Total Tayangan Halaman

Minggu, 23 Agustus 2020

TAFAKUR MENUJU TAJALI

Khidmat adalah menyatukan pikiran dan perasaan sehingga pikiran tidak berfungsi; sehingga nafsu tidak berdaya mengganggu pikiran. Kalau sudah bagus diamnya akan timbul tansal dan ketika yang merenyam-renyam hilang, timbul terang seterang-terangnya. Maka tajalli-lah rahasia Allah ke jasad. Satu dengan jasad; meliputi jasad, bercahaya-cahaya bertubuhkan Roh Qudus: rahasianya Allah Ta'ala. Praktik Diam [Tafakur Hakiki] itu menyatukan ingatan dan perasaan. Caranya: Pandang tubuh yang diam itu/tubuh maharuang/Zahiru Rabbi itu. Rasakan diamnya tubuh yang di dalam pusat [pusar]. Bukan merasakan diamnya tubuh kamu yang zahir, melainkan merasakan diamnya tubuh yang di dalam pusat [sama-tengah hati]. Turunkan perasaanmu di pusat dan pusat jangan kamu tarik-tarik ke dalam atau ke luar. Turunkan perasaan ke "pusat diam" di pusat kita. Bukan menahan napas, melainkan mendiamkan perasaan. Coba rasakanlah sendiri. Kalau perasaan sudah diam, bersih pikiran dan perasaan. Orang bodoh mau menenangkan pikiran dengan makan obat penenang. Mendiamkan saja perasaan, sudah bisa tenang. Untuk apa diubah-ubah dengan obat-obatan. Lakukan praktik diam ini. Sama-tengah hati itu kedudukannya di dalam pusat. Di sinilah perhimpunan tubuh-hatinyawa- rahasia. Semua berhimpun pada Roh Qudus. Jangan lagi dihimpun-himpunkan. Sudah begitu prosesnya. Yang tahu hanyalah orang yang sudah ada pengalaman tajalli. Pengalaman ini guru paling tinggi tidak dapat dibeli dengan uang. Bagaimana mau cerita tajalli kalau tidak ada pengalaman proses tajalli. Dan sama-tengah hati itu Rahasia Yang Mahakuasa dan Berkuasa atas semua diri manusia. Kalau kita tafakur dan semua berhimpun pada samatengah hati, berproses sendiri. Tidak perlu kamu menghimpun-himpunkan lagi. Maka berusahalah dalam tafakur seluruh zahir-batin satu dengan Roh Qudus. Kita akan mendengar zikir memuji Diri-Nya sendiri. Dia yang berkata-kata. Di sini kita dapat pelajaran hakiki: kita bisa dengan sendirinya. Yang Berkata-kata itu "wa fii anfusikum afalaa tubsirun". Sahnya tafakur: Ruh Qudus diam. Sehingga kita bernyawa dengan hakiki/Nur. Untuk dapat tajalli, hendaklah perasaan sampai di pusat. Jangan ditarik-tarik lagi."Orang yang satu ini" hendaklah dikenal karena ini tajalli Allah. Jalannya tajalli ada di dalam diam; diam sediam-diamnya. Satukan ingatan dan perasaan sehingga Rahasia Allah yang ada pada jasad bagus kerjanya. Diamkan suara, tidak ada lagi perkataan pikiran dan perasaan. Dapatlah mendengar Rahasia yang ada pada jasad. Bicara hanya dengan hasil praktik tajalli. Biar dia ulama sekali pun, jangan bicara soal tajalli kalau tidak dapat mengajarkan praktik tajalli. Hasil tajalli dengan bicara saja: tong kosong nyaring bunyinya. Ingat kata Syaikh Junayd: "Inni ru'yatullah sitti namara." Aku melihat Allah 60 kali. Perhimpunan tafakur itu di sama-tengah hati. Jangan kamu himpun-himpunkan lagi. Tafakur itu sa`atan saja. Yang dikatakan sa`atan itu tidak ada apa-apa lagi. Turunkan tali jangkar perahumu sampai ke dasar samudera diam. Turunkan perasaan sampai di tempat diamnya, yakni di pusat. Khidmatkan zahir-batinmu dengan tubuh yang diam itu, yakni tubuh Ruh Qudus. Inilah perasaannya perasaan; Rahasia Tuhan yang ada di sama-tengah hatimu, yakni di pusat tubuh ini. Yang dikata "wa fii anfusikum afalaa tubsirun", Aku ada di dalam diri kamu, mengapa kamu tidak mau kenal pada-Ku. Aku inilah tajalli Rahasia Allah. Banyak-banyak baca Quran. Aku datangkan rahmat- Ku kepadamu. "Wafii anfusikum afalaa tubsirun", Rahasia Tuhanmu ada di sama-tengah hati, yakni di pusatmu. Kenalilah tubuh Rahasia Tuhan yang ada di pusatmu. Ada pada setiap manusia dan berkuasa pada setiap diri manusia. Rahasia Tuhan itulah disebut ruh qudus; ruh yang suci; tubuh Rasulullah; Tubuh Allah Ta`ala. Dalam tafakur, turunkan perasanmu sampai diamnya di pusat rasa diam. Tubuh yang diam itu, sewaktu kamu menarik napas dan sewaktu kamu menurunkan napas, turunnya kamu ikuti beserta perasaan sampai sama-tengah hati (pusat). Tubuh yang di pusat itu bersifat diam. Tidak ada keluar-masuk napas lagi. Itulah sa`atan. Sesaat yang setara dengan 70 tahun ibadah. Yang dikatakan sa`atan itu tidak ada napas turun naik lagi. Jasmani, ruhani, nurani, dan rahasia sudah esa dengan ruh qudus. Dan ruh qudus esa dengan Rabbul Izzati. Selesailah kembali esa. -Arifbillah-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar