Total Tayangan Halaman

Kamis, 27 Agustus 2020

Malam Kedua Puluh Tiga

Dalam kitab Hadiyyah az-Zâ’ir disebutkan bahwa malam ini lebih utama dari dua malam Lailatul-Qadar sebelumnya. Dari beberapa hadis dapat disimpulkan bahwa malam ini adalah malam Lailatul-Qadar (yang sebenarnya). Malam ini adalah malam sahabat Juhani.[1] Di malam ini, semua ketentuan (nasib para hamba) akan ditentukan. Di samping amalan-amalan umum yang sama dengan amalan-amalan dua malam sebelumnya, pada malam ini terdapat amalan-amalan khusus sebagai berikut: Pertama, membaca surah al-Ankabût dan ar-Rûm. Imam Ja‘far Shadiq as bersumpah bahwa orang yang membaca kedua surah tersebut pada malam ini adalah penghuni surga. Kedua, membaca surah Hâ Mîm ad-Dukhân. Ketiga, membaca surah al-Qadr sebanyak seribu kali. Keempat, membaca doa Allâhumma kun li waliyyika. Doa ini telah disebutkan pada pembahasan doa di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan setelah menyebutkan doa malam kedua puluh tiga. Kelima, membaca: اللَّهُمَّ امْدُدْ لِيْ فِيْ عُمْرِيْ، وَ أَوْسِعْ لِيْ فِيْ رِزْقِيْ، وَ أَصِحَّ لِيْ جِسْمِيْ، وَ بَلِّغْنِيْ أَمَلِيْ، وَ إِنْ كُنْتُ مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ فَامْحُنِيْ مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ وَ اكْتُبْنِيْ مِنَ السُّعَدَاءِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ فِيْ كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ صَلَوَاتُكَ عَلَيْهِ وَ آلِهِ يَمْحُوْ اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ Ya Allah, panjangkanlah umurku, lapangkanlah rezekiku, sehatkanlah badanku, dan sampaikanlah aku kepada harapanku. Jika aku termasuk di antara orang-orang yang celaka, maka hapuslah (nama)ku dari deretan orang-orang yang celaka dan tulislah aku di antara orang-orang yang berbahagia. Sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitab-Mu yang telah diturunkan kepada Nabi utusan-Mu—shalawat-Mu atasnya dan atas keluarganya— “Allah akan menghapus apa yang dikehendaki-Nya dan menetapkannya, dan di sisi-Nya Ummul-Kitab.” Keenam, membaca: اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْمَا تَقْضِيْ وَ فِيْمَا تُقَدِّرُ مِنَ اْلأَمْرِ الْمَحْتُوْمِ وَ فِيْمَا تَفْرُقُ مِنَ اْلأَمْرِ الْحَكِيْمِ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ مِنَ الْقَضَاءِ الَّذِيْ لاَ يُرَدُّ وَ لاَ يُبَدَّلُ أَنْ تَكْتُبَنِيْ مِنْ حُجَّاجِ بَيْتِكَ الْحَرَامِ فِيْ عَامِيْ هَذَا الْمَبْرُوْرِ حَجُّهُمْ الْمَشْكُوْرِ سَعْيُهُمْ الْمَغْفُوْرِ ذُنُوْبُهُمْ الْمُكَفَّرِ عَنْهُمْ سَيِّئَاتُهُمْ، وَ اجْعَلْ فِيْمَا تَقْضِيْ وَ تُقَدِّرُ أَنْ تُطِيْلَ عُمْرِيْ وَ تُوَسِّعَ لِيْ فِيْ رِزْقِيْ Ya Allah, tentukanlah di antara ketentuan pasti yang akan Kautentukan dan urusan bijaksana yang akan Kaubedakan di malam Lailatul-Qadar, qadha yang tidak dapat ditolak dan diganti agar Engkau menulisku di antara para jamaah haji (yang berziarah ke) Rumah-Mu yang suci di tahunku ini dan di setiap tahun yang mabrur haji mereka, yang disyukuri usaha mereka, yang diampuni dosa-dosa mereka, yang ditebus kejelekan-kejelekan mereka, dan tentukanlah di antara qadha dan qadar yang akan Kaupastikan agar Kaumemanjangkan umurku dan melapangkan rezekiku. Ketujuh, membaca doa yang terdapat dalam kitab al-Iqbâl berikut ini: يَا بَاطِنًا فِيْ ظُهُوْرِهِ، وَ يَا ظَاهِرًا فِيْ بُطُوْنِهِ، وَ يَا بَاطِنًا لَيْسَ يَخْفَى، وَ يَا ظَاهِرًا لَيْسَ يُرَى، يَا مَوْصُوْفًا لاَ يَبْلُغُ بِكَيْنُوْنَتِهِ مَوْصُوْفٌ وَ لاَ حَدٌّ مَحْدُوْدٌ، وَ يَا غَائِبًا (غَائِبُ) غَيْرَ مَفْقُوْدٍ، وَ يَا شَاهِدًا (شَاهِدُ) غَيْرَ مَشْهُوْدٍ، يُطْلَبُ فَيُصَابُ، وَ لَمْ يَخْلُ مِنْهُ السَّمَاوَاتُ وَ اْلأَرْضُ وَ مَا بَيْنَهُمَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، لاَ يُدْرَكُ بِكَيْفٍ (بِكَيْفَ) وَ لاَ يُؤَيَّنُ بِأَيْنٍ (بِأَيْنَ) وَ لاَ بِحَيْثٍ (بِحَيْثُ)، أَنْتَ نُوْرُ النُّوْرِ وَ رَبُّ اْلأَرْبَابِ، أَحَطْتَ بِجَمِيْعِ اْلأُمُوْرِ، سُبْحَانَ مَنْ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ وَ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ، سُبْحَانَ مَنْ هُوَ هَكَذَا وَ لاَ هَكَذَا غَيْرُهُ‏ Wahai yang Mahabatin dalam kemahatampakan-Nya, wahai yang Mahatampak dalam kemahabatinan-Nya, wahai yang Mahabatin tak tersembunyi, wahai yang Mahatampak tak terlihat, wahai Zat yang Memiliki sifat yang tak satu pun sifat dan batasan mampu mengungkap hakikat-Nya, wahai yang Gaib tak hilang, wahai yang Tampak tak terlihat. Ia dicari dan akan ditemukan. Bumi dan langit tidak akan pernah kosong dari-Nya selamanya. Ia tak terjangkau dengan bagaimana, tidak ditentukan keberadaan-Nya dengan di mana dan arah. Engkau adalah Nur segala cahaya dan Tuhan segala tuhan. Engkau meliputi segala sesuatu. Mahasuci Zat yang tiada seperti-Nya segala sesuatu, dan Ia Maha Mendengar nan Mengetahui. Mahasuci Zat yang Ia (memiliki sifat-sifat) demikian dan selain-Nya tidak demikian. Setelah itu, mintalah segala yang Anda inginkan. Kedelapan, mandi di akhir malam, selain mandi di permulaan malam. Ketahuilah bahwa mandi, menghidupkan malam ini, menziarahi Imam Husain as, dan mengerjakan seratus rakaat memiliki keutamaan yang tak terhingga dan sangat dianjurkan. Dalam kitab at-Tahdzîb, Syekh Thusi ra meriwayatkan dari Abu Bashir dari Imam Ja‘far Shadiq as bahwa beliau berkata, “Kerjakanlah salat seratus rakaat di malam yang dimungkinkan sebagai malam Lailatul-Qadar. Bacalah pada setiap rakaat surah at-Tauhîd sebanyak sepuluh kali.” Abu Bashir bertanya, “Jika aku tidak mampu salat berdiri?” “Lakukanlah dengan duduk,” jawab beliau. Ia bertanya lagi, “Jika aku tidak mampu melakukannya dengan berdiri?” “Lakukanlah dengan tidur terlentang sebagaimana engkau tidur di ranjangmu,” jawab beliau. Dalam kitab Da‘âim al-Islam terdapat sebuah hadis bahwa pada sepuluh malam terakhir Rasulullah saw menggulung tempat tidur beliau demi melakukan ibadah dan pada malam kedua puluh tiga beliau membangunkan seluruh keluarga beliau, serta memercikkan air ke wajah mereka yang tertidur. Pada malam ini. Sayidah Fathimah as tidak mengizinkan seorang pun dari keluarga beliau untuk tidur dan beliau mengobati tidur mereka dengan cara membuat makanan, serta mempersiapkan mereka untuk malam itu dari sejak siang. Yaitu, beliau memerintahkan mereka untuk tidur dan beristirahat pada siang hari sehingga pada malam harinya mereka tidak tertidur dan dapat menghidupkan malam itu. Beliau sering berkata, “Orang yang celaka adalah orang yang terhalang pada malam ini (untuk menghidupkannya).” Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Imam Ja‘far Shadiq as pernah tertimpa penyakit parah. Ketika malam kedua puluh tiga tiba, beliau memerintahkan para pembantu beliau untuk menggotongnya ke masjid. Pada malam itu beliau menginap di masjid hingga pagi hari. Allamah Majlisi berkata, “Hendaknya kita membaca al-Quran semampu kita pada malam ini dan doa-doa ash-Shahîfah as-Sajjâdiyyah, khususnya doa Makârim al-Akhlâq dan Doa Taubat. Kita juga harus menghormati siang hari malam Lailatul-Qadar dan menyibukkan diri dengan ibadah, membaca al-Quran, dan doa, karena dalam beberapa hadis yang mu’tabar disebutkan bahwa siang hari malam Lailatul-Qadar adalah seperti malamnya. [1] Ada seorang sahabat yang bernama Abdullah Anis Anshari hidup di sebuah desa di luar Madinah bernama Juhan. Ia pernah datang menjumpai Rasulullah saw. Ia berkata, “Rumahku sangat jauh dari jauh (sehingga aku tidak dapat datang pada ketiga malam itu). Tolong tentukan bagiku kapankah aku harus datang.” Beliau memerintahkannya untuk datang pada malam kedua puluh tiga. Silakan lihat Tafsir al-Mîzân, jil.20, hal.333 dalam tafsir surah al-Qadr. (peny.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar