Pengantar
Pertama, apakah
kita sepakat bahwa Al-Qur’an dijamin dan dijaga Allah dari segala penambahan
dan pengurangan? Dan kalau ada anggapan bahwa seseorang atau sekelompok orang
menyatakan bahwa Syiah memiliki Al-Qur’an lain, apakah anggapan ini tdk
menentang jaminan Alllah tersebut? Bukankah Allah berkali2 dalam Al-Qur’an
menantang siapa saja untuk mendatangkan yang dapat menyerupai Al-Qur’an? Dan
jika kita yakin dengan jaminan Allah, dan memang kita mesti dan wajib yakin,
bukankah memunculkan keragu-raguan semacam ini adalah bagian dari waswas
syaithanil khannas untuk melemahkan keyakinan kita terhadap keterjagaan
Al-Qur’an dari segala kemungkinan dikurangi atau ditambahi apalagi disaingi
sepenuhnya?
Kedua, bukankah Sunnah Nabi yang Shahih adalah rujukan dan sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an?! Saya tekankan sekali lagi: yang shahih! Jika memang demikian, apakah mungkin suatu hadis, betapapun kuat matan dan sanadnya, dapat dianggap shahih bila bertentangan dengan Al-Qur’an? Jika tidak, maka semua matan dan sanad hadis yang menyatakan ada Al-Qur’an lain selain yang dipegang dan dibaca oleh 1,7 milyar penduduk Muslim dunia ini wajib dianggap tidak shahih atau palsu (maudhu’). Lantas, bila ada hadis yang dianggap shahih bertentangan dengan ayat yg sharih, apa yg mesti dilakukan?
Ketiga, apakah ada orang yang pernah membaca atau mendengar sendiri dari seorang imam, ulama syiah atau pengikut syiah yang mengatakan bahwa seluruh hadis dalam Ushul Al-Kafi itu semuanya shahih? Apakah ada yg pernah membaca atau mendengar buku berjudul Shahih Al-Kafi? Jelas tidak. Bahkan, seluruh kaum Muslim di dunia sepakat bahwa selain nash Al-Qur’an, semua dapat dikritik dan diragukan keshahihannya.
Al-Kulaini
sendiri dalam pengantar Al-Kafi telah menegaskan prinsip yg telah disebutkan di
poin kedua, yakni apa saja yang dianggap bertentangan dengan Kitab Allah
haruslah dibuang dan dianggap maudhu’. Maka itu, aneh kalau lantas dia sendiri
dianggap meyakini Al-Qur’an yg dia yakini harus dijadikan rujukan kemudian
dituduh secara sewenang2 meyakini ada Al-Qur’an lain. Sayangnya, sebagian orang
memang membaca Al-Kafi tanpa menghiraukan wanti-wanti Al-Kulaini di pengantar
kitabnya.
Keempat, Islam
adalah agama yang dimulai dengan ucapan La Ilaha IllaLLAH Muhammad RasuluLLAH.
Siapa saja yang telah mengucapkannya secara lahiriah berhak dianggap Muslim
dengan hak-hak yg sempurna dan tidak boleh dibunuh. (Lihat Al-Jami’ Al-Shahih,
Imam Muslim, cetakan edisi revisi, Dar Al-Fikr, Beirut, Juz 1 hal. 66).
Tidak ada satu
ayat Al-Qur’an maupun Hadis Shahih yang membolehkan atau memberi hak kepada
siapa saja untuk menjadi hakim untuk menilai kekafiran Muslim yang lain.
Bahkan, Islam dengan jelas menyatakan bahwa seseorang dihukumi berdasarkan
lahiriahnya. Mau orang itu bertaqiyah atau menyembunyikan apapun di dalam
hatinya, selama dia masih menyatakan keesaan Allah dan bahwa Nabi adalah Rasul
terakhir Allah, maka dia wajib dihukumi Muslim.
Kelima, saat
menyuruh kita berdakwah, Allah dengan tegas menyatakan bahwa hanya Dialah yang
paling mengetahui siapa di antara makhluk yang paling mendapat petunjuk (QS
An-Nahl: 125): Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Maksudnya,
pendakwah yang sudah dianggap berilmu pun tidak berhak mengklaim dirinya paling
benar, apalagi orang biasa yang tidak berilmu. Bahkan, dalam surat Saba’ ayat
24-25 Al-Qur’an menyebutkan adab Baginda Rasulullah dalam berdialog dengan
orang musyrik: Katakanlah:
“Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah:
“Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada
dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata ** Katakanlah: “Kamu tidak akan
ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan
ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”.”
Ayat
inimenegaskan bahwa seorang Nabi yang mendapat petunjuk Allah di saat
menghadapi musuh harus menunjukkan sikap menerima kemungkinan salah, karena
memang itulah tanda makhluk dan hamba di hadapan kesempurnaan Allah yang tidak
terbatas.
Keenam, pendapat yang harus diterima dari suatu mazhab adalah pendapat jumhur, bukan satu dua ulama, apalagi seorang pengikut awam. Oleh sebab itu, tuduhan adanya hadis2 yang dianggap sebagai tahrif dalam Al-Kafi telah dijelaskan panjang lebar oleh jumhur ulama Syiah. Kalau perlu, nanti alfaqir bisa copaskan untuk antm.
Keenam, pendapat yang harus diterima dari suatu mazhab adalah pendapat jumhur, bukan satu dua ulama, apalagi seorang pengikut awam. Oleh sebab itu, tuduhan adanya hadis2 yang dianggap sebagai tahrif dalam Al-Kafi telah dijelaskan panjang lebar oleh jumhur ulama Syiah. Kalau perlu, nanti alfaqir bisa copaskan untuk antm.
Ketujuh, tidak
ada satu majlis ulama di dunia Islam atau lembaga keilmuan Islam yang diakui
yang secara resmi menyatakan syiah sebagai sesat sebagaimana halnya ahmadiyyah.
Orang syiah diperbolehkan haji dan negara syiah seperti Iran masuk dalam
anggota Organisasi Konferensi Islam. Kalo sebagian orang di Indonesia merasa
lebih hebat dan lebih menguasai kitab-kitab syiah melebihi ulama Al-Azhar,
ulama Madinah, atau ulama negara-negara Islam lain dan menyatakan bahwa syiah
merupakan mazhab yang sesat, maka jelas sebagian orang Indonesia itu patut
dianggap keluar dari jumhur dan patut dianggap sebagai syadz. Bahkan,
mereka jelas keluar dari Ahlus Sunnah wal Jamaah yang menekankan pada jamaah
dan pendapat jumhur.
Kedelapan,
tidak semua pendapat ulama syiah benar dan sahih. Malah sebagian pendapat ulama
syiah telah disalahkan oleh ulama syiah yang lain, sebagaimana yang terjadi
dalam semua mazhab Islam lainnya. Karena pendapat ulama adalah ijtihad yang
bisa salah dan bisa benar.
Kesembilan, mengambil suatu pernyataan di luar konteks, apalagi dengan tujuan untuk mengaburkan pandangan utuh seseorang adalah perbuatan yang salah.
17 Alasan Ulama Islam Mengkafirkan Kaum Syiah
Kesembilan, mengambil suatu pernyataan di luar konteks, apalagi dengan tujuan untuk mengaburkan pandangan utuh seseorang adalah perbuatan yang salah.
17 Alasan Ulama Islam Mengkafirkan Kaum Syiah
SEJUMLAH tujuh
belas doktrin Syi’ah yang selalu mereka sembunyikan dari kaum muslimin sebagai
bagian dari pengamalan doktrin taqiyah (menyembunyikan Syi’ahnya).
—Taqiyah itu
adalah suatu praktik dan sikap yang dibenarkan> rujuk Al-Qur’an surah Ali
Imran ayat 28: “Janganlah
orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara diri dari sesuatu
yang ditakuti (tuqatan) dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan
hanya kepada Allah kembali (mu).” Jadi,
memelihari diri dari sesuatu yang ditakutkan adalah sikap yang dibenarkan oleh
Al-Qur’an. Apakah ada yang merasa dirinya lebih baik dan lebih mulia daripada
sikap orang Mukmin yang disebutkan dalam ayat di atas?
Ketujuh belas
doktrin ini terdapat dalam kitab suci Syi’ah:
—-kitab suci
syiah hanyalah Al-Qur’an yang telah dijaga Allah selama-lamanya.
1.Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).
1.Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).
Jelas Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman
Allah SWT QS: Al-A’raf 7: 128, “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa yang
Dia kehendaki”. Kepercayaan Syi’ah diatas menunjukkan penyetaraan
kekuasaan para imam Syi’ah dengan Allah dan doktrin ini merupakan aqidah syirik.
—-Tolong berikan nomor hadis dan teksnya supaya kita
bisa mengerti konteksnya bersama-sama. Namun, jika kita memahami surat Al-A’raf
ayat 128 itu, maka di situ ditegaskan bahwa Allah berhak memberikan seluruh
bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Artinya, apabila Allah
berkehendak demikian, maka terjadilah apa yang Dia kehendaki.
2.Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan
sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).
Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah
yang berdusta atas nama Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini
Syi’ah menempatkan Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu
daya Syi’ah terhadap kaum muslimin dan kesucian aqidahnya.
——–Tolong sekali lagi berikan nomor hadis dan teksnya
supaya kita bisa mengerti konteksnya bersama-sama. Kalau ada teks arabnya
mungkin bisa dicari di internet. Namun demikian, wajib ditegaskan bahwa apapun
yang bertentangan dengan Al-Qur’an jelas keluar dari kebenaran. Apabila hadis
itu tetap dianggap shahih oleh ahli2 hadis, maka maknanya harus ditakwilkan
sehingga tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an menyebutkan istilah takwil
dalam beberapa ayat, misalnya, Ali Imran ayat 7 dan An-Nisa ayat 59. Metode
takwil bukan saja diakui oleh ulama syiah, tapi juga oleh ulama Sunni seperti
Syaikh Ibn Taymiyah sebagaimana yang ditulis dalam At-Tafsir Al-Kabir, juz 2,
hal. 88-114 cetakan Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, tahun 1988.
3.Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah
yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).
—-Selama Allah tetap diesakan dan dianggap sebagai
satu-satunya Dzat Pencipta yang mewujudkan segala sesuatu dan memiliki dan
menguasai segala sesuatu dan meyakini bahwa apapun yang Allah kehendaki bisa
terjadi, maka itu tetap dapat dianggap sebagai beriman kepada Allah. Jadi,
kalau memang hadis ini shahih, hadis ini harus ditakwilkan agar sesuai dengan
prinsip tauhid di atas. Takwilnya sama saja dengan takwil terhadap istilah
Baytullah (Rumah Allah). Maksud Rumah Allah itu jelas beda dengan rumah
makhluk, karena Allah tidak dibatasi oleh ruang. Kalau semua Muslimin
bersepakat bahwa Ka’bah adalah Rumah Allah, apakah mereka semua menjadi kafir?!
Kemudian, dalam Al-Qur’an disebutkan soal tangan Allah. Apakah maknanya sama
dengan tangan manusia? Dalam hadis Imam Bukhari ada ungkapan bahwa “yaduLLAH
ma’al jama’ah (tangan Allah) bersama jamaah”. Apakah makna tangan ini sama
dengan tangan manusia? Atau pertolongan? Jadi, semua kata yang dipakai di sini
harus diartikan sebagai kinayah. Makna “wajah”, “tangan”, “mata” Allah dalam
hadis2 tersebut sama mirip dengan yang dijelas Ibn Al-Atsir dalam bukunya yang
berjudul Al-Nihayah fi
Gharib Al-Hadits.
4.Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil
Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak
diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk,
mengetahui segala sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang
ghaib (Ushulul Kaafi, hal. 84).
—-Soal membagi surga dan neraka itu sebenarnya bisa
merujuk pada hadis shahih Muslim yang menyatakan bahwa tidak mencintai Ali
kecuali mukmin (masuk surga) dan tidak membencinya kecuali munafik (masuk
neraka). Lihat: Al-Jami’ Al-Shahih, Imam Muslim, cetakan edisi revisi, Dar
Al-Fikr, Beirut, Juz 1 hal. 61.
5.Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi, hal. 278).
—-Hadis ini sebenarnya semakna dengan ayat dalam surah
Ghafir (40) ayat 60: Dan Tuhanmu
berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [1327] akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. Bukankah ayat ini menyatakan keniscayaan diterimanya doa dan permintaan
kita oleh Allah, sehingga berarti keinginan kita menjadi keinginan Allah?!
6.Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang
menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam
itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).
—Jika Allah menghendaki demikian, maka pasti hal ini
bisa terjadi.
7.Para imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui
dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui
hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).
—Jika Allah menghendaki demikian, maka pasti hal ini
bisa terjadi.
8. Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi para imam
Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushulul Kaafi, hal. 40).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah Allah bersifat bada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah Allah bersifat bada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).
—-Mohon menyebutkan hadisnya secara lengkap. Karena
dalam hadis itu dijelaskan bahwa beliau mengetahuinya dari kitab Allah.
Kemudian, maksud bada’ bukan sebagaimana tuduhan di atas, melainkan bahwa sebagaimana bunyi ayat
39 surat Ar-Ra’ad: “Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki),
dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).”
9.Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu
Allah. Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (Bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi
berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk mentaati imam Syi’ah, tidak boleh
mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran) Allah atas
langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).
—Jika Allah menghendaki, maka pasti semua itu dapat
terjadi.
10. Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).
—Mohon lengkapkan hadisnya supaya tidak kehilangan
konteks yang dimaksudnya. Kalau yang dimaksud bahwa ada kesamaan di antara Nabi
dan para imam dalam soal-soal tertentu, maka itu benar, karena Allah juga sudah
meminta para nabi mengatakan demikian dalam ayat terakhir surat Al-Kahfi. Tapi
kalau yang dimaksud sama-sama menerima wahyu, maka jelas itu keliru dan tuduhan
yang salah.
11. Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali,
Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal. 109)
—-Ini sesuai dengan hadis Kisa yang juga diterima oleh
ulama Ahlus Sunnah.
12. Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah (Ushulul Kaafi, hal. 670).
Salah satu contoh ayat Al-Qur’an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat
Al-Qur’an An-Nisa': 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Ya ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa
nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuran mubiinan”. (Fashlul Khitab, hal. 180).
—-Ini tuduhan keliru dan menunjukkan si penuduh meragukan
janji Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.”
13. Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17
ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul Kaafi, hal. 671).
—-Ini tuduhan keliru dan menunjukkan si penuduh
meragukan janji Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Lagipula,
dalam kitab-kitab ulama syiah telah dijelaskan tuntas bahwa seluruh hadis yang
menunjukkan makna-makna sebagaimana di atas harus ditakwilkan dengan cara yang
tidak bertentangan dengan akidah tentang kemustahilan Al-Qur’an dapat ditambah
atau dikurangi.
14. Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah,
Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi,
mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka
tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh
Muhammad Baqir Al-Majlisi).
—-Ini jelas tidak benar dan bukan pandangan umumnya
ulama syiah.
15. Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang
melakukan kawin mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Tafsir Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani).
—-Ini jelas tuduhan yang tidak benar. Kalau benar
Al-Kasyani menyatakan demikian, mohon disebutkan teks arabnya secara lengkap
dan kita sesatkan bersama-sama.
16. Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada
sesama temannya. Kata mereka, imam Ja’far berkata kepada temannya: “Wahai
Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak suka
kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh Abu Ja’far Muhammad Hasan At-Thusi).
—Harus selalu diingat bahwa semua yang bertentangan
dengan ayat yang jelas wajib dibuang. Dari manapun datangnya. Tapi, untuk
diskusi lebih lanjut, mohon tunjukkan hadisnya secara lengkap, supaya tidak
semata-mata menjadi bahan fitnah. Karena kalau hadis dipotong-potong, maka
jelas pemahaman akan rusak.
17. Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam
Mahdi sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan
Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang
ini akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).
—Sekali lagi mohon hadis lengkapnya. Kalau pun ada
pandangan seperti ini, maka ini bukan pandangan jumhur ulama syiah. Apalagi
sekarang jelas ada fatwa yang mengharamkan seluruh pengikut syiah untuk menodai
semua simbol yang diagungkan oleh Muslimin.
Ketujuhbelas doktrin Syi’ah di atas, apakah bisa
dianggap sebagai aqidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw. dan
dipegang teguh oleh para Sahabat serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman
Tabi’in hingga sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian
dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak
MENGKAFIRKAN aqidah Syi’ah ini, maka dia termasuk Kafir.
Semua kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, upaya-upaya Syi’ah untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah dusta dan harus ditolak tegas !!!.
Semua kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, upaya-upaya Syi’ah untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah dusta dan harus ditolak tegas !!!.
—-Jelas bahasa tuduhan seperti di atas tidaklah tepat.
Tidak perlu orang memaksa orang lain untuk menyatakan bahwa keyakinannya adalah
seperti yang dituduhkan si penuduh di atas, padahal dia tidak meyakini hal-hal
sebagaimana yang dimaksudkan si penuduh. Orang tidak boleh menghukumi apa yang
dalam batin dan hati orang lain. Yang dapat dihukumi adalah apa yang
dinyatakannya denga lisannya secara tegas. Alfaqir kembali meminta ayat atau
hadis yang membolehkan orang mengkafirkan orang lain, dengan menunjuk individu
tersebut dan menyatakan: Engkau kafir. Malah sebaliknya ada hadis2 yang
melarang perkataan2 seperti itu karena hanya akan menimbulkan permusuhan. Dan
yang suka menimbulkan permusuhan adalah setan sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-An’am (91):
“Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).”
Apalagi, Allah telah mengingatkan kita untuk tidak
menghina mereka yang jelas-jelas menyembah selain Allah (QS. Al-An’am: 108,
apalagi bagi mereka justru jelas menyembah Allah dan mengagungkan namaNYA di
tiap tempat.
Saudi Arabia tempat pendidikan teroris
Benarkah
mayoritas umat Islam Indonesia Ahlussunnah Wal Jamaah ? Mayoritas Muslim
Indonesia tidak menyadari dan tidak memiliki identitas kemazhaban. Mayoritas
hanya menyadari dirinya sebagai Muslim, dan terikat dengan identitas
keislamannya. Labelisasi Sunni sebagai label sekterian diberikan oleh ulama
berkedok agama untuk menggebuk musuh dan meraih keuntungan-keuntungan sesaat.
Yang mereka kerjakan tidak lebih hanya mengumbar slogan-slogan hampa makna,
retorika-retorika menyihir, dan waham atau ilusi belaka. Tak jarang ada partai
politik melakukan kegiatan politik, tapi memanfaatkan agama sebagai tameng dan
syariat sebagai topeng
.
Namun, dalam kenyataannya, label-label (klaim-klaim) itu tidak dipahami dan diakui oleh individu-individu umat. Misalnya : Coba buat survei, tanyakan siapa Asy’ari, Maturidi apa mereka tau ? Tak jarang, untuk sampai ke pucuk kekuasaan maka di pakailah retorika dan slogan agama. Apakah slogan, retorika, dan ungkapan-ungkapan manis yang nyaring terdengar itu tulus merupakan upaya untuk keluar dari keterpurukan, atau cuma “pepesan kosong”, karena sifatnya yang emosional-sloganistik ? Slogan-slogan yang secara lahir manis bagai madu, sifatnya emosional, tak rasional, dan tidak realistik
Namun, dalam kenyataannya, label-label (klaim-klaim) itu tidak dipahami dan diakui oleh individu-individu umat. Misalnya : Coba buat survei, tanyakan siapa Asy’ari, Maturidi apa mereka tau ? Tak jarang, untuk sampai ke pucuk kekuasaan maka di pakailah retorika dan slogan agama. Apakah slogan, retorika, dan ungkapan-ungkapan manis yang nyaring terdengar itu tulus merupakan upaya untuk keluar dari keterpurukan, atau cuma “pepesan kosong”, karena sifatnya yang emosional-sloganistik ? Slogan-slogan yang secara lahir manis bagai madu, sifatnya emosional, tak rasional, dan tidak realistik
.
Nahdhatul Ulama (NU) bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah dan berakidah sesuai dengan ajaran-ajaran Abul Hasan Al-Asy’ari ? Sebagian besar tradisi NU seperti ziarah kubur, tahlil, peringatan 4-7-40 dan haul, penghormatan terhadap ulama, tawasul, tabaruk, dan sebagainya merupakan tradisi-tradisi khas Syiah yang tidak terdapat dalam referensi-referensi kitab klasik Ahlus Sunnah wal Jamaah melainkan semata-mata ada dalam kitab-kitab klasik Syiah seperti Mafatih Al-Jinan karya Abbas Al-Qummi, Al-Iqbal karya Al-Kaf’ami, Al-Balad Al-Amin karya Sayyid Ibn Thawus dan sebagainya.
.
Ada beberapa aliran yang jelas bukan bagian dari Ahlussunah di antaranya Syiah, Wahabi Khawarij, dan Mu’tazilah. Pengikut Syi’ah menggunakan ijtihad terbaru dari Marja’i Taqlid yang masih hidup, Syi’ah mengikuti perkembangan zaman yang berubah, yang menuntut ijtihad baru atau reinterpretasi atas ajaran-ajaran Islam.
Nahdhatul Ulama (NU) bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah dan berakidah sesuai dengan ajaran-ajaran Abul Hasan Al-Asy’ari ? Sebagian besar tradisi NU seperti ziarah kubur, tahlil, peringatan 4-7-40 dan haul, penghormatan terhadap ulama, tawasul, tabaruk, dan sebagainya merupakan tradisi-tradisi khas Syiah yang tidak terdapat dalam referensi-referensi kitab klasik Ahlus Sunnah wal Jamaah melainkan semata-mata ada dalam kitab-kitab klasik Syiah seperti Mafatih Al-Jinan karya Abbas Al-Qummi, Al-Iqbal karya Al-Kaf’ami, Al-Balad Al-Amin karya Sayyid Ibn Thawus dan sebagainya.
.
Ada beberapa aliran yang jelas bukan bagian dari Ahlussunah di antaranya Syiah, Wahabi Khawarij, dan Mu’tazilah. Pengikut Syi’ah menggunakan ijtihad terbaru dari Marja’i Taqlid yang masih hidup, Syi’ah mengikuti perkembangan zaman yang berubah, yang menuntut ijtihad baru atau reinterpretasi atas ajaran-ajaran Islam.
Syi’ah
mengkritik para sahabat yang kemudia menyebut pihaknya sebagai Syi’ah Ali dan
Ahlul Bait.Bahkan, secara historis, para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah seperti
Abu Hanifa dan Imam Malik belajar kepada Imam Ja’far Ash-Shodiq, imam keenam
Syiah, dalam soal-soal agama. Interaksi ilmiah terus berlangsung secara damai
sampai ada ambisi politik yang menyeret isu mazhab dalam pertarungan profan
tersebut.
.
Syiah adalah
mazhab Islam yang terpengaruh dengan tradisi Persia dan Zoroastrianisme ?
Iran baru memeluk mazhab Syiah pada abad 15 Masehi di zaman Safawi. Sebelumnya,
Iran adalah pusat perkembangan mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dapat
dilihat dari fakta sebagian besar kitab rujukan milik Ahlus Sunnah saat ini
merupakan karya-karya ulama Sunni berdarah Persia, seperti Shahih Bukhori dan
sebagainya. Bahkan, Syiah semula merupakan mazhab resmi Mesir di era Daulah
Fathimiyyah yang berhasil membangun pusat kota Kairo dan Universitas Al-Azhar
.
.
Mazhab Syiah
yang dijadikan sebagai mazhab resmi Dinasti Safawi merupakan reaksi dendam atas
penaklukan Muslim Arab atas Persia ? Dinasti Safawi sebenarnya bukan didirikan
oleh elit berdarah Persia melainkan oleh sekelompok keluarga yang memiliki
darah Turki Azeri. Oleh karena itu, pusat kerajaan Safawi dimulai dari Ardabil
yang memiliki banyak perampuran etnik Turki-Azeri dan Kurdi
.
Sebaliknya,
penganut Syiah paling awal adalah kelompok Arab Irak yang bertempat di Kufah,
Irak dan sebagian lain berada di wilayah Bahrain (hingga kini mayoritas
penduduknya bermazhab Syiah), Yaman (hingga kini mayoritas penduduk Yaman Utara
bermazhab Syiah Zaidiyyah), Mesir (cikal-bakal dinasti Fathimiyah), dan
sebagainya. Yang jelas, Syiah dianut oleh bangsa dan suku-suku Arab jauh sebelum
bangsa Iran memeluknya.
Salafi-Wahabi
adalah sama dengan Ahlu Sunnah wal Jamaah ? Salafi Wahabi adalah ajaran asing
dalam sejarah Islam, yang memiliki banyak kemiripan dengan ajaran Khawarij.
Mereka sama sekali berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah yang kerap
mengedepankan jalan tengah dan moderasi dalam berbagai prinsipnya. Pertentangan
ajaran Wahabi-Salafi yang membajak Sunni terutama sangat bertentangan dengan
ajaran-ajaran Imam Syafii yang dianut oleh mayoritas Ahlus Sunnah wal Jamaah di
Indonesia.
.
Rezim-rezim
Arab seperti Arab Saudi, Bahrain dan Qatar bermazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah ?
Sebagian pemimpin rezim-rezim petrodolar ini beraliran sekuler ekstrem
yang sama sekali tidak terikat dengan syariah Islam dari mazhab mana pun.
Mereka menjalin hubungan bilateral secara terang-terangan dan terbuka dengan
Amerika Serikat dan secara sembunyi-sembunyi dengan anak kesayangan AS, Israel,
yang setiap hari membunuhi mayoritas Muslim Sunni di Palestina, Afghanistan,
Yaman, Somalia, Sudan, dan sebagainya.
.
Arab Saudi
adalah kerajaan yang menjunjung tinggi Islam ? Dalam masa kekuasaan rezim
Kerajaan Arab Saudi di Jazirah Arab selama 100 tahun terakhir Arab Saudi, dua
kota utama umat Muslim, Mekkah dan Madinah, telah mengalami perusakan yang
massif. Jika trend ini dibiarkan dalam puluhan tahun mendatang maka sejarah
Islam tidak akan lagi meninggalkan jejak-jejak historis dan arkeologis yang
berarti
.
Segalanya
akan berganti wajah menjadi dua kota kosmopilitan yang kehilangan sakralitas.
Dekonstruksi atas situs-situs historis umat Islam yang dilakukan oleh rezim
Arab Saudi ini mirip dengan kelakuan rezim zionis Israel terhadap situs-situs
historis keagamaan milik Kristen dan Muslim di tanah suci Palestina. Motif
kedua rezim itupun sama: menghilangkan jejak-jejak sakralitas dan historisitas
kota-kota suci demi membangun sebuah pemahamaan keagamaan yang seutuhnya
didistorsi.
.
Majelis
Ulama Indonesia (MUI) menilai bahwa saat ini tidak banyak kajian-kajian
keislaman yang dihasilkan oleh para pemuka agama Islam, para ulama maupun para
da’i di negeri ini. Ini ditegaskan Ketua MUI KH Cholil Ridwan dalam
perbincangan dengan Republika di sela-sela peluncuran Buku Indeks Hadits
dan Syarah oleh Buya H. Muhammad Alfis Chaniago di Gedung MUI Jakarta, Kamis
(14/1)
.
”Sebenarnya
kajian-kajian keislaman di negeri ini sudah berlangsung sejak lama, namun
belakangan tidak banyak lagi kajian-kajian keislaman yang dihasilkan.Sayangnya,
kajian keislaman ini belakangan justru banyak dikuasai oleh kalangan liberal.
Sehingga yang banyak berkembang di kalangan umat belakangan ini adalah
paham-paham liberal,” tegas kiai Cholil Ridwan
.
.
Karena
banyak dikuasai oleh kalangan liberal, menurut kiai Ridwan maka praktis
masalah-masalah seperti sekularisasi agama dan hal-hal yang berkait dengan
paham liberal dan yang bertentangan dengan MUI, justru menjadi marak di negeri
ini.Menurut kiai Ridwan, ini karena metode dakwah para ulama dan da’i di
Indonesia belakangan ini cenderung tetap mempertahankan cara-cara
konvensional.”Jadi para da’i dan ulama terjebak pada kegiatan-kegiatan rutin
dakwah yang sifatnya normatif dan konvensional,” papar kiai Ridwan.
Walaupun
diakui kiai Ridwan bahwa MUI maupun ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU
telah memiliki pusat kajian keislaman. Namun itu tetap dirasa kurang. Karena
itu pihaknya berharap agar para ulama, da’i dan pemuka agama Islam juga banyak
melakukan kajian-kajian keislaman yang berhubungan langsung dengan
persoalan-persoalan keseharian yang dihadapi umat.
.
Belum Menjawab Persoalan Umat
Sementara itu, Buya H. Muhammad Alfis Chaniago, mengungkapakan bahwa kajian-kajian keislaman yang dilakukan oleh para ulama, pemuka agama Islam, dan para da’i dirasa sudah cukup banyak. Sayangnya, kajian-kajian keislaman tersebut belum bisa menjawab sepenuhnya persoalan-persoalan yang tengah dihadapi umat dalam kehidupan keseharian.
.
Belum Menjawab Persoalan Umat
Sementara itu, Buya H. Muhammad Alfis Chaniago, mengungkapakan bahwa kajian-kajian keislaman yang dilakukan oleh para ulama, pemuka agama Islam, dan para da’i dirasa sudah cukup banyak. Sayangnya, kajian-kajian keislaman tersebut belum bisa menjawab sepenuhnya persoalan-persoalan yang tengah dihadapi umat dalam kehidupan keseharian.
”Memang
sudah banyak kajian-kajian keislaman dilakukan, namun sayangnya belum bisa
menjawab sepenuhnya persoalan-persoalan yang dihadapi umat,” kata Alfis. ”Jadi
sebenarnya umat sekarang ini masih banyak mengharapkan para ulama, da’i, dan
pemuka agama untuk melakukan kajian-kajian keislaman yang bisa menjawab
tantangan ke depan,” tambahnya.
Dalam upaya
menjawab tantangan tersebut, Alfis meluncurkan buku Indeks Hadits yang terdiri
dari dua jilid itu. Buku tersebut ditulis Alfis selama dua tahun dengan
menyisihkan waktunya tiga jam setiap hari. Buku Indeks Hadits dan Syarah ini
berisi 1.646 Hadits pilihan dari enam kitab Hadits Shaheh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar