebagaimana Abu Hurairah meriwayatkan lima hadis per harinya?).

Tak perlulah menyebutkan bahwa Abu Hurairah meriwayatkan lebih banyak hadis ketimbang para sahabat lainnya berdasarkan kesaksian ini. Sebagian menyebutkan bahwa ia meriwayatkan sekitar 40 ribu hadis. Bahkan orang-orang yang hidup disekitarnya pada masa itu dikejutkan oleh orang ini dan hadis-hadisnya (berdasarkan kesaksian Abu Hurairah sendiri).

Bagian lain adalah mengapa orang seperti ia telah meriwayatkan hadis-hadis yang sama dengan Perjanjian Lama? (Bagian-bagian yang secara jelas ditolak oleh teologi Islam).

Apakah anda mengetahui bahwa sahabat dan sepupu Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Abbas, telah mendapatkan dari Nabi rahmatnya dan ketika beliau menyapu dada Abdullah bin Abbas dengan tannya dan berdoa kepada Allah dengan mengatakan, Allahumma faqqihhu fi al-dini wa' alluimhu min ta'wili al-kitabi! (Ya Allah, pahamkan ia dalam agamaku dan ajarkan kepadanya takwil dari kitabku!) Dan dengan sejumlah mukjizat Ibnu Abbas menjadi hibr al-ummah (imam umat), yang merupakan salah satu mukjizat dari Nabi Muhammad SAW. Dengan cara yang hampir sama Nabi Muhammad SAW mengucapkan doa sekali untuk Abu Hurairah ketika ia mengeluh kepada Nabi Muhammad SAW karena kekurangannya dalam hapalan.

Sebagiamana anda perhatikan, Ibnu Abbas, bahkan oleh sahabat lain, bahwa ia mengatahui takwil (interpretasi) Quran. Sampai sekarang ini, banyak orang yang dapat menghapal seluruh Quran namun tidak mengetahui pengertian hakiki di balik semua yang ada di dlaamnya. Ali bin Abi Thalib adalah lain yang mengatakan bahwa tidak ada satu ayat pun dalam Quran yang tidak ia ketajhui kapan ia diturunkan atau mengapa ia diturunkan dan apakah maknanya. Sahabat lain mengetahui ini tentang orang-orang tersebut dan ini merupakan hadis-hadis mutawatir yang mendukung pengetahuan mereka.

Sekarang, tentang Abu Hurairah. Sekalipun tak seorang pun mengira / mendakwa bahwa ia mengetahui takwil Qur'an, anda tidak menunjukkan bukti apapun bahwa ia memiliki kekuatan memorinya setelah Nabi Muhammad SAW berdoa untuknya. Kami akan meminta anda untuk melampirkan referensi-referensi dalam hal ini, jika mungkin menyebutkan sahabat lain tentang sifat-sifat istimewa Abu Hurairah ini, alih-alih menjelaskan dirinya sendiri.

Kami ingin melakukan koreksi yang lebih jauh. Abu Hurairah setelah kurang dari tiga tahun tinggal bersama Nabi Muhamad SAW, tidak, atau menghindar dari, menyampaikan hadis-hadis selama periode tiga khalifah yang pertama, setidaknya. Hadisnya baru tersebar di masa Muawiyah dan kemudian; ini setidaknya 30 tahun setelah wafatnya Nabi. Ia menyimpan lebih kurang 3000 hadis dalam hatinya tanpa menyampaikan kepada orang lain tentang hadis-hadis tersebut selama waktu ini. Bukti tentang apa yang kami katakan adalah bahwa Abu Bakar, Umar, dan Utsman tidak mengizinkan untuk menyampaikan dan mencatat hadis-hadis. Ada sebuah riwayat yang dalamnya Abu Hurairah ditanya apakah ia menyampaikan hadis tersebut di masa Utsman. Ia mengatakan bahwa ia tidak berani melakukannya dan bahwa mereka akan menendangnya jika ia melakukannya.

Tidak ada yang suci mengenai pribadi-pribadi sahabat ini, secara khusus Abu Hurairah, yang harus mencegah seseorang mencari kebenaran dengan menyelidiki dan mengevaluasi perbuatan-perbuatan mereka. Mereka adalah manusia-manusia yang mampu berbuat salah dalam berbagai tingkatan. Ini tidak perlu mengatakan bahwa Allah SWT tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka, jika Dia berkehendak. Akan tetapi, jika kita bersungguh-sungguh mengikuti perbuatan mereka dalam kehidupan ini, kita pasti jelas dalam kesadaran bahwa mereka tidak pantas menjadi bukti bahwa mereka seharusnya tidak dipercaya, maka otak seseorang (sebuah karunia dari Allah) akan (harus) mengarahkan kita untuk menjadikan mereka sebagai seorang pembimbing, khususnya pada sesuatu yang mengejutkan.


Catatan Kaki :

1. Referensi: Shahih al-Bukhari, versi Arab-Inggris, hadis 9530-9532 yang secara jelas menyatakan bahwa Tuhan bisa dilihat dan Tuhan mengubah penampilannya agar dikenali oleh manusia).
2. Referensi Syi'ah: Shi'ite (al-I'tiqadat al-Imamiyyah)oleh Syekh Shaduq. Dengan kata lain, sifat Zat berkenaan dengan Diri-Nya sehingga ada 'sejak awal', sementara sifat Perbuatan Tuhan ada ketika dihubungkan dengan objek (makhluk). Seperti Maha Pemberi Rezeki baru ada ketika dikaitkan dengan perbuatan Tuhan yang memberi rezeki kepada segenap makghluk-Nya (-penerj).
3. Revelation and Reason in Islam oleh A.J. Arberry, hal. 26-27.
4. Referensi Syi'ah: Shi'ite Creed (al-I'tiqadat al-Imamiyyah) oleh Syekh Shaduq.
5. Referensi Sunni: Akidah dari Nasadi (Creed of Nasfi).
6. Referensi Syi'ah: Shi'ite Creed (al-I'tiqadat al-Imamiyyah) oleh Syekh Shaduq.
7. Referensi Syi'ah: Shi'ite Creed (al-I'tiqadat al-Imamiyyah) oleh Syekh Shaduq.
8. Referensi Syi'ah: Shi'ite Creed (al-I'tiqadat al-Imamiyyah) oleh Syekh Shaduq.
9. Referensi Sunni: Ghazali (sebagaimana dikutip dalam Shia of India, hal. 43).
10. Hadis-hadis berikut telah diambul dari : The Translation of the Meaning of Shahih Bukhari Arabic-English olehs Dr. Mohammad Mushin Khan, Universitas Islam, Madinah Muhawwarah, Penerbit Kaze, 1529 North Wells Street, Chicago. ILL.60610 (USA), direvisi ke tiga kali, 1977, (edisi revisi ke empat, Maret 1979).
11. Hadis ini dan hadis berikutnya diriwayatkan dalam Shahih Muslim juga pada bab 81, hal. 115-119; 349-354, dan 1533, 7078.
12. Lihat hadis no. 529, VI.
13. Hadis-hadis di atas diambil dari: Terjemahan dari pengertian Shahih al-Bukhari, Bahasa Arab-Inggris, Dr. Muhammad Muhsin Khan, Universitas Islam Madinah Muhawwarah, Kaze Publication, 1529 North Wells Street, Chicago. ILL.60610 (USA), (revisi ke-3, 1977) (edisi revisi ke-4, Maret 1979). Hadis-hadis dari Shahih Muslim bisa ditemukan dalam Shahih Muslim, dialihkan ke bahasa Inggris oleh Abdul Hamid Shidiqqi dicetak di Hafizh Press. Sh. Muhammad Asyraf, Kashmiri Bazar, Lahore (Pakistan), Call Number (di perpustakaan Universitas Waterloo): BP135.A144E57.
14. Semua hadis dari Shahih al-Bukhari berasal dari terjemahan arti dari Shahih al-Bukhari, Arab-Inggris, Dr. Mohammad Muhsin Khan, Universitas Islam Madinah Muhawwarah, Penerbit Kaze, 529 North Wells Street, Chicago. ILL.60610 (USA), (revisi ke-3, 1977) (edisi revisi ke-4, Maret 1979).
15. Hadis-hadis di atas diambil dari terjemahan arti dari Shahih al-Bukhari Arab-Inggris, Dr. Mohammad Muhsin Khan, Universitas Islam Madinah Muhawwarah, Penerbit Kaze, 529 North Wells Street, Chicago. ILL.60610 (USA), revisi ke-3, 1977, edisi revisi ke-4, Maret 1979.
16. Terjemahan arti dari Shahih al-Bukhari, Arab-Inggris, Dr. Mohammad Muhsin Khan, Universitas Islam Madinah Muhawwarah, Penerbit Kaze, 1529 North Wells Street, Chicago. ILL.60610 (USA), (revisi ke-3, 1977) (edisi revisi ke-4, Maret 1979).
17. Hadis di atas diambil dari terjemahan arti dari Shahih al-Bukhari, Arab-Inggris, Dr. Mohammad Muhsin Khan, Universitas Islam Madinah Muhawwarah, Penerbit Kaze, 1529 North Wells Street, Chicago. ILL.60610 (USA), (revisi ke-3, 1977) (edisi revisi ke-4, Maret 1979).
18. Hadis-hadis diambil dari terjemahan arti dari Shahih al-Bukhari, Arab-Inggris, Dr. Mohammad Muhsin Khan, Universitas Islam Madinah Muhawwarah, Penerbit Kaze, 1529 North Wells Street, Chicago. ILL.60610 (USA), (revisi ke-3, 1977) (edisi revisi ke-4, Maret 1979).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar