Sebagai
Muslim kita memang harus memurnikan Tauhid dan hanya menyembah Allah semata.
Kita juga harus mengikuti sunnah Nabi dan menghindari bid’ah.
Sebaliknya kita juga harus menghindar dari paham khawarij takfiri yg mudah mengkafirkan/menganggap sesat sesama Muslim padahal menurut jumhur ulama tidak sesat. Karena mengkafirkan/menganggap sesama Muslim yg ternyata menurut mayoritas ulama lurus, dosanya juga besar.
Sebaliknya kita juga harus menghindar dari paham khawarij takfiri yg mudah mengkafirkan/menganggap sesat sesama Muslim padahal menurut jumhur ulama tidak sesat. Karena mengkafirkan/menganggap sesama Muslim yg ternyata menurut mayoritas ulama lurus, dosanya juga besar.
Mengkafirkan
sesama Muslim adalah tanda dari lemahnya Iman dan bisa jadi kita yg kafir/sesat
jika Muslim yg kita tuduh kafir/sesat itu ternyata lurus:
Tiga perkara
berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha
illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam
karena sesuatu perbuatan… (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat
Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa
ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia,
setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia
mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw.
bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Hadits di
atas artinya jangan mengkafirkan seseorang hanya karena kita menduganya saja.
Bukan dari pengakuan.
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim] http://media-islam.or.id/2011/10/26/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-muslim
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim] http://media-islam.or.id/2011/10/26/jangan-mudah-mengkafirkan-sesama-muslim
Wahabi Salafi Menurut Ulama Sunni Kontemporer
Gerakan
Wahabi Salafi–yang dikenal dengan ideologi takfir (mengkafirkan,
mem-bid’ah-kan, men-syirik-kan sesama muslim)– adalah gerakan yang mengklaim
dirinya sebagai gerakan pemurnian akidah (tauhid) dan mengikuti langkah ulama
terdahulu atau ulama salaf. Karena itu gerakan ini disebut dengan berbagai nama
seperti Wahhabi merujuk pada nama pendirinya Muhammad bin Abdul Wahhab, Ahli
Tauhid dan Salafi atau Wahabi Salafi. Di dunia Arab, mereka lebih sering
disebut dengan istilah harakatul Wahhabiyah As-Saudiyah (حركة الوهابية
السعودية) atau gerakan Wahabi Arab Saudi karena memang didirikan dan berpusat
di Arab Saudi.
Berikut
beberapa pendapat ulama Sunni non-Wahhabi kontemporer terhadap Wahabi Salafi:
1. Dr. Ali
Jumah, mufti Mesir mengatakan bahwa Wahabi Salafi adalah gerakan militan dan
teror. [1]
2. Dr. Ahmad
Tayyib, Syekh al-Azhar mengatakan bahwa Wahabi tidak pantas menyebut dirinya
salafi karena mereka tidak berpijak pada manhaj salaf.[2]
3. Dr. Yusuf
Qardawi, intelektual Islam produktif dan ahli fiqh terkenal asal Mesir,
mengatakan bahwa Wahabi adalah gerakan fanatik buta yang menganggap dirinya
paling benar tanpa salah dan menganggap yang lain selalu salah tanpa ada
kebenaran sedikitpun.[3] Gerakan Wahabi di Ghaza, menurut Qardawi, lebih suka
memerangi dam membunuh sesama muslim daripada membunuh Yahudi.[4]
4. Dr.
Wahbah Az-Zuhayli (وهبة الزحيلي), mufti Suriah dan ahli fiqh produktif, menulis
magnum opus ensiklopedi fiqh 14 jilid berjudul Al Muwsuatul Fiqhi al-Islami
(الموسوعة الفقه الإسلامي ) . Az-Zuhayli mengatakan seputar Wahabi Salafi (yang
mengafirkan Jama’ah Tabligh): “mereka [Wahabi] adalah orang-orang yang suka
mengkafirkan mayoritas muslim selain dirinya sendiri.”[5]
5. KH. Agil
Siradj, ketua PBNU, mengatakan dalam berbagai kesempatan melalui artikel yang
ditulisnya, wawancara tv, dan seminar bahwa terorisme modern berakal dari
ideologi Wahabi.[6]
6. Syekh
Hisyam Kabbani, ketua tariqah Naqshabandi dunia, mengatakan bahwa Wahabi Salafi
adalah gerakan neo-Khawarij.[7] Yaitu aliran keras yang menghalalkan darah
sesama muslim dan terlibat dalam pembunuhan khalifah ke-3 Utsman bin Affan.
Pandangan Dr. Habib Rizieq Syihab dari FPI tentang
Wahabi:
WAHABI
Ada pun
Pandangan FPI terhadap WAHABI sebagai berikut : FPI membagi WAHABI dengan semua
sektenya juga menjadi TIGA GOLONGAN ; Pertama, WAHABI TAKFIRI yaitu Wahabi yang
mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan
darah sesama muslim, lalu bersikap MUJASSIM yaitu mensifatkan Allah SWT dengan
sifat-sifat makhluq, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah
menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Wahabi golongan
ini KAFIR dan wajib diperangi.
Kedua,
WAHABI KHAWARIJ yaitu yang tidak berkeyakinan seperti Takfiri, tapi melakukan
penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan
terhadap para Ahlul Bait Nabi SAW seperti Ali RA, Fathimah RA, Al-Hasan RA dan
Al-Husein RA mau pun ‘Itrah/Dzuriyahnya. Wahabi golongan ini SESAT sehingga
mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga,
WAHABI MU’TADIL yaitu mereka yang tidak berkeyakinan Takfiri dan tidak bersikap
Khawarij, maka mereka termasuk MADZHAB ISLAM yang wajib dihormati dan dihargai
serta disikapi dengan DA’WAH dan DIALOG dalam suasana persaudaraan Islam.
http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98
http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98
Pandangan Habib Munzir Al Musawa dari Majelis
Rasulullah tentang Wahabi:
beda dengan
orang orang wahabi, mereka tak punya sanad guru, namun bisanya cuma menukil dan
memerangi orang muslim.
mereka
memerangi kebenaran dan memerangi ahlussunnah waljamaah, memaksakan akidah
sesatnya kepada muslimin dan memusyrikkan orang orang yg shalat.
salaf,
artinya adalah kaum yg terdahulu, salaf adalah istilah bagi Ulama Ulama yg
terdahulu di masa setelah Tabi’ Tabiin, namun kaum penganut ajaran wahabi
menamakan dirinya salafy, padahal mereka tak mengikuti ajaran ulama salaf yg
terkenal berbudi luhur, ahli ibadah, ahli ilmu syariah.
mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.
mereka ini muncul di akhir zaman justru membawa ajaran sesat dan mengaku salaf.
Kenapa para
ulama di atas berpandangan kurang baik terhadap Salafi Wahabi? Bukankah mencela
sesama Muslim itu haram?
Ini tak
lepas dari ulah Salafi Wahabi yang gemar menghina bahkan memfitnah sesama
Muslim dengan kata-kata yang mereka sendiri tidak suka dengan dalih bid’ah,
sesat, dsb. Lihatlah ulah para Salafi Wahabi:
Ustad Arifin
Ilham dengan Majelis Zikir Az Zikro mereka anggap bid’ah dan sesat:
Bagaimana
mungkin dzikir bid’ah model Arifin Ilham bisa dikatakan
sebagai majelis dzikir yang disebutkan di dalam nash-nash tersebut?
Sedangkan
“majalis adz dzikir” yg dinisbahkan kepada model dan cara berdzikirnya
Arifin Ilham lbh pantas dinamakan sebagai “majelis makr ” dan
bukan majelis dzikr. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari kesesatan
Lihat
bagaimana sesama Wahabi saling hina/fitnah dengan sebutan kecoak, ular, dsb:
Abdul
Mu’thi:
Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz sertakecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka (www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu’thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari).
Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida’, Aunur Rafiq, Ahmad Faiz sertakecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka (www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu’thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari).
Kata-kata
Ular dilontarkan terhadap sesama Muslim:
Nah
liciknya, ketika salafi dan jihadi sedang bertempur membela manhajnya
masing-masing, kelompok bid’ah hasanah menyelusup
ke dalam barisan jihadi seperti ular berbisa lalu menebar
racunnya secara membabi buta, entah kepada jihadi atau kepada salafi.
Lihat
bagaimana Salafi Wahabi menganggap sesat Ustad Ja’far Umar Thalib dan juga
Abubakar Ba’asyir yang sesungguhnya dulu juga Salafi Wahabi:
Abdurahman
Wonosari:
Sebagian
orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan Ja’far Umar
Thalib (JUT).
Ustad Salafi
Wahabi, Firanda, sering memfitnah dan menghina Habib Munzir Al Musawwa dari
Majelis Rasulullah. Sementara Yazid memfitnah Habib Rizieq Syihab dari FPI
sebagai Syi’ah yang halal darahnya untuk dibunuh:
Ulama Sunni
yang lain seperti Prof Dr Quraisy Shihab dan KH Said Agil Siradj juga mereka
fitnah sebagai Syi’ah.
Dia fitnah
juga ulama Salaf Imam Abu Hasan Al Asy’ari (lahir tahun 260 H) yang mengajarkan
Sifat 20 sebagai sesat. Bagaimana mungkin “Ustad” yang lahir kemarin sore
berani menghina Ulama Salaf yang asli?
Bagaimana
mungkin seorang ulama kata-katanya penuh dengan “Kebun Binatang”? Kata-kata
seperti “Kecoak”, “Ular Berbisa” dilabelkan kepada manusia. Jangankan
ulama/dai, bagi orang awam pun itu tidak pantas. Allah benci dengan orang yang
seperti itu:
Sesungguhnya
Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yang
meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang
paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR.
Bukhari)
Nabi
Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat
dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.
(HR. Ar-Ridha)
Dalam Surat
Al Hujuraat 11-12 Allah melarang orang-orang yang beriman mengolok-olok dan
memaki satu kaum dan menggunjing (ghibah) orang lain. Orang yang melakukan itu
di akhirat kelak akan memakan bangkai yang busuk.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12]
Bagaimana
mungkin kita mengaku “MENGHIDUPKAN SUNNAH” jika kita‘MEMATIKAN
AL QUR’AN”? Melanggar ayat-ayat Al Qur’an di atas seperti memaki manusia
sebagai Kecoak dan Ular?
Mohon
sebarkan informasi ini kepada yang lainnya agar kita terhindar dari kaum yang
suka mencela dan memfitnah sesama Muslim. Jika kita ngajinya benar, insya Allah
kita bisa merasakan sesama Muslim itu bersaudara (Ukhuwah Islamiyyah) dan
saling menguatkan dan tolong-menolong. Bukan saling hina.
Silahkan
baca juga:
Sumber : Kabar Islamia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar