Total Tayangan Halaman

Kamis, 27 Agustus 2020

b. Amalan-amalan Khusus

Pertama, malam pertama. Dalam kitab al-Iqbâl telah disebutkan beberapa amalan. Di antaranya, shalat dua belas rakaat dengan membaca surah al-Fâtihah sekali dan at-Tauhîd sebanyak sebelas kali. Kedua, hari pertama. Puasa pada hari ini memiliki keutamaan yang luar biasa. Imam Shadiq as berkata, “Sesiapa berpuasa pada hari pertama bulan Syakban, wajib baginya surga.” Sayid Ibnu Thawus ra telah menukil pahala yang sangat besar dari Rasulullah saw bagi orang yang berpuasa di tiga hari pertama bulan ini dan pada malam harinya melakukan shalat sebanyak dua rakaat dengan membaca surah al-Fâtihah sekali dan at-Tauhîd sebanyak sebelas kali pada setiap rakaatnya. Ketahuilah, dalam buku tafsir Imam (Hasan Askari as) terdapat sebuah hadis tentang keutamaan bulan Syakban dan hari pertamanya. Dalam hadis itu telah disebutkan faedah-faedahnya yang sangat besar. Guru kami, Tsiqatul Islam Nuri (semoga Allah menerangkan kuburannya) pun telah menerjemahkan hadis tersebut dan menyebutkannya di akhir kata al-Kalimah ath-Thayyibah. Karena hadis itu sangat panjang dan buku ini tidak cukup untuk menukil keseluruhannya, kami hanya menyebutkan ringkasannya di sini. Ringkasan hadis itu adalah sebagai berikut: Pada hari pertama di sebuah bulan Syakban, Amirul Mukminin as melalui sekelompok orang yang sedang duduk di sebuah masjid sambil berdebat mengenai qadha dan qadar. Suara perdebatan mereka sangat keras dan perdebatan berlangsung sengit. Beliau berdiri (di hadapan mereka) seraya mengucapkan salam. Mereka menjawab salam beliau dan berdiri atas kedatangan beliau, lalu mempersilahkan beliau untuk duduk. Beliau tidak menggubris mereka seraya berkata, “Wahai kalian yang membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat, apakah kalian tidak tahu bahwa Allah memiliki hamba-hamba yang rasa takut (kepada-Nya) telah membuat mereka diam padahal mereka mampu berbicara dan tidak bisu. Ketika mereka mengingat keagungan Allah, lidah mereka kelu, hati mereka bergetar, mereka tidak sadarkan diri, dan terperangah terhadap kemuliaan dan keagungan-Nya. Ketika mereka sadar diri, mereka menghadap kepada Allah dan dengan perilaku suci (yang dimilikinya) masih menganggap diri mereka zalim dan bersalah, padahal mereka tidak pernah lengah (sedikit pun). Mereka tidak pernah ridha dengan amal sedikit (yang dilakukannya) untuk Allah dan tidak pernah menghitung-hitung amal banyak yang (dikerjakan untuk-Nya). Mereka selalu beramal. Ketika kalian melihat mereka, mereka selalu beribadah dengan segala ketakutan, dan selalu takut dan khawatir. Dengan ini, di manakah kalian dari mereka itu, wahai kelompok orang-orang baru beranjak? “Apakah kalian tidak mengetahui bahwa orang yang paling tahu tentang masalah qadar adalah orang yang tidak membicarakannya, dan orang yang paling bodoh tentang masalah qadar adalah orang yang selalu membicarakannya? “Wahai kelompok orang-orang yang baru beranjak, hari ini adalah hari pertama bulan Syakban. Allah telah menamakannya dengan Sya‘bân, karena kebaikan ditebarkan (di bulan ini). Sesungguhnya di bulan ini Allah telah membuka pintu-pintu kebaikan-Nya dan menampakkan kepada kalian istana dan kebaikan-kebaikannya dengan harga yang murah dan pekerjaan yang ringan. Maka, belilah semua itu. Iblis yang terkutuk telah membentangkan di hadapan kalian dahan-dahan kejahatan dan malapetaka-malapetakanya. Sementara kalian senantiasa berusaha berpegang teguh kepada dahan-dahan (kejahatan) iblis dalam kesesatan dan kezaliman kalian, dan memalingkan wajah dari tali-temali ranting-ranting kebaikan yang (sekarang) pintu-pintunya telah terbuka untuk kalian. “Ini adalah hari pertama bulan Syakban, dan tali temali ranting-ranting kebaikannya adalah shalat, puasa, membayar zakat, amar makruf-nahi mungkar, berbuat kebajikan kepada orang tua, seluruh keluarga, dan tetangga, mendamaikan antara dua orang yang bertengkar, dan bersedekah kepada fakir miskin. Sedangkan kalian sedang memaksakan diri untuk membahas sesuatu yang kalian tidak dipaksakan (untuk harus mengetahuinya, yaitu masalah qadha dan qadar) dan tidak diwajibkan untuk menelusurinya dengan tujuan menyingkap rahasia-rahasia Allah. Sesiapa ingin menelusurinya, niscaya ia termasuk orang-orang yang sesat. Ketahuilah, sesungguhnya jika kalian mengetahui apa yang telah disediakan oleh Allah Azza Wajalla pada hari ini bagi hamba-hamba yang menaati-Nya, niscaya kalian akan menghentikan apa yang sedang kalian bahas ini dan mulai mengerjakan perintah yang telah ditujukan kepada kalian.” Mereka bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah yang telah Allah sediakan pada hari ini bagi hamba-hamba yang menaati-Nya?” Kemudian, Amirul Mukminin as menceritakan kisah sebuah pasukan yang diutus oleh Rasulullah saw untuk berjihad melawan orang-orang kafir dan musuh-musuh itu menyerang mereka pada malam hari. Malam itu sangat gelap sekali dan semua anggota pasukan itu tertidur pulas kecuali Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rawahah, Qatadah bin Nu’man, dan Qais bin Ashim Minqari yang masing-masing bangun di sebuah pojok tempat dan sibuk melaksanakan shalat dan membaca al-Quran. Di bawah kegelapan malam yang membuat Muslimin tidak dapat melihat pasukan musuh, pasukan musuh itu menghujani kaum Muslim dengan panah hingga barisan mereka berantakan. Hampir saja semua anggota pasukan kaum Muslim binasa. Tiba-tiba cahaya yang berkilau memancar dari mulut keempat orang itu dan menerangi perkemahan Muslimin. Kejadian ini membangkitkan keteguhan dan keberanian mereka. Langsung mereka mencabut pedang, (maju menerjang barisan musuh) sehingga dapat membunuh dan menawan mereka. Ketika kembali (ke Madinah), mereka menceritakan peristiwa itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda, “Cahaya itu disebabkan oleh amalan saudara-saudara kalian ini di awal Syakban.” Kemudian Rasulullah menceritakan amalan-amalan (yang telah) mereka lakukan. Lalu, beliau bersabda, “Ketika awal Syakban tiba, Iblis akan menebarkan pasukannya ke seluruh penjuru bumi dan langit dengan berpesan kepada mereka, ‘Berusahalah (sekuat tenaga) untuk menarik sebagian dari hamba-hamba Allah ke (dalam kelompok) kalian pada hari ini.’ Dan sesungguhnya Allah Azza Wajalla juga menyebarkan para malaikat ke seluruh penjuru bumi dan langit seraya berfirman kepada mereka, ‘Jaga dan bimbinglah hamba-hamba-Ku. (Dengan demikian), mereka akan berbahagia karena kalian kecuali yang membangkang. Sesungguhnya ia termasuk dalam golongan dan tentara Iblis.’ “Ketika awal Syakban tiba, Allah memerintahkan pintu-pintu surga untuk terbuka dan pohon Thuba untuk mendekatkan ranting-rantingnya ke dunia. Ketika itu, penyeru Allah akan menyeru, ‘Wahai hamba-hamba Allah, ini semua adalah ranting-ranting pohon Thuba. Maka, bergantunganlah kepadanya supaya ia mengangkat kalian ke surga. Dan ini adalah ranting-ranting pohon Zaqqum. Maka, takutlah darinya supaya ia tidak mengantarkan kalian ke neraka.’ “Rasulullah saw bersabda, ‘Demi Zat yang telah mengutusku dengan risalah (kenabian)! Sesiapa melakukan satu kebaikan pada hari ini, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada satu ranting dari ranting-ranting pohon Thuba itu yang akan mengantarkannya ke surga, dan sesiapa mengerjakan satu kejahatan pada hari ini, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada satu ranting dari ranting-ranting pohon Zaqqum yang akan melemparkannya ke dalam neraka.” Selanjutnya Rasulullah bersabda, “Sesiapa melakukan shalat sunah pada hari ini demi Allah, ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa berpuasa pada hari ini, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa mendamaikan antara suami istri, ayah dan anaknya, kerabatnya, suami istri (yang hidup) bertetangga dengannya, atau suami istri (yang) asing baginya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa meringankan (kegundahan dan beban) orang yang berutang kepadanya atau mengurangi (kadar) tagihannya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa memeriksa kembali keuangannya dan melihat utang-utang lama yang penagihnya telah putus asa (untuk menagihnya), lalu ia membayarnya (kepada penagihnya), sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa bersedia memelihara seorang anak yatim, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa mencegah seorang yang tolol mengganggu kehormatan seorang Mukmin, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa membaca al-Quran atau sebagian ayatnya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa mengingat Allah dan menghitung-hitung karunia-karunia-Nya (atas dirinya), lalu mensyukuri-Nya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa menjenguk orang sakit, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa berbakti kepada kedua orang tuanya atau salah satunya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa telah menjadikan mereka (kedua orang tua) marah sebelum hari ini, lalu membahagiakan mereka pada hari ini, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa mengantar jenazah, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa ikut berbela sungkawa atas orang yang sedang tertimpa musibah, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; dan begitu juga, sesiapa melakukan kebaikan pada hari ini, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya.” Selanjutnya Rasulullah saw bersabda, “Demi Zat yang telah mengutusku dengan kenabian! Sesiapa melakukan salah satu kejahatan dan dosa pada hari ini, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu ranting pohon Zaqqum yang akan menghempaskannya ke dalam api neraka.” Selanjutnya beliau bersabda, “Demi Zat yang telah mengutusku dengan kenabian! Sesiapa meninggalkan shalat wajibnya pada hari ini dengan sengaja, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; barangsiapa didatangi oleh seorang fakir yang lemah dan ia mengetahui kondisinya yang memprihatinkan, sementara ia mampu untuk mengubah kehidupannya tanpa ia harus menanggung kesusahan, sedangkan tidak ada orang lain yang mampu menggantikannya, lalu ia membiarkannya begitu saja sehingga si fakir musnah, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa dimintai maaf oleh orang yang pernah berbuat salah kepadanya dan ia tidak menerima permintaan maafnya, lalu ia tidak membalasnya sesuai dengan kesalahannya, bahkan lebih dari kejahatan (yang pernah dilakukannya), sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa menyebabkan perpisahan antara suami istri, ayah dan anaknya, saudara dan saudaranya, kerabat dan kerabatnya, tetangga dan tetangganya, sahabat dan sahabatnya, atau saudari dan saudarinya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa mempersulit orang miskin, sedangkan ia tahu tentang kemiskinannya, lalu (tidak hanya sampai di situ), ia malah menambahkan musibah atas amarahnya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa memiliki sebuah utang dan ia mengingkarinya di hadapan penagihnya, lalu ia bertindak durjana atas pemiliknya itu sehingga ia terbebaskan dari utang itu, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa mengganggu anak yatim dan menghabiskan hartanya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa memasuki (baca: melanggar) kemuliaan saudara seimannya dan memaksa orang lain melakukan hal itu, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa bernyanyi sehingga merangsang (orang lain) untuk berbuat maksiat, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa menghitung-hitung pekerjaan-pekerjaan buruknya dalam peperangan dan aneka ragam kezalimannya terhadap hamba-hamba Allah serta merasa bangga dengan itu, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa tidak menjenguk tetangganya yang sakit karena menganggap remeh martabatnya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa tidak mengantarkan jenazah tetangganya yang sudah meninggal dunia karena si tetangga itu hina dalam pandangannya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa berpaling dari seseorang yang tertimpa malapetaka dan melaliminya karena ia hina dan orang biasa dalam pandangannya, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa durhaka kepada kedua orang tuanya atau kepada salah satunya, sesunguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; sesiapa durhaka kepada mereka sebelum hari ini dan tidak membahagiakan mereka pada hari ini sedangkan ia mampu untuk itu, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya; dan begitu juga, sesiapa melakukan salah satu keburukan, sesungguhnya ia telah bergantungan kepada salah satu rantingnya. Demi Zat yang telah mengutusku dengan kenabian! Orang-orang yang bergantungan kepada ranting-ranting pohon Thuba akan diantarkan oleh ranting-ranting itu ke surga.” Setelah itu, Rasulullah saw memandang ke langit sebentar dan beliau tersenyum bahagia. Lalu, beliau mengalihkan pandangan ke bumi dan dahi beliau mengkerut pucat pasi. Kemudian, beliau memandang para sahabat seraya bersabda, “Demi Zat yang telah mengutusku dengan kenabian! Sungguh aku telah melihat pohon Thuba terangkat dan mengangkat (baca: mengantarkan) mereka yang bergantungan kepadanya ke surga. Kulihat sebagian dari mereka hanya dapat bergantungan kepada satu ranting, sebagian yang lain kepada dua ranting, dan sebagian lagi kepada beberapa ranting tergantung kepada kemampuan mereka melaksanakan ketaatan. Sesungguhnya aku telah melihat Zaid bin Haritsah bergantungan kepada kebanyakan ranting-rantingnya. Dan ranting-ranting itu mengangkat dan mengantarkannya ke surga paling tinggi. Oleh karena itu, aku tersenyum bahagia. “Setelah itu, aku memandang ke bumi. Demi Zat yang telah mengutusku dengan kenabian! Kulihat ranting-rantingnya menjerumuskan orang-orang yang bergantungan kepada ke dalam neraka. Kulihat sebagian dari mereka bergantungan kepada satu ranting, sebagian yang lain kepada dua ranting, dan sebagian lagi kepada beberapa ranting tergantung kepada keburukan yang dilakukannya. Sesungguhnya aku melihat sebagian munafikin bergantungan kepada kebanyakan ranting-rantingnya. Dan ranting-ranting itu menghempaskan mereka ke dalam jahanam. Oleh karena itu, dahiku mengkerut pucat-pasi.” Ketiga, hari ketiga. Hari yang penuh berkah. Dalam kitab al-Mishbâh, Syekh Thusi ra berkata, “Hari ini adalah hari kelahiran Imam Husain bin Ali, dan pada hari ini juga tawqî’ Imam Hasan Askari as keluar ditujukan kepada Qasim bin Ala Hamadani, salah seorang wakil yang menyebutkan bahwa Imam Husain as lahir pada hari Kamis tanggal 3 Syakban. Berpuasalah pada hari ini dan bacalah doa berikut ini: اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِحَقِّ الْمَوْلُوْدِ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْمَوْعُوْدِ بِشَهَادَتِهِ قَبْلَ اسْتِهْلاَلِهِ وَ وِلاَدَتِهِ، بَكَتْهُ السَّمَاءُ وَ مَنْ فِيْهَا وَ اْلأَرْضُ وَ مَنْ عَلَيْهَا وَ لَمَّا يَطَأْ (يُطَأْ) لاَبَتَيْهَا، قَتِيْلِ الْعَبْرَةِ وَ سَيِّدِ اْلأُسْرَةِ الْمَمْدُوْدِ بِالنُّصْرَةِ يَوْمَ الْكَرَّةِ الْمُعَوَّضِ مِنْ قَتْلِهِ أَنَّ اْلأَئِمَّةَ مِنْ نَسْلِهِ وَ الشِّفَاءَ فِيْ تُرْبَتِهِ وَ الْفَوْزَ مَعَهُ فِيْ أَوْبَتِهِ وَ اْلأَوْصِيَاءَ مِنْ عِتْرَتِهِ بَعْدَ قَائِمِهِمْ وَ غَيْبَتِهِ حَتَّى يُدْرِكُوا اْلأَوْتَارَ وَ يَثْأَرُوا الثَّارَ وَ يُرْضُوا الْجَبَّارَ وَ يَكُوْنُوْا خَيْرَ أَنْصَارٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَعَ اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ، اللَّهُمَّ فَبِحَقِّهِمْ إِلَيْكَ أَتَوَسَّلُ وَ أَسْأَلُ سُؤَالَ مُقْتَرِفٍ مُعْتَرِفٍ مُسِيْئٍٍ إِلَى نَفْسِهِ مِمَّا فَرَّطَ فِيْ يَوْمِهِ وَ أَمْسِهِ يَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ إِلَى مَحَلِّ رَمْسِهِ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عِتْرَتِهِ وَ احْشُرْنَا فِيْ زُمْرَتِهِ وَ بَوِّئْنَا مَعَهُ دَارَ الْكَرَامَةِ وَ مَحَلَّ الْإِقَامَةِ، اللَّهُمَّ وَ كَمَا أَكْرَمْتَنَا بِمَعْرِفَتِهِ فَأَكْرِمْنَا بِزُلْفَتِهِ وَ ارْزُقْنَا مُرَافَقَتَهُ وَ سَابِقَتَهُ، وَ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يُسَلِّمُ لِأَمْرِهِ وَ يُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَلَيْهِ عِنْدَ ذِكْرِهِ وَ عَلَى جَمِيْعِ أَوْصِيَائِهِ وَ أَهْلِ أَصْفِيَائِهِ الْمَمْدُودِيْنَ مِنْكَ بِالْعَدَدِ اْلإِثْنَى عَشَرَ، النُّجُوْمِ الزُّهَرِ وَ الْحُجَجِ عَلَى جَمِيْعِ الْبَشَرِ، اللَّهُمَّ وَ هَبْ لَنَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ خَيْرَ مَوْهِبَةٍ وَ أَنْجِحْ لَنَا فِيْهِ كُلَّ طَلِبَةٍ، كَمَا وَهَبْتَ الْحُسَيْنَ لِمُحَمَّدٍ جَدِّهِ وَ عَاذَ فُطْرُسُ بِمَهْدِهِ، فَنَحْنُ عَائِذُوْنَ بِقَبْرِهِ مِنْ بَعْدِهِ نَشْهَدُ تُرْبَتَهُ وَ نَنْتَظِرُ أَوْبَتَهُ، آمِيْنَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ Ya Allah, aku memohon kepada-Mu demi orang yang lahir pada hari ini, yang telah dijanjikan dengan syahadah sebelum terlahir ke bumi, ia ditangisi oleh langit dan seluruh isinya serta bumi dan seluruh isinya sebelum menginjakkan kakinya ke bumi, yang terbunuh (supaya) air mata (makhluk ini terkucur) dan pemimpin kabilah (suci) yang mendapatkan pertolongan ketika ia raj‘ah (ke bumi ini), yang mendapatkan ganti dengan terbantainya bahwa para imam (maksum) berasal dari keturunannya, kesembuhan (setiap penyakit) terdapat di tanah kuburannya, kemenangan bersamanya setelah ia raj‘ah kembali, dan para washi berasal dari keturunannya setelah al-Qaim mereka dan kegaibannya sehingga mereka membalas darah-darah yang telah tertumpah, membalas dendam, meridhakan Allah, dan menjadi para penolong terbaik, semoga shalawat selalu tercurahkan atas mereka, selama malam dan siang masih berjalan. Ya Allah, dengan (perantara) mereka, aku bertawasul kepada-Mu dan memohon bak permohonan seorang pendosa yang mengaku dan menzalimi dirinya dengan kelengahannya (terhadap kewajibannya) pada hari ini dan kemarin, serta memohon perlindungan kepada-Mu hingga hari wafatnya. Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan Itrah-nya, bangkitkan kami golongannya, dan tempatkan kami di istana kemuliaan dan kekekalan bersamanya. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memuliakan kami dengan mengenalnya, muliakanlah kami dengan kedudukan dekat (di sisinya), dan anugerahkan kepada kami bersahabat dengannya, serta jadikan kami di antara orang-orang yang menerima perintahnya dan memperbanyak shalawat kepadanya ketika aku menyebut namanya, kepada seluruh washinya dan orang-orang pilihannya yang telah ditentukan berjumlah dua belas, bintang-bintang yang berkilauan dan para hujah atas seluruh manusia. Ya Allah, anugerahkan kepada kami pada hari ini anugerah terbaik dan kabulkan bagi kami pada hari ini setiap permohonan, sebagaimana Engkau telah anugerahkan Husain kepada Muhammad, kakeknya, dan Malaikat Futhrus bernaung di bawah naungannya. Maka, kami bernaung di kuburannya sepeninggalnya, menyaksikan turbahnya dan menunggu kembalinya. Amin Rabbal-‘alamin. Setelah itu, bacalah doa Imam Husain as berikut ini. Doa ini adalah doa beliau yang terakhir ketika musuh-musuh beliau sudah membludak pada hari Asyura. اللَّهُمَّ أَنْتَ مُتَعَالِيُ الْمَكَانِ عَظِيْمُ الْجَبَرُوْتِ شَدِيْدُ الْمِحَالِ غَنِيٌّ عَنِ الْخَلاَئِقِ عَرِيْضُ الْكِبْرِيَاءِ قَادِرٌ عَلَى مَا تَشَاءُ قَرِيْبُ الرَّحْمَةِ صَادِقُ الْوَعْدِ سَابِغُ النِّعْمَةِ حَسَنُ الْبَلاَءِ قَرِيْبٌ إِذَا دُعِيْتَ مُحِيْطٌ بِمَا خَلَقْتَ قَابِلُ التَّوْبَةِ لِمَنْ تَابَ إِلَيْكَ قَادِرٌ عَلَى مَا أَرَدْتَ وَ مُدْرِكٌ مَا طَلَبْتَ وَ شَكُوْرٌ إِذَا شُكِرْتَ وَ ذَكُوْرٌ إِذَا ذُكِرْتَ، أَدْعُوْكَ مُحْتَاجًا وَ أَرْغَبُ إِلَيْكَ فَقِيْرًا وَ أَفْزَعُ إِلَيْكَ خَائِفًا وَ أَبْكِيْ إِلَيْكَ مَكْرُوْبًا وَ أَسْتَعِيْنُ بِكَ ضَعِيْفًا وَ أَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ كَافِيًا، احْكُمْ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ قَوْمِنَا (بِالْحَقِ)، فَإِنَّهُمْ غَرُّوْنَا وَ خَدَعُوْنَا وَ خَذَلُوْنَا وَ غَدَرُوْا بِنَا وَ قَتَلُوْنَا وَ نَحْنُ عِتْرَةُ نَبِيِّكَ وَ وَلَدُ (وُلْدُ) حَبِيْبِكَ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الَّذِي اصْطَفَيْتَهُ بِالرِّسَالَةِ وَ ائْتَمَنْتَهُ عَلَى وَحْيِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا فَرَجًا وَ مَخْرَجًا، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ Ya Allah, Engkau Mahatinggi kedudukan-Mu, Mahaagung kekuasaan-Mu, Mahakokoh tipu daya-Mu, tidak membutuhkan kepada para makhluk, Mahaluas kekuasaan-Mu, Mahamampu atas segala sesuatu, rahmat-Mu dekat, janji-Mu benar, karunia-Mu lapang, ujian-Mu indah, Mahadekat jika Engkau diseru, meliputi segala yang Kauciptakan, Penerima taubat bagi orang yang bertaubat kepada-Mu, Mahamampu atas segala yang Kaukehendaki, Maha Menggapai segala yang Kau inginkan, berterima kasih jika Kau disyukuri, Mengingat jika Engkau diingat, aku menyeru-Mu dalam keadaan butuh, aku rindu kepada-Mu dalam keadaan memerlukan, aku merintih kepada-Mu dalam keadaan takut, aku menangis di haribaan-Mu dalam keadaan sedih, aku memohon pertolongan kepada-Mu dalam keadaan lemah, dan aku pasrah diri kepada-Mu demi mencukupi (urusanku). Jadilah hakim antara kami dan kaum kami, karena mereka telah memperdayakan kami, menipu kami, menghinakan kami, mengkhianati dan membunuh kami, sedangkan kami adalah ‘itrah Nabi-Mu dan putra kekasih-Mu, Muhammad bin Abdullah yang telah Kaupilih untuk mengemban risalah dan Kau percayakan kepadanya wahyu-Mu. Jadikan urusan mudah dan beres, dengan rahmat-Mu, wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih Ibnu Ayyasy berkata, “Saya pernah mendengar Husain bin Ali bin Sufyan Bazufari berkata, ‘Imam Shadiq as selalu membaca doa ini pada hari ini. Beliau berkata, ‘Doa ini termasuk doa-doa tanggal 3 Syakban, hari kelahiran Husain as.’” Keempat, malam tiga belas. Malam tiga belas adalah malam pertama al-layali al-bidh. Tata cara shalat malam ini dan dua malam setelahnya telah disebutkan pada amalan-amalan bulan Rajab. Kelima, malam Nishfu Syakban (tanggal 15 Syakban). Malam ini adalah malam yang penuh berkah. Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa Imam Baqir as pernah ditanya tentang keutamaan malam Nishfu Syakban, Beliau berkata, “Malam adalah malam yang paling utama setelah lailatul qadr. Pada malam itu, Allah akan menganugerahkan karunia-Nya kepada para hamba dan mengampuni mereka demi karunia dan anugerah-Nya. Oleh karena itu, berusahalah untuk selalu bertaqarrub kepada-Nya pada malam itu. Pada malam itu, Allah telah bersumpah demi Zat-Nya yang suci untuk tidak membiarkan pemohon-(Nya) kembali dengan tangan hampa selama ia tidak memohon sesuatu yang maksiat. Malam itu adalah malam yang telah Allah istimewakan untuk kami sebagaimana Dia telah mengistimewakan Lailatul-Qadr untuk Nabi kami. Oleh karena itu, berusahalah untuk berdoa dan memuji Allah Swt.” Di antara berkah malam ini adalah kelahiran Shahibuz Zaman di waktu sahar malam ini pada tahun 255 di Samara. Dan hal itu menambahkan kemuliaan malam ini. Terdapat beberapa amalan untuk malam. Di antaranya: Mandi. Mandi (pada malam) ini dapat meringankan dosa. Menghidupkan malam ini dengan melaksanakan shalat, berdoa, dan beristigfar sebagaimana hal itu selalu dikerjakan oleh Imam Zainal Abidin as. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa sesiapa menghidupkan malam ini, hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati-hati yang lain mati. Berziarah kepada Imam Husain as. Ziarah ini adalah amalan paling utama pada malam ini dan menyebabkan pengampunan dosa. Sesiapa ingin berjabatan tangan dengan arwah 124.000 nabi, berziarahlah kepada beliau pada malam ini. Minimal cara untuk berziarah kepada beliau (pada malam ini) adalah kita naik ke atas atap rumah seraya menoleh ke arah kanan dan ke arah kiri. Lalu, kita arahkan pandangan kita ke arah langit dan bacalah bacaan berikut: السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ‏ Salam atasmu wahai Abu Abdillah. Salam, rahmat, dan berkah Allah atasmu. Sesiapa, di mana pun ia berada dan kapan saja, menziarahi beliau dengan cara ini, akan dituliskan pahala haji dan umrah baginya. Kami akan menyebutkan doa ziarah khusus untuk malam ini pada Bab Ziarah insya Allah. Membaca doa yang dinukil oleh Syekh Thusi dan Sayid Ibnu Thawus ra berikut ini, dan doa ini memiliki kedudukan seperti berziarah kepada Shahibuz Zaman (Imam Mahdi). اللَّهُمَّ بِحَقِّ لَيْلَتِنَا (هَذِهِ) وَ مَوْلُوْدِهَا وَ حُجَّتِكَ وَ مَوْعُوْدِهَا الَّتِيْ قَرَنْتَ إِلَى فَضْلِهَا فَضْلاً فَتَمَّتْ كَلِمَتُكَ صِدْقًا وَ عَدْلاً لاَ مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِكَ وَ لاَ مُعَقِّبَ لِآيَاتِكَ، نُوْرُكَ الْمُتَأَلِّقُ وَ ضِيَاؤُكَ الْمُشْرِقُ وَ الْعَلَمُ النُّوْرُ فِيْ طَخْيَاءِ الدَّيْجُوْرِ، الْغَائِبُ الْمَسْتُوْرُ، جَلَّ مَوْلِدُهُ وَ كَرُمَ مَحْتِدُهُ وَ الْمَلاَئِكَةُ شُهَّدُهُ وَ اللَّهُ نَاصِرُهُ وَ مُؤَيِّدُهُ إِذَا آنَ مِيْعَادُهُ وَ الْمَلاَئِكَةُ (فَالْمَلائِكَةُ) أَمْدَادُهُ، سَيْفُ اللَّهِ الَّذِيْ لاَ يَنْبُوْ وَ نُوْرُهُ الَّذِيْ لاَ يَخْبُوْ وَ ذُو الْحِلْمِ الَّذِيْ لاَ يَصْبُوْ، مَدَارُ الدَّهْرِ وَ نَوَامِيْسُ الْعَصْرِ وَ وُلاَةُ اْلأَمْرِ، وَ الْمُنَزَّلُ عَلَيْهِمْ مَا يَتَنَزَّلُ (يَنْزِلُ) فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَ أَصْحَابُ الْحَشْرِ وَ النَّشْرِ، تَرَاجِمَةُ وَحْيِهِ وَ وُلاةُ أَمْرِهِ وَ نَهْيِه ِ، اللَّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى خَاتِمِهِمْ وَ قَائِمِهِمْ الْمَسْتُوْرِ عَنْ عَوَالِمِهِمْ، اللَّهُمَّ وَ أَدْرِكْ بِنَا أَيَّامَهُ وَ ظُهُوْرَهُ وَ قِيَامَهُ وَ اجْعَلْنَا مِنْ أَنْصَارِهِ وَ اقْرِنْ ثَارَنَا بِثَارِهِ وَ اكْتُبْنَا فِيْ أَعْوَانِهِ وَ خُلَصَائِهِ وَ أَحْيِنَا فِيْ دَوْلَتِهِ نَاعِمِيْنَ وَ بِصُحْبَتِهِ غَانِمِيْنَ وَ بِحَقِّهِ قَائِمِيْنَ وَ مِنَ السُّوْءِ سَالِمِيْنَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَ صَلَوَاتُهُ عَلَى (وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى) سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَ الْمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ الصَّادِقِيْنَ وَ عِتْرَتِهِ النَّاطِقِيْنَ، وَ الْعَنْ جَمِيْعَ الظَّالِمِيْنَ وَ احْكُمْ بَيْنَنَا وَ بَيْنَهُمْ يَا أَحْكَمَ الْحَاكِمِيْنَ‏ Ya Allah, demi hak malam kami ini dan yang dilahirkan pada malam ini, demi hujah-Mu yang Kau janjikan, yang telah Kautambahkan keutamaan atas keutamaannya, maka, kalimah (tauhid)-Mu telah sempurna secara kejujuran dan keadilan; tiada yang dapat mengganti kalimah-kalimah-Mu dan tiada yang dapat menandingi ayat-ayat-Mu, (ia adalah) nur-Mu yang berkilau, cahaya-Mu yang benderang, panji nur(-Mu) di malam gulita ini, yang gaib tertutup, agung hari kelahirannya dan mulia tempat kemunculannya (kembali), sedangkan para malaikat adalah para saksinya dan Allah adalah penolongnya ketika janji kemunculannya tiba dan para malaikat adalah penolongnya, dialah pedang Allah yang tak pernah tumpul, nur-Nya yang tak pernah padam, dan penyabar yang tak kenal kasih-sayang (menghadapi kebatilan), tolok ukur perputaran masa, (dan para kakeknya adalah) para penjaga zaman, ulul amr, orang-orang yang mendapatkan apa yang diturunkan pada malam lailatul qadr, para pemilik hari kebangkitan, para penerjemah wahyu-Nya, dan orang-orang yang diserahkan untuk menjelaskan perintah dan larangan-Nya. Ya Allah, curahkanlah shalawat atas pamungkas dan al-Qaim mereka yang gaib dari alam (materi) mereka. Ya Allah, sampaikan kami kepada masa kemunculan dan kebangkitannya, jadikan kami di antara para penolongnya, gabungkan penuntutan darah kami dengan penuntutan darahnya, tulislah kami di antara para penolong dan orang-orang istimewanya, dan hidupkan kami pada masa pemerintahannya dengan tenteram, dapat mengambil faedah dari bersahabat dengannya, dapat melaksanakan hak-haknya, dan terselamatkan dari segala keburukan, wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih. Dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam dan semoga shalawat-Nya selalu tercurahkan atas junjungan kami Muhammad, pamungkas para nabi dan rasul, atas Ahlulbaitnya yang benar, dan ‘Itrahnya penjelas wahyu-Nya. Dan laknatlah seluruh orang zalim, dan hukumilah antara kami dan mereka, wahai Yang berhak berkuasa dari para pengusa Syekh Thusi ra meriwayatkan dari Ismail bin Fadhl Hasyimi bahwa ia berkata, “Imam Shadiq as mengajarkan kepadaku untuk membaca doa ini pada malam Nishfu Syakban.” اللَّهُمَّ أَنْتَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ الْخَالِقُ الرَّازِقُ الْمُحْيِي الْمُمِيْتُ الْبَدِيْئُ الْبَدِيْعُ، لَكَ الْجَلاَلُ وَ لَكَ الْفَضْلُ وَ لَكَ الْحَمْدُ وَ لَكَ الْمَنُّ وَ لَكَ الْجُوْدُ وَ لَكَ الْكَرَمُ وَ لَكَ اْلأَمْرُ وَ لَكَ الْمَجْدُ وَ لَكَ الشُّكْرُ، وَحْدَكَ لا شَرِيْكَ لَكَ، يَا وَاحِدُ يَا أَحَدُ يَا صَمَدُ يَا مَنْ لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُولَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ اغْفِرْ لِيْ وَ ارْحَمْنِيْ وَ اكْفِنِيْ مَا أَهَمَّنِيْ وَ اقْضِ دَيْنِيْ وَ وَسِّعْ عَلَيَّ فِيْ رِزْقِيْ، فَإِنَّكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ كُلَّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ تَفْرُقُ وَ مَنْ تَشَاءُ مِنْ خَلْقِكَ تَرْزُقُ، فَارْزُقْنِيْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ أَنْتَ خَيْرُ الْقَائِلِيْنَ النَّاطِقِيْنَ وَ اسْئَلُوْا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَمِنْ فَضْلِكَ أَسْأَلُ وَ إِيَّاكَ قَصَدْتُ وَ ابْنَ نَبِيِّكَ اعْتَمَدْتُ وَ لَكَ رَجَوْتُ فَارْحَمْنِيْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ Ya Allah, Engkaulah Yang Mahahidup, Maha Berdiri Sendiri, Mahatinggi, Mahaagung, Maha Pencipta, Maha Memberi Rezeki, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan, Maha Mendahului (segala sesuatu), Maha Mencipta (tanpa contoh sebelumnya). Hanya bagi-Mu seluruh keagungan, hanya bagi-Mu segala karunia, hanya bagi-Mu segala puji, hanya bagi-Mu segala anugerah, hanya bagi-Mu seluruh kedermawanan, hanya bagi-Mu segala kemurahan, hanya bagi-Mu seluruh perintah, dan hanya untuk-Mu rasa terima kasih, Engkau Mahaesa tiada sekutu bagi-Mu. Wahai Yang Mahaesa, wahai Yang Maha Tunggal, wahai Tempat Bergantung, wahai Yang tiada beranak dan tiada diperanakkan, serta tiada seorang pun yang menyamai-Nya, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkan bagiku apa yang kuinginkan, lunasilah utangku, dan lapangkan rezekiku, karena pada malam ini Engkau akan memisahkan setiap urusan yang penuh bijaksana dan menganugerahkan rezeki kepada makhluk-Nya yang Kaukehendaki. Maka, curahkan rezeki atasku dan Engkau Pemberi rezeki yang terbaik. Dan Engkau telah berfirman dan Engkau adalah pengucap firman terbaik, “Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari anugerah-Nya.” Maka, aku sekarang memohon sebagian dari anugerah-Mu sedangkan aku hanya menuju-Mu, bersandar kepada putra Nabi-Mu, dan hanya Engkau yang kuharapkan. Maka, kasihanilah aku, wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih Membaca doa berikut yang selalu dibaca oleh Rasulullah saw pada malam ini. اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُوْلُ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَ مِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ رِضْوَانَكَ وَ مِنَ الْيَقِيْنِ مَا يَهُوْنُ عَلَيْنَا بِهِ مُصِيْبَاتُ الدُّنْيَا، اللَّهُمَّ أَمْتِعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَ أَبْصَارِنَا وَ قُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَ اجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَ اجْعَلْ ثَارَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَ انْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَ لاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا وَ لاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَ لاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَ لاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ‏ Ya Allah, bagikan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang dapat menghalangi kami untuk bermaksiat kepada-Mu, ketaatan kepada-Mu yang dapat mengantarkan kami kepada keridhaan-Mu, dan keyakinan yang dapat meringankan malapetaka dunia terhadap kami. Ya Allah, berikan kepada kami kesempatan untuk mengaruniai pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama Kauhidupkan kami, jadikan ia sebagai pewaris kami, jadikan hak menuntut darah kami atas pundak orang yang telah menzalimi kami, tolonglah kami atas orang yang memusuhi kami, jangan Ka jadikan petaka kami di dalam agama kami, jangan Kaujadikan dunia sebagai cita-cita kami yang terbesar dan jangkauan pengetahuan kami, dan jangan Kaukuasakan atas kami orang yang tidak mengasihani kami, demi rahmat-Mu, wahai Yang lebih pengasih dari para pengasih Doa ini adalah sebuah doa yang mencakup dan sempurna. Membacanya pada waktu-waktu yang lain juga sebuah keuntungan besar. Diriwayatkan dari ‘Awâlî al-La‘âlî bahwa Rasulullah saw selalu membaca doa ini. Membaca shalawat yang biasa dibaca setiap hari pada waktu zawâl. Membaca doa Kumail, karena doa ini turun pada malam ini. Doa ini telah disebutkan pada Bab I. Membaca subhânallâh walhamdulillâh wa lâ ilâha illallâh wallâhu akbar sebanyak 100 kali sehingga Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa kita yang terdahulu dan mengabulkan seluruh keperluan dunia dan akhirat kita. Syekh Thusi ra meriwayatkan dari Abu Yahya sebuah hadis berkenaan dengan keutamaan bulan Syakban. Ia berkata, “Saya pernah bertanya kepada Imam Shadiq as, ‘Manakah doa yang terbaik untuk malam ini?’ Beliau berkata, ‘Setelah melaksanakan shalat Isya, kerjakanlah shalat sebanyak dua rakaat. Pada rakaat pertama, bacalah surah al-Fâtihah dan surah al-Kâfirûn, dan surah al-Fâtihah dan at-Tauhîd pada rakaat kedua. Setelah mengucapkan salam, bacalah subhânallah sebanyak 33 kali, alhambulillâh 33 kali, dan Allahu akbar 34 kali. Setelah itu, bacalah: يَا مَنْ إِلَيْهِ مَلْجَأُ الْعِبَادِ (يَلْجَأُ الْعِبَادُ) فِي الْمُهِمَّاتِ وَ إِلَيْهِ يَفْزَعُ الْخَلْقُ فِي الْمُلِمَّاتِ، يَا عَالِمَ الْجَهْرِ وَ الْخَفِيَّاتِ (وَ) يَا مَنْ لاَ تَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ اْلأَوْهَامِ وَ تَصَرُّفُ الْخَطَرَاتِ، يَا رَبَّ الْخَلاَئِقِ وَ الْبَرِيَّاتِ، يَا مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوْتُ اْلأَرَضِيْنَ وَ السَّمَاوَاتِ، أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَمُتُّ إِلَيْكَ بِلاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، فَيَا لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ اجْعَلْنِيْ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ مِمَّنْ نَظَرْتَ إِلَيْهِ فَرَحِمْتَهُ وَ سَمِعْتَ دُعَاءَهُ فَأَجَبْتَهُ وَ عَلِمْتَ اسْتِقَالَتَهُ فَأَقَلْتَهُ وَ تَجَاوَزْتَ عَنْ سَالِفِ خَطِيْئَتِهِ وَ عَظِيْمِ جَرِيْرَتِهِ، فَقَدِ اسْتَجَرْتُ بِكَ مِنْ ذُنُوْبِيْ وَ لَجَأْتُ إِلَيْكَ فِيْ سَتْرِ عُيُوْبِيْ، اللَّهُمَّ فَجُدْ عَلَيَّ بِكَرَمِكَ وَفَضْلِكَ وَ احْطُطْ خَطَايَايَ بِحِلْمِكَ وَ عَفْوِكَ وَ تَغَمَّدْنِيْ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ بِسَابِغِ كَرَامَتِكَ وَ اجْعَلْنِي فِيْهَا مِنْ أَوْلِيَائِكَ الَّذِيْنَ اجْتَبَيْتَهُمْ لِطَاعَتِكَ وَ اخْتَرْتَهُمْ لِعِبَادَتِكَ وَ جَعَلْتَهُمْ خَالِصَتَكَ وَ صَفْوَتَكَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِمَّنْ سَعَدَ جَدُّهُ وَ تَوَفَّرَ مِنَ الْخَيْرَاتِ حَظُّهُ، وَ اجْعَلْنِيْ مِمَّنْ سَلِمَ فَنَعِمَ وَ فَازَ فَغَنِمَ، وَ اكْفِنِيْ شَرَّ مَا أَسْلَفْتُ، وَ اعْصِمْنِيْ مِنَ الْإِزْدِيَادِ فِيْ مَعْصِيَتِكَ، وَ حَبِّبْ إِلَيَّ طَاعَتَكَ وَ مَا يُقَرِّبُنِيْ مِنْكَ وَ يُزْلِفُنِيْ عِنْدَكَ، سَيِّدِيْ إِلَيْكَ يَلْجَأُ الْهَارِبُ وَ مِنْكَ يَلْتَمِسُ الطَّالِبُ وَ عَلَى كَرَمِكَ يُعَوِّلُ الْمُسْتَقِيْلُ التَّائِبُ، أَدَّبْتَ عِبَادَكَ بِالتَّكَرُّمِ وَ أَنْتَ أَكْرَمُ اْلأَكْرَمِيْنَ، وَ أَمَرْتَ بِالْعَفْوِ عِبَادَكَ وَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، اللَّهُمَّ فَلاَ تَحْرِمْنِيْ مَا رَجَوْتُ مِنْ كَرَمِكَ، وَ لاَ تُؤْيِسْنِيْ مِنْ سَابِغِ نِعَمِكَ، وَ لا تُخَيِّبْنِيْ مِنْ جَزِيْلِ قِسَمِكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ لِأَهْلِ طَاعَتِكَ وَ اجْعَلْنِيْ فِيْ جُنَّةٍ مِنْ شِرَارِ بَرِيَّتِكَ، رَبِّ إِنْ لَمْ أَكُنْ مِنْ أَهْلِ ذَلِكَ فَأَنْتَ أَهْلُ الْكَرَمِ وَ الْعَفْوِ وَ الْمَغْفِرَةِ، وَ جُدْ عَلَيَّ بِمَا أَنْتَ أَهْلُهُ لاَ بِمَا أَسْتَحِقُّهُ، فَقَدْ حَسُنَ ظَنِّيْ بِكَ وَ تَحَقَّقَ رَجَائِيْ لَكَ وَ عَلِقَتْ نَفْسِيْ بِكَرَمِكَ، فَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ وَ أَكْرَمُ اْلأَكْرَمِيْنَ، اللَّهُمَّ وَ اخْصُصْنِيْ مِنْ كَرَمِكَ بِجَزِيْلِ قِسَمِكَ، وَ أَعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَ اغْفِرْ لِيَ الذَّنْبَ الَّذِيْ يَحْبِسُ عَلَيَّ الْخُلُقَ وَ يُضَيِّقُ عَلَيَّ الرِّزْقَ حَتَّى أَقُوْمَ بِصَالِحِ رِضَاكَ وَ أَنْعَمَ بِجَزِيْلِ عَطَائِكَ وَ أَسْعَدَ بِسَابِغِ نَعْمَائِكَ، فَقَدْ لُذْتُ بِحَرَمِكَ وَ تَعَرَّضْتُ لِكَرَمِكَ وَ اسْتَعَذْتُ بِعَفْوِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَ بِحِلْمِكَ مِنْ غَضَبِكَ، فَجُدْ بِمَا سَأَلْتُكَ وَ أَنِلْ مَا الْتَمَسْتُ مِنْكَ، أَسْأَلُكَ بِكَ لاَ بِشَيْئٍٍ هُوَ أَعْظَمُ مِنْكَ Wahai Yang kepada-Nya para hamba bernaung dalam keperluan-keperluan penting dan kepada-Nya para makhluk merintih dalam musibah dan petaka, wahai musibah dan petaka, wahai Yang mengetahui yang tampak dan tersembunyi, wahai Yang tak tersembunyikan dari-Nya segala yang terlintas di benak dan di hati, wahai Tuhan para makhluk dan manusia, wahai Yang di tangan-Nya kekuasaan bumi dan langit, Engkau adalah Allah yang tiada tuhan selain-Mu, aku bertawasul kepada-Mu dengan (perantara) lâ ilâha illâ Anta (tiada tuhan selain-Mu), wahai Yang tiada tuhan selain Engkau, pada malam ini jadikan aku orang yang Kaupandang lalu Kaukasihani, yang Kau denganrkan doanya lalu Kau kabulkan, yang Kau ketahui permohonan ampunnya lalu Kau ampuni dan maafkan kesalahannya yang lalu dan dosanya yang besar. Aku telah berlindung kepada-Mu dari dosa-dosaku dan bernaung kepada-Mu untuk menutupi aib-aibku. Ya Allah, limpahkan karunia-Mu atasku demi kemurahan-Mu, ampunilah segala dosaku demi kepemaafan-Mu, curahkan atasku pada malam ini karunia-Mu yang sempurna dan jadikan aku pada malam ini di antara para kekasih-Mu yang telah Kaupilih untuk (melakukan) ketaatan kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu, serta Kau jadikan mereka orang-orang istimewa-Mu.Ya Allah, jadikan aku di antara orang yang usahanya mencapai keberhasilan dan sempurna bagiannya dari kebaikan, jadikan aku di antara orang yang selamat lalu hidup berbahagia dan berhasil lalu dapat memanfaatkan(nya), cukupkan bagiku keburukan apa yang telah kulakukan, jagalah aku sehingga aku tidak memperbanyak maksiat kepada-Mu, dan cintakanlah kepadaku ketaatan kepada-Mu dan segala yang mendekatakanku kepada-Mu. Wahai Junjunganku, hanya kepada-Mu orang yang lari berlindung, hanya kepada-Mu memohon orang yang mencari, dan hanya kepada karunia-Mu orang yang bertaubat bersandar. Engkau telah memerintahkan hamba-hamba-Mu untuk berbuat dermawan dan Engkau sendiri adalah Yang paling dermawan di antara para dermawan, Engkau perintahkan hamba-hamba-Mu untuk memaafkan dan Engkau sendiri adalah Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Ya Allah, jangan Kau halangi aku untuk mendapatkan karunia-Mu yang telah kuharapkan, jangan Kau jadikan aku berputus-asa untuk menggapai karunia- karunia-Mu yang sempurna, jangan Kau sia-siakan aku dari anugerah agung-Mu (yang telah Kau berikan) kepada orang-orang yang menaaati-Mu pada malam ini, dan jagalah aku dari makhluk-Mu yang jahat. Wahai Tuhanku, jika aku tidak pantas mendapatkan itu semua, Engkau pantas untuk mencurahkan karunia, maaf dan ampunan, dan curahkanlah anugerah atasku dengan apa yang Kau pantas untuk itu, bukan dengan apa yang aku berhak atasnya. Aku telah bersangka baik kepada-Mu, harapanku telah terpaut kepada-Mu, dan telah kugantungkan jiwaku kepada karunia-Mu, dan Engkau lebih pengasih di antara para pengasih dan lebih dermawan di antara para dermawan. Ya Allah, khususkan bagiku dari karunia-Mu dengan bagian-Mu yang agung, sedangkan aku berlindung kepada-Mu dengan maaf-Mu dari siksa-Mu, dan ampunilah dosaku yang menahanku untuk berakhlak mulia dan mempersempit bagiku rezeki sehingga aku dapat melakukan keridhaan-Mu, mekaruniai anugerah-Mu yang besar, dan berbahagia dengan karunia-Mu yang sempurna. Kini, aku telah bernaung di haribaan-Mu, menghadapkan diri untuk menerima karunia-Mu, dan berlindung dengan maaf-Mu dari siksa-Mu dan dengan kesabaran-Mu dari amarah-Mu. Maka, anugerahilah (aku) dengan (mengabulkan) apa yang kumohon kepada-Mu dan perkenankanlah apa yang kuharap dari-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan (perantara) Diri-Mu, bukan dengan (perantara) sesuatu yang lebih agung dari-Mu Setelah itu, sujudlah seraya membaca yâ Rabbi sebanyak dua puluh kali, yâ Allah tujuh kali, lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh sebanyak tujuh kali, mâsyâ Allah sebanyak sepuluh kali, dan lâ quwwata illâ billâh sebanyak sepuluh kali. Kemudian, bacalah shalawat untuk Rasulullah dan keluarga beliau dan mintalah keperluan-keperluan Anda kepada Allah. Demi Allah, jika Anda memohon keperluan sebanyak tetesan air hujan (sekalipun) dengan perantara amalan tersebut, niscaya Allah akan mengabulkannya bagi Anda dengan karunia dan anugerah-Nya yang agung.” Syekh Thusi dan Kaf‘ami berkata, “Bacalah pada malam ini: إِلَهِيْ تَعَرَّضَ لَكَ فِيْ هَذَا اللَّيْلِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ وَ قَصَدَكَ الْقَاصِدُوْنَ وَ أَمَّلَ فَضْلَكَ وَ مَعْرُوْفَكَ الطَّالِبُوْنَ وَ لَكَ فِيْ هَذَا اللَّيْلِ نَفَحَاتُ وَ جَوَائِزُ وَ عَطَايَا وَ مَوَاهِبُ تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ وَ تَمْنَعُهَا مَنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ، وَ هَا أَنَا ذَا عُبَيْدُكَ الْفَقِيْرُ إِلَيْكَ الْمُؤَمِّلُ فَضْلَكَ وَ مَعْرُوْفَكَ، فَإِنْ كُنْتَ يَا مَوْلاَيَ تَفَضَّلْتَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ وَ عُدْتَ عَلَيْهِ بِعَائِدَةٍ مِنْ عَطْفِكَ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ الْخَيِّرِيْنَ الْفَاضِلِيْنَ وَ جُدْ عَلَيَّ بِطَوْلِكَ وَ مَعْرُوْفِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَ آلِهِ الطَّاهِرِيْنَ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا، إِنَّ اللَّهَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَدْعُوْكَ كَمَا أَمَرْتَ فَاسْتَجِبْ لِيْ كَمَا وَعَدْتَ، إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ Wahai Sembahanku, telah datang kepada-Mu pada malam ini orang-orang yang datang (memikul keperluan), telah menuju kepada-Mu orang-orang yang menuju, dan telah mengharapkan anugerah dan karunia-Mu orang-orang yang berharap, dan pada malam ini Engkau memiliki karunia, hadiah, pemberian, dan anugerah yang akan Kau berikan kepada hamba-hamba yang Kau kehendaki dan mencegah dari orang yang tidak mendapatkan ‘inayah dari-Mu. Inilah aku hamba-Mu yang hina, yang membutuhkan kepada-Mu, dan mengharap anugerah dan karunia-Mu. Jika Engkau, wahai Junjunganku, melimpahkan anugerah pada malam ini kepada salah seorang dari makhluk-Mu dan memberikan kepadanya hadiah kasih-sayang-Mu, maka curahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga yang suci, baik, dan mulia, serta limpahkanlah atasku karunia dan anugerah-Mu, wahai Tuhan semesta alam. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat dan salam atas Muhammad, pamungkas pada nabi dan keluarganya yang suci, sesungguhnya Allah Maha Terpuji dan Mahaagung. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu sebagaimana telah Kau perintahkan, maka kabulkanlah doaku sebagaimana telah Kau janjikan, karena Engkau tidak akan mengingkari janji Doa ini biasa dibaca pada waktu sahar (dua pertiga malam) setelah melakukan shalat Syafa’. Membaca doa-doa yang telah dinukil oleh Syekh Thusi dan Sayid Ibnu Thawus ra setiap setelah mengerjakan dua rakaat shalat malam, shalat Syafa’, dan setelah membaca doa-doa shalat Witir. Melakukan sujud dan membaca doa-doa yang telah diriwayatkan dari Rasulullah saw. Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Syekh Thusi ra dari Hammad bin Isa dari Aban bin Taghlib. Aban berkata bahwa Imam Shadiq as berkata, “Malam Nishfu Syakban telah tiba (waktu itu) dan Rasulullah pada waktu berada di rumah Aisyah. Ketika pertengahan malam tiba, Rasulullah beranjak dari ranjangnya untuk melakukan ibadah. Ketika Aisyah bangun, ia melihat Rasulullah telah beranjak dari tempat tidur. Kecemburuannya mulai naik. Ia menyangka bahwa Rasulullah pergi ke rumah istri-istrinya yang lain. Ia beranjak dari tempat tidur dan langsung menyambar chadur-nya. Demi Allah, chadur-nya tidak terbuat dari sutra, katun (cotton), dan kapas. Bahkan, terbuat dari bulu dan kombinasinya dari bulu onta. Ia mencari Rasulullah saw di setiap kamar istri-istrinya yang lain. Ketika itu tiba-tiba pandangannya tertuju kepada Rasulullah saw yang sedang melakukan sujud bak seonggok tumpukan baju yang terhempas di atas tanah. Ia mendekati beliau dan mendengar beliau berkata, سَجَدَ لَكَ سَوَادِيْ وَ خَيَالِيْ وَ آمَنَ بِكَ فُؤَادِيْ، هَذِهِ يَدَايَ وَ مَا جَنَيْتُهُ عَلَى نَفْسِيْ، يَا عَظِيْمُ تُرْجَى لِكُلِّ عَظِيْمٍ، اغْفِرْ لِيَ الْعَظِيْمَ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذَّنْبَ الْعَظِيْمَ إِلاَّ الرَّبُّ الْعَظِيْمُ Telah bersujud kepada-Mu sekujur tubuh dan angan-anganku, dan telah beriman kepada-Mu kalbuku, inilah tangan-tanganku dan apa yang telah kuperbuat atas diriku. Wahai Yang Mahaagung, Engkau diharapkan untuk setiap yang agung, ampunilah (dosa)ku yang agung ini, karena tidak ada yang dapat mengampuni (dosa) yang agung kecuali Tuhan Yang Mahaagung Rasulullah saw mengangkat kepalanya dari sujud. Lalu, sujud kembali untuk kedua kalinya. Aisyah mendengar Rasulullah berkata, أَعُوْذُ بِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِيْ أَضَاءَتْ لَهُ السَّمَاوَاتُ وَ اْلأَرَضُوْنَ وَ انْكَشَفَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ وَ صَلَحَ عَلَيْهِ أَمْرُ اْلأَوَّلِيْنَ وَ اْلآخِرِيْنَ مِنْ فُجْأَةِ نَقِمَتِكَ وَ مِنْ تَحْوِيْلِ عَافِيَتِكَ وَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا وَ مِنَ الشِّرْكِ بَرِيْئًا لاَ كَافِرًا وَ لاَ شَقِيًّا Aku berlindung kepada-Mu dengan (perantara) nur wajah-Mu yang karenanya langit dan bumi bersinar, tirai kegelapan tersingkap, dan urusan orang-orang terdahulu dan kemudian beres, dari siksa-Mu yang tiba-tiba, keselamatan (dari)-Mu yang dapat berubah, dan sirnanya nimat (dari)-Mu. Ya Allah, anugerahkan kepadaku hati yang bertakwa, suci, dan terbebaskan dari syirik, tidak kafir, dan tidak celaka Kemudian beliau menempelkan kedua sisi wajahnya ke atas tanah dan berkata, عَفَّرْتُ وَجْهِيْ فِي التُّرَابِ وَ حُقَّ لِيْ أَنْ أَسْجُدَ لَكَ‏ Telah kutempelkan wajahku di atas tanah dan memang selayaknya bagiku untuk bersujud kepada-Mu. Ketika Rasulullah saw ingin kembali, Aisyah pergi ke tempat tidurnya dengan tergesa-gesa. Akhirnya, Rasulullah saw naik ke tempat tidur dan mendengar nafas Aisyah yang mendesah keras. Rasulullah berkata, ‘Mengapa nafasmu mendesah keras? Apakah kau tidak mengetahui malam ini adalah malam apa? Malam ini adalah malam nishfu Syakban. Pada malam ini, semua rezeki akan dibagi, ajal akan ditulis, dan orang-orang yang akan pergi ke haji akan ditentukan. Sesungguhnya Allah akan mengampuni pada malam ini hamba-hamba-Nya lebih banyak dari jumlah kambing kabilah Kalb dan mengutus para malaikat-Nya untuk turun ke bumi di Makkah.’” Melaksanakan shalat Ja‘far sebagaimana diriwayatkan oleh Syekh Thusi ra dari Imam Ridha as. Melaksanakan shalat-shalat yang disunahkan pada malam ini. Dan jumlahnya sangat banyak. Di antaranya adalah shalat yang diriwayatkan oleh Abu Yahya Shan‘ani dan tiga puluh perawi hadis yang dapat dipercaya dari Imam Shadiq dan Baqir as. Mereka berdua berkata, “Ketika malam nishfu Syakban tiba, kerjakanlah shalat sebanyak empat rakaat. Pada setiap rakaatnya, bacalah surah al-Fâtihah dan at-Tauhîd sebanyak seratus kali. Setelah selesai melakukan shalat, bacalah (doa berikut ini).” اللَّهُمَّ إِنِّيْ إِلَيْكَ فَقِيْرٌ وَ مِنْ عَذَابِكَ خَائِفٌ مُسْتَجِيْرٌ، اللَّهُمَّ لاَ تُبَدِّلِ اسْمِيْ وَ لاَ تُغَيِّرْ جِسْمِيْ وَ لا تَجْهَدْ بَلاَئِيْ وَ لاَ تُشْمِتْ بِيْ أَعْدَائِيْ، أَعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ وَ أَعُوْذُ بِرَحْمَتِكَ مِنْ عَذَابِكَ وَ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، جَلَّ ثَنَاؤُكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ وَ فَوْقَ مَا يَقُوْلُ اْلقَائِلُوْنَ‏ Ya Allah, sesungguhnya aku butuh kepada-Mu dan takut serta berlindung dari azab-Mu. Ya Allah, jangan Kauganti namaku, jangan Kauubah tubuhku, jangan Kauberatkan petakaku, dan jangan Kaubahagiakan musuhku karena ulahku. Aku berlindung kepada maaf-Mu dari siksa-Mu, aku berlindung kepada rahmat-Mu dari azab-Mu, aku berlindung kepada ridha-Mu dari murka-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Agung pujian-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri dan di atas apa yang diucapkan oleh para pemuji Ketahuilah, melaksanakan shalat sebanyak seratus rakaat pada malam ini dengan membaca surah al-Fâtihah sekali dan surah at-Tauhîd sepuluh kali pada setiap rakaat memiliki keutamaan yang tak terhingga. Dan pada pembahasan bulan Rajab telah disebutkan cara melaksanakan shalat enam rakaat dengan membaca surah al-Fâtihah, Yâsîn, al-Mulk, dan at-Tauhîd. Keenam, hari kelima belas. Hari ini adalah hari kelahiran Imam Kedua Belas, Imam Mahdi as. Disunahkan untuk berziarah kepada beliau di setiap waktu dan tempat, serta berdoa supaya cepat muncul kembali. Ziarah ini lebih ditekankan untuk dilakukan di Sirdab (tempat beliau gaib). Tempat ini adalah tempat beliau akan muncul kembali dan berkuasa, serta memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar